Apa yang dimaksud dengan vandalisme?

vandalisme

Vandalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya)” atau “perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas”

Kata vandal berasal dari bahasa Latin vandalus yang memiliki pengertian : Pertama, suatu anggota dari negara Jerman Timur yang membinasakan Gaul, Spanyol, Afrika Utara dan merampok Roma pada tahun 455 M. Dari pengertian ini ditonjolkan sifat kelompok tersebut yang bersifat merusak. Kedua, orang yang di luar ketidaksukaan atau ketidak tahuannya merusak atau mengganggu, menginginkan barang milik orang lain yang belum dipunyai remaja khususnya barang yang indah atau artistik.

Kata sifat vandal adalah vandalis ( vandalic ), dan vandalisme ( vandalism ) merupakan tindakan atau perbuatan vandal.

Berikut adalah definisi vandalisme menurut beberapa ahli :

  • Menurut Lase (2003) vandalisme merupakan tindakan atau perilaku yang merugikan, merusak berbagai obyek lingkungan fisik dan lingkungan buatan, baik milik pribadi ( private properties ) maupun fasilitas atau milik umum ( public amenities ).

  • Menurut Christensen (1992), vandalisme adalah kesukarelaan penurunan perilaku dari lingkungan dengan tidak ada motivasi keuntungan sama sekali, hasil dari yang termasuk kerusakan karena pelaku(pelaku) yang sebagaimana juga pada korban dalam hubungannya pada norma yang mengatur situasi. Selain itu, Christensen juga mendifinisikan vandalisme sebagai perilaku bermusuhan yang disengaja bertujuan pada penghancuran objek lingkungan.

  • Haryanto Noor Laksono (2000) mendefinisikan vandalisme sebagai suatu tindakan yang secara langsung atau tidak langsung merusak keindahan alam, kelestarian alam dan merugikan alam. Dengan cara merusak keindahan dan kelestarian alam remaja yang mempunyai sikap vandalisme merasa ada kepuasan jiwa, sikap dari ketiga pendapat alenia.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan vandalisme merupakan tindakan atau perilaku yang di lakukan remaja seperti mengganggu atau merusak berbagai obyek lingkungan fisik maupun lingkungan buatan, baik milik pribadi, milik orang lain maupun fasilitas milik umum, yang berakibat pada rusaknya keindahan dan kelestarian alam.

Aspek-Aspek Vandalisme


Lase (2003) mengungkapkan perilaku vandalisme yang tampak dalam kehidupan remaja dapat dikelompokan sebagai berikut:

  1. Aksi mencorat-coret (graffiti)
    Aksi mencorat-coret-coret graffiti seperti tembok pinggir jalan, tembok sekolah, jembatan, halte bus, bangunan, telepon umum, wc umum, dan sebagainya.

  2. Aksi Memotong (cutting)
    Aksi Memotong seperti memotong pohon, memotong tanaman memotong bunga yang di jumpai para remaja. Dari memotong pohon, memotong tanaman para remaja banyak memakai alasan.

  3. Aksi Memetik (pluking)
    Memetik bunga dan memetik buah milik orang lain tanpa meminta ijin dari pemiliknya.

  4. Aksi Mengambil (taking)
    Aksi mengambil barang milik orang lain, mengambil tanaman, dan sebagainya meskipun barang milik orang lain tersebut tidak berguna untuk di miliki remaja tersebut.

  5. Aksi Merusak (destroying)
    Aksi merusak penataan lingkungan yang sudah tersusun rapi dari orang lain, misalnya mencongkel pintu rumah orang lain, memindahkan tanaman milik orang lain, membuang sampah di sembarang tempat seperti membuang sampah di jalan raya dan sungai.

Tipe Motivasi Vandalisme


Cohen membagi motivasi vandalisme mejadi enam tipe, yaitu :

  • Aquisitive vandalism , adalah vandalisme yang dilakukan untuk mendapatkan uang atau benda orang lain. Contohnya adalah penempelan iklan, spanduk, poster, baliho atau bentuk-bentuk pemasaran lainnya yang merusak lingkungan tempatnya berada.

  • Tactical vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan sebagai taktik dalam mencapai tujuan tertentu. Contohnya menyabotase sebuah mesin pabrik untuk memfasilitasi jangka waktu yang tersisa dari masa berlaku.

  • Ideological vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti memperkenalkan suatu ideologi. Contohnya menyoret baliho, poster ataupun slogan politik yang tertempel pada dinding.

  • Vindictive vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan untuk membalas dendam atau suatu kesalahan. Contohnya adalah sekumpulan anak yang dengan sengaja melempar jendela dengan batu sehingga pecah, karena tetangga tersebut sering memarahi mereka karena bermain dengan ribut.

  • Malicious vandalism, asalah vandalism yang dilakukan karena pelaku vandalisme mendapatkan kenikmatan dengan memberikan gangguan kepada orang lain, atau merasa terhibur saat menghancurkan benda milik orang lain. Contohnya adalah dengan sengaja mencoret kendaraan atau tembok banguan tempat tinggal orang lain karena pelaku senang melihat pemilik kendaraan atau tempat tinggal marah.

  • Play vandalism, adalah vandalisme yang dilakukan untuk menunjukkan dan mendemonstrasikan kemampuan yang dia miliki, dan bukan bertujuan untuk mengganggu orang lain. Contohnya adalah seorang anak sekolah yang mencoret-coret bangku atau meja di kelasnya.

Martin membagi motivasi dalam melakukan aksi vandalisme menjadi tiga bagian, yaitu:

  • Predatory vandalism, dimana motivasi dari pelaku vandalisme yaitu untuk memperoleh material, pengrusakan disertai dengan aksi perampokan atau pencurian.

  • Vindictive vandalism, dimana vandalisme dilakukan untuk mengekspresikan rasa benci atau dendam dan bertujuan untuk mengintimidasi individu atau kelompok tertentu.

  • Wanton vandalism, dimana pelaku merusak atau mengganggu orang lain untuk kesenangan belaka.

Faktor-faktor Penyebab Vandalisme


Menurut Lase (2003) mengemukakan ada dua faktor yang menjadi pemicu timbulnya vandalisme, yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Kedua lingkungan di tersebut memiliki karakteristik permasalahan yang berbeda-beda terhadap perilaku vandalisme yang dikemukakan sebagai berikut:

Lase (2003) mengemukakan Masalah dalam lingkungan keluarga yang memicu terjadinya tindakan vandalisme remaja terhadap lingkungan adalah:

  • Ketidakharmonisan dalam keluarga mengakibatkan remaja mengekspresikan perasaannya melalui tindakan vandalisme.

  • Tempat tinggal berjauhan dari sekolah, sehingga sang remaja harus berpisah dengan orang tua, misalnya remaja yang tinggal di rumah saudara, rumah temannya atau kos. Perilaku remaja menjadi bebas dan kurang mendapat pengawasan dari orang tua.

  • Pola asuh keluarga yang terlalu ketat atau terlalu longgar. Hal ini sebagai bentuk ekspresi kasih sayang dan perhatian dari orang tua.

  • Kurangnya pembinaan melalui jalur agama, khususnya tentang menghargai lingkungan hidup sebagai ciptaan Tuhan, yang harus di manfaatkan, di pelihara dan di lestarikan.

  • Pekerjaan orang tua juga memiliki pengaruh besar, khususnya pekerjaan Ibu. Kurangnya waktu ibu dan perhatian ibu bersama anak-anaknya berdampak pada perilaku anak.

  • Pendidikan orang tua juga memiliki pengaruh besar, khususnya pendidikan ibu. Bila pendidikan ibu rendah maka dalam mendidik anak juga kurang. Tetapi sebaliknya bila pendidikan ibu tinggi maka dalam mendidik anak juga tinggi.

  • Kurangnya kebebasan anak mengekspresikan perasaannya di dalam lingkungan keluarga yang menjadi haknya, misalnya memiliki kamar tidur sendiri, memiliki fasilitas belajar, ruangan belajar sendiri, dan

  • sebagainya. Bila hak pribadinya tidak terpenuhi maka berakibat pada perilaku anak.

  • Kurangnya kebersamaan antara orang tua dengan anak, misalnya beribadah bersama, berdoa bersama, makan bersama, berekreasi bersama dan lain sebagainya.

  • Tidak memiliki halaman rumah yang cukup luas untuk mengekspresikan gejolak pertumbuhan anak. Halaman rumah juga bisa berdampak pada tingkah laku anak.

Menurut Lase (2003) mengemukakan masalah dalam lingkungan sekolah juga bisa memicu terjadinya tindakan vandalisme remaja terhadap lingkungan adalah:

  • Kurang kasih sayang guru, artinya tidak mendapat perhatian dari guru dalam proses belajar mengajar.

  • Ekspresi kejengkelan karena sering dipanggil guru, yang umumnya berkaitan dengan tingkah laku negatif.

  • Sering berurusan dengan polisi dalam berbagai bentuk permasalahan.

  • Berpindah-pindah sekolah dengan berbagai alasan.

  • Banyaknya remaja memiliki peluang untuk bebas setelah pulang sekolah

  • Senang membaca buku eksak, umumnya mengindikasikan seorang remaja memiliki kemampuan berfikir.

  • Senang membaca buku komik, dari membaca buku komik remaja bisa muncul perilaku yang ditiru dari tokoh yang diidolakan.