Value For Money (VFM) merupakan konsep penting dalam organisasi sektor publik (Mahmudi, 2005). Meskipun sama-sama menggunakan kata value dan money. Konsep value for money sangat berbeda pengertiannya dengan konsep time value of money.
Time value of money, memiliki pengertian bahwa nilai uang bisa berubah dengan adanya perubahan waktu, sedangkan value for money memiliki pengertian penghargaan terhadap nilai uang (Mahmudi, 2005), hal ini berarti setiap rupiah harus dihargai secara layak dan digunakan sebaik-baiknya.
Sektor publik di indonesia baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah sering di nilai sebagai lembaga yang inefisien, selalu boros dalam menggunakan dana, sumber kebocoran anggaran yang tinggi (korupsi), dan institusi yang selalu merugi dalam melakukan aktivitasnya. Karena itu, tuntutan baru muncul agar pemerintah daerah memperhatikan value for money dalam menjalankan aktivitasnya.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang berdasarkan pada tiga elemen utama yaitu: ekonomis, efisien, dan efektif dengan cakupan sebagai berikut:
1. Ekonomis
Dalam arti kehematan yang mencakup hati-hati dan cermat (predency). Dalam pengadaan alokasi sumber daya, serta perolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait pada sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
Ekonomi menggambarkan hubungan antara harga pasar dan masukan (cost of input) atau dengan kata lain ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spendingless). Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis apabila dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu ada.
2. Efisien
Hubungan erat dengan konsep produktifitas dalam arti berdaya guna dalam penggunaan sumber daya. Dimana penggunaan sumber daya diminimalkan dan hasilnya yang dimaksimalkan (maximizing benefis and minimizing cost). Efisiensi merupakan perbandingan output/input (cosh of output) yang digunakan dengan dikaitkan pada standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Proses kegiatan operasional dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya. Secara matematis, efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input atau dengan istilah lain otput per unit input. Suatu organisasi, program atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya. Atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya.
Sesuai dengan batasan peneliti yang telah dipaparkan pada bagian II, pengukuran value for money pada program pembangunan jalan dan jembatan ini hanya sebatas pada tahun anggaran 2014 pengukuran ini dilakukan dengan membandingkan nilai output yaitu persentase perbandingan jumlah realisasi fisik di lapangan dari setiap kegiatan yang ada dengan jumlah unit fisik yang dianggarkan, dengan nilai input yaitu jumlah persentase antara dana yang digunakan dengan dana yang dianggarkan oleh pemerintah.
Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
Sedangkan untuk mengetahui nilai output (keluaran) yang dijadikan indikator untuk mengukur output yakni keadaan/realisasi pencapaian fisik dan lapangan. Nilai Output ini dapat diukur dengan menghitung persentase perbandingan antara jumlah realisasi fisik di lapangan dari setiap kegiatan yag ada dengan jumlah unit fisik yang dianggarkan. Secara matematis dapat dihitung dengan menggunakan formulasi matematis sebagai berikut:
Setelah nilai input dan output diketahui, maka selanjutnya pengukuran efisiensi dapat dinyatakan sebagai berikut:
3. Efektifitas
Pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan dan sasaran dari target kegiatan (berhasil guna). Efektifitas merupakan hubungan antara keluaran (output) dengan tujuan atau sasaran (outcome) yang harus dicapai. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan, suatu organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan (spending wisley).
Efektivitas adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Nilai efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara outcome dan output. Oleh karena itu perlu diketahui beberapa nilai outcome dan output yang menjadi indikator kinerja dalam program pembangunan jalan dan jembatan.
Value for money menghendaki organisasi bisa memenuhi prinsip ekonomi, efisien, dan efektivitas tersebut secara bersama-sama. Dengan pengertian lain, value for money menghendaki organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dengan biaya yang lebih rendah.
Sehingga dalam pengukuran kinerja bukan lagi hanya berdasar pada tingkat serapan anggaran yang maksimal, tetapi capaian hasil yang jadi penentu utama dalam pengukurannya dengan melihat tingkat ekonomis serta efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran. Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa pihak berpendapat bahwa ketiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah dua elemen lain yaitu keadilan (equity)dan pemerataan atau kesetaraan (equality).
Keadilan berarti setiap masyarakat memiliki kesempatan sosial (sosial opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi tanpa adanya diskriminasi atau hak istimewa atas kelompok tertentu. Kesetaraan mengandung arti bahwa pemerintah mengutamakan pelayanan kepada masyarakat yang lebih membutuhkan.
Hal itu juga berarti perlunya dilakukan pemerataan pelayanan sehingga semua masyarakat dapat menikmati pelayanan yang diberikan. Perluasan value for money dengan menambah prinsip keadilan tersebut penting untuk mengindari munculnya eksternalitas serta kegagalan pasar.
Value for money (VfM) merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (Mardiasmo, 2009). Ruang lingkup ekonomi meliputi pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah.
Efisien menyangkut pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu, sedangkan efektivitas berkaitan erat terhadap tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Dalam hal ini tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan Value for Money, yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan, serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.
Dari ketiga elemen pokok Value for Money tersebut, beberapa pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup, sehingga perlu ditambah dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality) (Mardiasmo, 2009). Keadilan berarti bahwa semua masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan, tanpa diskriminasi atau hak istimewa bagi kelompok tertentu.
Pemerataan atau kesetaraan berarti pemerintah harus menerapkan pemerataan pelayanan kepada seluruh masyarakat, dengan mengutamakan pelayanan bagi masyarakat yang lebih membutuhkan. Akuntabilitas publik sesuai dengan karakteristik pelaksanaan good governance yang diberikan oleh United Nation Development Program (UNDP) dalam Mardiasmo (2009), meliputi partisipasi (participation), penegakan hukum (rule of law), transparansi (transparency), daya tanggap (responsiveness), orientasi kepentingan umum (consensus orientation), kesetaraan (equity), efisiensi dan efektivitas (efficiency and effectiviness), akuntabilitas (accountability), dan visi ke depan (strategic vision).
Dalam konteks organisasi pemerintahan, yang dimaksud dengan akuntabilitas publik yakni pemberian informasi kepada publik dan konstituen lainnya yang menjadi pemangku kepentingan (stakeholder) (Mahmudi, 2007). Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik tersebut telah dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efektif, dan efisien.
Akuntabilitas publik juga terkait dengan kewajiban untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah, sedang, dan direncanakan akan dilaksanakan oleh organisasi publik tersebut. Dalam rangka memperoleh hasil pengukuran metode Value for Money terdapat tiga elemen utama yang dinilai yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Value for Money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik karena kinerja pemerintah tidak bisa dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja, tetapi secara terintegrasi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama.