Apa yang dimaksud dengan Uji Silang Serasi Darah (Crossmatch) pada donor darah?

Pemeriksaan uji silang serasi darah

Pemeriksaan uji silang serasi darah merupakan pemeriksaan utama sebelum dilakukan tranfusi darah yaitu memeriksa kecocokan antara darah pasien dengan darah donor sehingga darah yang dikeluarkan dari UTD benar-benar cocok ( kompatibel ).

Adapun metode uji silang serasi yaitu metode aglutinasi dan metode Crossmatch. Fungsi dari uji silang antara lain :

  • Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan pasien sehingga menjamin kecocokan darah yang akan ditranfusikan bagi pasien.
  • Mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang dapat mengurangi umur eritrosit donor/ menghancurkan eritrosit donor.
  • Cek akhir uji kecocokan golongan darah ABO.

Apa yang dimaksud dengan Uji Silang Serasi Darah (Crossmatch) pada donor darah ?

Uji Silang Serasi Darah atau Crossmatch merupakan pemeriksaan utama yang dilakukan sebelum transfusi yaitu memeriksakecocokan antara darah pasien dan donor sehingga darah yang diberikan benar-benar cocok (Setyati, 2010) dan supaya darah yang ditranfusikan benar-benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien (Amiruddin, 2015).

Pemeriksaan yang dilakukan sebelum transfusi bertujuan agar sel- sel darah yang ditransfusikan dapat hidup di tubuh pasien dan tidak menimbulkan kerusakan pada sel darah pasien (Setyati, 2010).

Uji crossmatch penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir (Yuan, 2011).

Tahapan yang dilakukan pada uji crossmatch antara lain identifikasi contoh darah pasien yang benar, mengecek riwayat pasien sebelumnya, memeriksa golongan darah pasien, darah donor yang sesuai golongan darah pasien, pemeriksaan crossmatch, pelabelan yang benar sebelum darah dikeluarkan (Setyati , 2010).

Crossmath menurut urgensi permintaan darah bagi seorang pasien dibagi dalam tiga kategori yaitu crossmatch rutin, crossmatch emergency dan crossmatch persiapan operasi. Berdasarkan mediumnya yaitu saline, bovine dan coomb’s.

Prinsip crossmatch ada dua yaitu :

  1. Mayor crossmatch, merupakan serum pasien direaksikan dengan sel donor, apabila di dalam serum pasien terdapat antibodi yang melawan terhadap sel maka dapat merusak sel donor tersebut (Setyati, 2010 , Yuan, 2011).

  2. Minor crossmatch, merupakan serum donor direaksikan dengan sel pasien. Pemeriksaan antibodi terhadap donor apabila sudah dilakukan maka pemeriksaan crossmatch minor tidak perlu lagi dilakukan (Setyati, 2010 , Yuan, 2011).

Golongan darah ABO pasien dan donor jika sesuai, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi. Golongan darah pasien dan donor berlainan umpamanya donor golongan darah donor O dan pasien golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi (Yuan, 2011).

Mayor crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga complete antibodies maupun incomplete Antibodies. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja, tidak dapat mengesampingkan aglutinin rhesus yang hanya bereaksi pada suhu 37 derajat C.

Pemeriksaan Crossmatch

  1. Pemeriksaan crossmatch metode tabung
    Prinsip pemeriksaan crossmatch metode tabung adalah sel donor dicampur dengan serum penerima (mayor crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan serum donor (minor crossmatch) dalam bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis bila golongan darah tidak cocok. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan (Setyati, 2010).

  2. Pemeriksaan crossmatch metode gel
    Yves Lampiere dari Perancis menemukan metode gel dan mengembangkan metode gel di Switzerland pada akhir 1985 sebagai metode standar sederhana yang memberikan reaksi aglutinasi dan dapat dibaca dengan mudah. Metode gel pertama kali digunakan untuk pemeriksaan rutin pada tahun 1988, saat ini telah digunakan lebih dari 80 negara termasuk Indonesia (Setyati, 2010).

Prinsip pemeriksaan crossmatch metode gel adalah penambahan suspensi sel dan serum atau plasma dalam microtube yang berisi gel di dalam buffer berisi reagen (Anti-A, Anti-B, Anti-D, enzim, Anti-Ig G, Anti komplement). Microtube selanjutnya diinkubasi selama 15 menit pada suhu 370C dan disentrifus.

Aglutinasi yang terbentuk akan terperangkap di atas permukaan gel. Aglutinasi tidak terbentuk apabila eritrosit melewati pori-pori gel, dan akan mengendap di dasar microtube (MJAFI, 2010).

Derajat Reaksi Aglutinasi
Gambar Derajat Reaksi Aglutinasi (Weis ED, Chizhevsky V, 2006)

Keterangan gambar :

A. 4+ : Aglutinasi sel darah merah membentuk garis di atas microtube gel.
B. 3+ : Aglutinasi sel darah merah kebanyakan berada di atas setengah dari microtubegel.
C. 2+ :Agutinasi sel darah merah terlihat di sepanjang microtube gel.
D. 1+ : Aglutinasi sel darah merah berada di bawah setengah darimicrotube gel
E. - : Aglutinasi semua sel darah merah lolos di bagian bawah microtube gel.

Metoda gel merupakan metode untuk mendeteksi reaksi sel darah merah dengan antibodi. Metode gel akan lebih cepat dan mempunyai akurasi tinggi dibandingkan dengan metode tabung (Setyati J, 2010).

Pemeriksaan crossmatch metode gel dapat dilakukan dengan metode semi otomatis dan metode otomatis. Crossmatch metode semi otomatis adalah metode pemeriksaan crossmatch menggunakan reagen gel, dimana tehnisi yang melakukan tahap analitik adanya aglutinasi memberi hasil positif dan tidak adanya aglutinasi dinyatakan negatif.

Pemeriksaan crossmatch metode otomatis

Crossmatch metode otomatis adalah metode pemeriksaan crossmatch menggunakan reagen gel. Perbedaan keduanya terletak pada dengan meminimalsir manipulasi oleh teknisi, dimana tehnisi hanya terlibat pada tahap preparasi sampel kemudian selanjutnya mesin yang melakukan tahap analitik. Hasil dibaca adanya aglutinasi memberi hasil positif, dan tidak adanya aglutinasi dinyatakan negatif.

Keunggulan metode otomatis :

  1. Peningkatan keamanan dan keselamatan darah yang akan ditransfusikan ke pasien.
  2. Mengurangi kesalahan klerikal (human error).
  3. Peningkatan efisiensi dalam proses pemeriksaan.
  4. Efisiensi biaya.
  5. Optimalisasi keseluruhan proses dimana bank darah dapat meningkatkan pelayanan yang lebih cepat dan lebih baik kepada pasien dan dokter.

Kelemahan metode otomatis adalah alat tidak dapat melakukan sampel dalam jumlah volume kurang dari 1 ml dengan perbandingan sel darah merah dan serum atau plasma 1:1. Metode otomatis akan jauh lebih mahal bagi BDRS yang jumlah pemeriksaannya sedikit.

Interpretasi Hasil Crossmatch

Tabel Interpretasi Hasil Crossmatch
image
Sumber :Prosedur BDRS

Keterangan :

  1. Crossmatch mayor, minor dan AC(auto control) = negatif, darah pasien kompatibel dengan darah donor maka darah boleh dikeluarkan.

  2. Crossmtacth mayor = positif, minor = negatif, AC = negatif, diperiksa sekali lagi golongan darah pasien apakah sudah sama dengan donor, apabila golongan darah sudah sama artinya ada irregular antibody pada serum pasien. Darah donor diganti dengan melakukan crossmatch lagi sampai didapat hasil cross negatif pada mayor dan minor, apabila tidak ditemukan hasil crossmatch yang kompatibel meskipun darah donor telah diganti maka harus dilakukan screening dan identifikasi antibodi pada serum pasien, dalam hal ini sampel darah dikirim ke UTD Pembina terdekat.

  3. Crossmatch mayor = negatif, minor = positif, AC = negatif, artinya ada irregular antibody pada serum / plasma donor. Penyelesaiannya darah donor diganti dengan yang lain, lakukan crossmatch lagi.

  4. Crossmatch mayor = negatif, minor = positif, AC = positif, lakukan direct coombs test (DCT) pada pasien. Hasil DCT positif pada crossmatch minor dan AC berasal dari autoantibody. Apabila derajat positif pada minor sama atau lebih kecil dibandingkan derajat positif pada AC / DCT, darah boleh dikeluarkan. Apabila derajat positif pada minor lebih besar dibandingkan derajat positif pada AC / DCT, darah tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai ditemukan positif pada minor sama atau lebih kecil dibanding AC / DCT.

  5. Mayor, Minor, AC = positif. Golongan darah pasien maupun donor diperiksa, baik dengan cell grouping maupun back typing, pastikan tidak ada kesalahan golongan darah. DCT pada pasien dilakukan, apabila positif bandingkan derajat positif DCT dengan minor, apabila derajat positif minor sama atau lebih rendah dari DCT, maka positif pada minor dapat diabaikan, artinya positif tersebut berasal dari autoantibody. Positif pada mayor, disebabkan adanya irregular antibody pada serum pasien, ganti dengan darah donor baru sampai ditemukan hasil mayor negatif.