Setelah beberapa dekade, cabang psikologi kepribadian memperoleh pendekatan taksonomi kepribadian yang dapat diterima secara umum, yaitu The Big Five Personality . Diantara ketiga tokoh pendekatan trait (sifat), Allport, Eysenck dan Cattel, terdapat pandangan mengenai penggunaan faktor analisis, mengenai jumlah dan dimensi sifat dasar yang diperlukan untuk mampu mendeskripsikan kepribadian. Perbedaan ini masih diperdebatkan selama bertahun-tahun. Namun sejak 1980, setahap demi setahap telah ada kemufakatan terutama dalam faktor analisis. Sekarang banyak peneliti yang setuju bahwa perbedaan individu dapat terorganisir dalam istilah lima perluasan yang terkenal dengan sebutan “ Big Five ” dimensi sifat karena keluasan dan tingkat keabstrakan yang luar biasa (Dwijayanti, 2013).
Big Five Personality adalah kepribadian individual yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima dimensi pada The Big Five Personality memiliki hubungan langsung dengan faktor keturunan biologis. Dasar biologis dari kelima faktor ini sangat kuat. Faktor biologis atau alam yang menentukan kepribadian dan pengalaman sosial hanya memiliki sedikit pengaruh (McCrae & Costa dalam Cervone dan Pervin, 2012).
J.Feist dan G.J Feist (2009) menyatakan bahwa big five adalah satu kepribadian yang dapat baik memprediksi dan menjelaskan perilaku. Suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experiences . Semua orang dapat digambarkan dengan kelima dimensi Big Five; tetapi beberapa orang dicirikan dengan nilai ekstrem pada salah satu dari dimensi tersebut, dengan kata lain diantara kelima faktor tersebut, manusia cenderung memiliki salah satu faktor yang dominan (McCrae dan Costa, dalam Friedman & Schustack, 2008).
Trait-trait dalam Big Five Personality
Faktor kepribadian The Big Five merupakan salah satu pendekatan yang dianggap lebih sederhana dan deskriptif dalam menggambarkan kepribadian manusia (Pervin, Cervone & John, 2005). Menurut McCrae & Costa (Cervone & Pervin, 2012) ada beberapa istilah yang digunakan untuk menggolongkan trait (sifat), yaitu:
Dimensi ini merupakan taksiran kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, tingkat atau level aktivitasnya, kebutuhan untuk mendapat stimulasi dan kemampuan untuk berbahagia. Dimensi extraversion terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut :
-
Warmth (kehangatan)
-
Gregariousness (suka berkumpul)
-
Assertiveness (asertivitas)
-
Activity level (tingkat aktivitas)
-
Excitement seeking (pencarian kesenangan)
-
Positive emotions (emosi positif)
Subfaktor dalam extraversion dapat dibagi kembali ke dalam 2 ciri interpersonal dan temperamental. Subfaktor kehangatan ( warmth ) merujuk pada interaksi personal yang bersahabat, suka bersosialisasi dan tulus. Sebaliknya individu yang dingin cenderung kaku, pendiam dan tidak dekat dengan orang kebanyakan.Kehangatan ( warmth ) dan sifat suka berkumpul ( gregariousness ) biasanya muncul pada individu yang mudah berkumpul.Individu yang suka berkumpul cenderung menyukai keramaian dan dorongan sosial. Asertivitas adalah subfaktor ketiga dalam dimensi Extraversion . Individu yang asertif biasanya memiliki kemampuan untuk memimpin, bertanggung jawab akan suatu tugas dan mampu mengungkapkan perasaan atau keinginan dengan mudah.
Tiga subfaktor lain dari extraversion termasuk dalam ciri temperamental yakni level aktivitas (activity level), pencarian kesenangan (excitement seeking), dan emosi yang positif (positive emotion). Individu dengan tipe kepribadianextraversion biasanya suka menyibukkan diri cenderung bertindak dengan penuh semangat serta berbicara dengan cepat sehingga terkesan energik. Mereka lebih menyukai lingkungan yang dapat menstimulasi mereka dalam upaya pencarian kesenangan, contohnya mobil berkecepatan tinggi dan pakaian yang mencolok. Kehidupan yang aktif dan menyenangkan dari seorang individu dengan tipe kepribadian extraversion mencerminkan pengalaman emosi yang positif.Kesenangan, semangat dan kelucuan menjadi tema utama dari tipe kepribadian extraversion. Semua disposisi ini bersifat sinergis, bersama-sama membentuk tipe kepribadian.
Dimensi ini mendeskripsikan kualitas orientasi interpersonal seseorang secara berkesinambungan dari perasaan terharu sampai perasaan menentang dalam pikiran, perasaan dan tindakan. Dimensi agreeableness terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut :
-
Trust (kepercayaan)
-
Straightforwardness (berterusterang/langsung pada pokok permasalahan)
-
Altruism (pengorbanan /mendahulukan kepentingan orang lain)
-
Compliance (kerelaan)
-
Modesty (rendah hati)
-
Tendermindedness (berhati lembut)
Individu dengan tipe kepribadian agreeableness mempercayai orang lain dan jarang mencurigai niat yang tersembunyi. Percaya (trust) adalah perkembangan psikososial utama yang paling mendasar menurut teori Erikson. Menurutnya individu yang tidak mengembangkan rasa percaya tidakakan pernah menguasai tahap industry, identity, dan intimacy. Saat individu yang agreeableness mempercayai orang lain, maka ia pun akan menjadi individu yang dipercayai orang lain, ini ditandai oleh kejujuran serta keterusterangan (straightforwardness).
Individu yang agreeableness cenderung tidak mementingkan diri sendiri, sebagaimana yang tercermin dalam kebijaksanaan serta keinginan mereka untuk membantu orang lain (Altruism). Individu yang agreeableness pada dasarnya lembut dan mau mengalah demi orang lain. Subfaktor ini dikenal sebagai compliance . Individu yang agreeableness menunjukkan kerendahan hati ( modesty ) dalam menilai kemampuan dirinya. Skor yang rendah pada subfaktor ini mungkin menunjukkan kecenderungan naristik. Selain itu, individu yang agreeableness biasanya menunjukkan kebaikan hati ( tedermindedness ), sentimental dan mudah tersentuh.
Mendeskripsikan perilaku tugas dan arah tujuan, menilai kemampuan individu dalam organisasi, baik mengenai ketekunan dan motivasi, dan secara sosial membutuhkan impuls kontrol. Dimensi conscientiousness terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut :
-
Competence (kompeten)
-
Order (teratur)
-
Dutifulness (kepatuhan terhadap tugas)
-
Achievement stiving (pencapaian prestasi / pencapaian kesuksesan)
-
Self-Discipline (disiplin diri)
-
Deliberation (pemikir)
Individu dengan tipe kepribadian conscientiousness menunjukkan ciri rasional dan berfikir bahwa diri mereka mempunyai kompetensi yang tinggi ( competence ). Sebagian dari kesuksesan mereka berasal dari kemampuan mereka dalam organisasi yang baik serta keteraturan yang tinggi ( order ).Kedua hal ini yang membuat mereka bekerja dengan efisien. Individu yang conscientiousness memegang teguh tugas ( dutifulness ), memiliki kebutuhan akan pencapaian prestasi yang tinggi ( achievement striving ), dan menggapai kesempurnaan dalam segala sesuatu hal yang mereka lakukan demi pencapaian prestasi, memiliki displin diri yang tinggi sehingga mampu mencapai tujuan mereka ( self-discipline ), mereka umumnya menunjukkan ciri pertimbangan ( deliberation ), berpikir penuh dengan kehati-hatian sebelum bertindak dan membuat rencana di awal bukan dengan cara yang tiba-tiba.
Dimensi ini merupakan penyesuaian diri dengan ketidakstabilan emosi. Dari dimensi ini dapat diidentifikasi kecenderungan individu, apakah mudah tertekan tertekan secara psikologis, mempunyai ide-ide yang tidak realistis, keinginan atau dorongan yang berlebihan, dan kegagalan untuk memberikan respons-respons yang tepat. Dimensi neuroticism terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut :
-
Anxiety (kecemasan)
-
Angry hostility (amarah)
-
Depression (depresi)
-
Self – consciousness (kesadaran diri)
-
Impulsiveness (menuruti kata hati)
-
Vulnerability (kerentanan)
Keenam subfaktor dari neuroticism menggambarkan tingkat kecemasan dan ketidakmampuannya mengontrol dorongan dalam dirinya. Dua subfaktor dari neuroticism yaitu kecemasan ( anxiety ) dan permusuhan ( angry ) yang terbentuk dari 2 kondisi emosi dasar individu yaitu takut dan marah.Setiap individu pasti pernah merasakan kedua emosi dari waktu ke waktu, namun intensitas emosi yang mereka rasakan berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Individu dengan sifat cemas cenderung gugup dan tegang.Mereka mudah khawatir dan merenungkan hal-hal yang tidak berjalan semestinya. Individu dengan rasa permusuhan yang tinggi menunjukkan kecenderungan mudah marah, kebencian, penolakan dan sulit memaafkan dan rukun dengan individu lainnya.
Dua emosi lain yang membentuk subfaktor depresi ( depression ) dan kesadaran diri ( self-consciousnes ) adalah sedih dan malu. Sebagai sebuah sifat, depresi adalah suatu kecenderungan individu mengalami kesedihan, putus asa dan kesepian.Individu yang depresi sering memiliki perasaan bersalah yang berlebih dan merendahkan dirinya sendiri.Individu dengan kesadaran diri ( self consciousnes ) yang tinggi cenderung merasakan malu yang berlebihan. Biasanya mereka peka terhadap ejekan dan cemoohan, karena sering merasa inferior terhadap orang lain.
- Opennes to experience (O)
Dimensi ini mendeskripsikan luas, kedalaman, kerumitan mental individu dan pengalaman hidup. Dimensi ini menilai individu dari usahanya secara proaktif dan penghargaannya terhadap pengalaman demi kepentingannya sendiri dan bagaimana ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa. Dimensi ini mengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan inovasi ia akan cenderung menjadi imajinatif, cenderung kreatif, ingin tahu dan sensitive terhadap hal-hal yang bersifat seni. Sebaliknya, mereka yang sifat keterbukaannya kurang cenderung memiliki sifat konvensional, merasa nyaman dengan hal-hal yang ada, dan memiliki minat yang sempit. Dimensi openness to experience terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut adalah :
-
Fantasy (fantasi)
-
Aesthetics (estetika/keindahan)
-
Feelings (perasaan)
-
Actions (perbuatan-perbuatan)
-
Ideas (ide-ide)
-
Values (nilai-nilai)