Apa yang dimaksud dengan The Big Five Factor Model?

Big Five Personality

Big Five Personality merupakan pendekatan dalam ilmu psikologi kepribadian yang menjelaskan kepribadian manusia melalui trait yang disusun dari lima buah kepribadian yang terbentuk dengan analisis-analisis faktor yang ada.

Apa yang dimaksud dengan model teori Big Five Personality ?

Big Five Factor Model merupakan traits kepribadian seseorang. Komunikasi seseorang sangat dipengaruhi oleh model kepribadiannya.

Menurut McCrae & John (1991) big five factor model didefinisikan sebagai hirarki atau susunan organisasi dari traits kepribadian yang memiliki lima dasar dimensi yaitu: Neuroticism, Ekstraversion, Openness to Experience, Agreeableness & Conscientiousness.

Berdasarkan review Susana (2014), sejarah munculnya big five tersebut bermula dari adanya beberapa peneliti yang bekerja pada tim yang berbeda-beda dan menghasilkan lima dimensi (traits) yaitu Tupes & Cristal, Goldberg, Cattel serta Costa & McCrae. Dari penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa semua studi saling memiliki korelasi yang sangat tinggi. Lima dimensi yang ditemukan atas penelitian tersebut adalah Neuroticm (N), Extraversion (E), Openess to Experience (O). Agreeablesness (A) dan Conscientiousness (C).

Berdasarkan lima dimensi tersebut telah dikembangkan berbagai model alat ukur kepribadian, salah satu contohnya adalah NEO-PI-R (Costa & McCrae, 1992).

Dimensi dan Facet Kepribadian Big Five

Menurut Costa & McCrae (1992), traits kepribadian telah dikelompokkan menjadi lima dimensi yang disebut dengan big five. Setiap dimensi dari big five terdiri dari beberapa facet. Facet adalah trait yang lebih spesifik, yang merupakan komponen-komponen dari kelima faktor tersebut. Costa & McCrae (1992) menjelaskan bahwa setiap faktor dari big five memiliki 6 facet.

Dimensi- dimensi dan facet-facet dalam big five tersebut adalah :

Neuroticism

Dimensi ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi. Sehingga dapat mengidentifikasi tingkat kerentanan individu dalam mengalami stress, memiliki ide-ide yang tidak realistis, memiliki coping response yang mal-adaptif (Costa & McCrae 1985; 1990 dalam Pervin & John, 2001).

Individu yang memiliki kestabilan emosi yang positif cenderung berciri tenang, semangat dan merasa dirinya aman. Sementara individu yang memiliki kestabilan emosi yang negatif cenderung merasa gelisah, tertekan dan merasa tidak dirinya tidak aman ( Robbins, 2001).

Dimensi Neuroticism terdiri dari 6 facet yang meliputi :

  • Anxiety atau kecemasan
  • Self-consciousness atau kesadaran diri
  • Depression atau depresi
  • Vulnerability atau rawan terluka (kerentanan hati)
  • Impulsiveness atau impulsif (menuruti kata hati)
  • Angry hostility atau amarah untuk bermusuhan

Extraversion

Dimensi ini menilai kuantitas dan intensitas interaksi sosial, level aktivitas, kebutuhan akan dukungan orang lain dan kemampuan untuk merasa bahagia (Costa & McCrae 1985; 1990 dalam Pervin & John, 2001).

Sehingga dapat menunjukkan tingkat kesukaan individu akan hubungan. Individu yang ekstraversinya tinggi cenderung ramah, terbuka dan suka meluangkan waktu untuk menikmati & mempertahankan hubungan dengan lingkungan sosialnya. Sementara, individu yang ekstraversinya rendah atau disebut dengan introvert, cenderung kurang terbuka dan senang menikmati waktunya untuk sendiri, sehingga memiliki hubungan yang sedikit dengan lingkungan sosialnya ( Robbins, 2001).

Dimensi extraversion terdiri dari 6 facet yang meliputi:

  • Gregariousness atau suka berkumpul
  • Activity level atau suka beraktivitas
  • Assertiveness atau asertif
  • Excitement seeking atau mencari kesenangan
  • Positive emotions atau emosi positif
  • Warmth atau kehangatan

Openness to Experience

Dimensi ini menilai pencarian proaktif dan tingkat penghargaan diri terhadap usaha dan pengalaman yang dilakukan oleh individu. Sehingga dapat menilai bagaimana individu dapat menggali sesuatu yang baru (Costa & McCrae 1985; 1990 dalam Pervin & John, 2001).

Dengan kata lain, dimensi ini menilai minat individu, yang mana individu yang memiliki suka akan hal baru dan inovasi, maka akan cenderung menjadi imajinatif, sensitif dan intelek. Sementara individu yang berkebalikan kategori keterbukaannya akan nampak lebih konvensional dan menemukan kesenangan dalam keakraban hubungan (Robbins, 2001).

Dimensi Openness to Experience ini terdiri dari 6 facet yang meliputi :

  • Fantasy atau khayalan
  • Aesthetic atau keindahan
  • Feelings atau perasaan
  • Ideas atau ide
  • Actions atau tindakan
  • Values atau nilai-nilai

Agreeableness

Dimensi ini menilai kualitas orientasi individu dari mulai tingkat lemah lembut sampai antagonis didalam berperasaan, berpikir dan berperilaku (Costa & McCrae 1985; 1990 dalam Pervin & John, 2001).

Individu yang sangat mampu bersepakat akan lebih menghargai kekompakan, mereka tergolong kooperatif dan percaya pada orang lain. Sementara, individu yang nilai kemampuan untuk bersepakat rendah akan lebih memusatkan perhatian pada pada kebutuhan mereka sendiri dari pada kebutuhan orang lain (Robbins, 2001).

Dimensi agreeableness ini terdiri dari 6 facet yang terdiri dari:

  • Straightforwardness atau berterus terang
  • Trust atau percaya
  • Altruism atau berperilaku menolong
  • Modesty atau bersahaja
  • Tendermindedness atau berhati lembut
  • Compliance atau penurut

Conscientiousness

Dimensi ini menilai kemampuan individu dalam organisasi, motivasi dan ketekunan dalam mencapai tujuan (Costa & McCrae 1985; 1990 dalam Pervin & John, 2001).

Dimensi ini merujuk pada jumlah tujuan yang menjadi pusat perhatian individu. Jika individu memiliki skor yang tinggi, maka akan cenderung mendengarkan kata hati, cenderung bertanggung jawab, gigih, tergantung dan berorientasi pada prestasi. Sementara, individu yang memiliki skor rendah akan cenderung lebih kacau pikirannya, mengejar banyak tujuan dan lebih hedonis (Robbins, 2001).

Dimensi conscientiousness ini memiliki 6 facet yang terdiri dari;

  • Self-dicipline atau disiplin diri
  • Dutifulness atau patuh
  • Competence atau kompetensi
  • Order atau keteraturan
  • Deliberation atau pertimbangan
  • Achievement striving atau pencapaian prestasi

Model Big Five Personality, yang diutarakan oleh Allport dan Catell, salah satu pencetus teori ini, adalah :

  1. Conscientiousness (Sifat Berhati-hati)

    Dimensi kepribadian ini menilai seseorang tersebut di organisasi, baik dalam hal ketekunan hingga motivasinya dalam mencapai tujuan yang ada. Individu dengan sifat kepribadian Conscientiousness biasanya lebih cenderung berhati-hati ketika melakukan sesuatu hal atau melakukan sesuatu dengan penuh pertimbangan.

    Selain itu, individu dengan kepribadian ini juga memiliki sikap disiplin yang tinggi serta dapat dipercaya. Karakter positif pada kepribadian ini adalah bisa diandalkan, dapat bertanggung jawab, tekun, serta memiliki orientasi pada pencapaian. Sifat kebalikan dari kepribadian ini adalah cenderung tidak bertanggung jawab, selalu terburu-buru, tidak dapat diandalkan dalam pekerjaan, serta cenderung kurang teratur.

  2. Extraversion

    Kepribadian extraversion sangat erat kaitannya dengan kenyamanan seseorang ketika berinteraksi dengan orang-orang lain disekitarnya. Sifat positif dari kepribadian ini adalah senang dan mudah dalam bergaul, bersosialisasi serta mampu hidup berkelompok dan tegas. Sebaliknya kebalikan dari kepribadian ini adalah Introversion, seperti pemalu, penyendiri, pendiam, dan penakut.

  3. Agreebleness

    Kepribadian ini biasanya menilai apakah individu tersebut memiliki orientasi dengan kontinum nilai lemah lembut hingga sikap antagonis. Agreebleness biasanya cenderung untuk patuh dengan individu lainnya. Selain itu, individu dengan kepribadian ini juga seringkali menghindari konflik. Sifat positif dari kepribadian ini adalah dapat bekerja sama (koorperatif), bersifat baik, hangat, penuh kepercayaan, serta suka membantu. Sifat sebaliknya dari kepribadian ini adalah tidak mudah dalam bersepakat dengan orang lain, dingin, suka menentang, dan tidak ramah.

  4. Neuroticism (Neurotisme)

    Kepribadian neuroticism merupakan kepribadian yang mana mampu untuk menilai kemampuan seseorang pada saat menahan stress atau tekanan. Kepribadian ini menilai dari kestabilan serta ketidakstabilan emosi pada individu, apakah individu tersebut mudah stress, memiliki ide-ide yang tidak realistis, ataupun memiliki coping response yang maladaptif.

    Sifat positif dari karakter ini adalah memiliki stabilitas pada emosional (Emotional Stability), sehingga dapat menghadapi masalah papaun dengan emosi yang elbih stabil, percaya diri, serta pendirian teguh. Sedangkan sisi negatif dari karakater ini adalah mudah depresi, gugup, mudah berubah pikiran, serta tidak percaya diri.

Setelah beberapa dekade, cabang psikologi kepribadian memperoleh pendekatan taksonomi kepribadian yang dapat diterima secara umum, yaitu The Big Five Personality . Diantara ketiga tokoh pendekatan trait (sifat), Allport, Eysenck dan Cattel, terdapat pandangan mengenai penggunaan faktor analisis, mengenai jumlah dan dimensi sifat dasar yang diperlukan untuk mampu mendeskripsikan kepribadian. Perbedaan ini masih diperdebatkan selama bertahun-tahun. Namun sejak 1980, setahap demi setahap telah ada kemufakatan terutama dalam faktor analisis. Sekarang banyak peneliti yang setuju bahwa perbedaan individu dapat terorganisir dalam istilah lima perluasan yang terkenal dengan sebutan “ Big Five ” dimensi sifat karena keluasan dan tingkat keabstrakan yang luar biasa (Dwijayanti, 2013).

Big Five Personality adalah kepribadian individual yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima dimensi pada The Big Five Personality memiliki hubungan langsung dengan faktor keturunan biologis. Dasar biologis dari kelima faktor ini sangat kuat. Faktor biologis atau alam yang menentukan kepribadian dan pengalaman sosial hanya memiliki sedikit pengaruh (McCrae & Costa dalam Cervone dan Pervin, 2012).

J.Feist dan G.J Feist (2009) menyatakan bahwa big five adalah satu kepribadian yang dapat baik memprediksi dan menjelaskan perilaku. Suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experiences . Semua orang dapat digambarkan dengan kelima dimensi Big Five; tetapi beberapa orang dicirikan dengan nilai ekstrem pada salah satu dari dimensi tersebut, dengan kata lain diantara kelima faktor tersebut, manusia cenderung memiliki salah satu faktor yang dominan (McCrae dan Costa, dalam Friedman & Schustack, 2008).

Trait-trait dalam Big Five Personality

Faktor kepribadian The Big Five merupakan salah satu pendekatan yang dianggap lebih sederhana dan deskriptif dalam menggambarkan kepribadian manusia (Pervin, Cervone & John, 2005). Menurut McCrae & Costa (Cervone & Pervin, 2012) ada beberapa istilah yang digunakan untuk menggolongkan trait (sifat), yaitu:

  • Extraversion (E)

Dimensi ini merupakan taksiran kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, tingkat atau level aktivitasnya, kebutuhan untuk mendapat stimulasi dan kemampuan untuk berbahagia. Dimensi extraversion terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut :

  • Warmth (kehangatan)
  • Gregariousness (suka berkumpul)
  • Assertiveness (asertivitas)
  • Activity level (tingkat aktivitas)
  • Excitement seeking (pencarian kesenangan)
  • Positive emotions (emosi positif)

Subfaktor dalam extraversion dapat dibagi kembali ke dalam 2 ciri interpersonal dan temperamental. Subfaktor kehangatan ( warmth ) merujuk pada interaksi personal yang bersahabat, suka bersosialisasi dan tulus. Sebaliknya individu yang dingin cenderung kaku, pendiam dan tidak dekat dengan orang kebanyakan.Kehangatan ( warmth ) dan sifat suka berkumpul ( gregariousness ) biasanya muncul pada individu yang mudah berkumpul.Individu yang suka berkumpul cenderung menyukai keramaian dan dorongan sosial. Asertivitas adalah subfaktor ketiga dalam dimensi Extraversion . Individu yang asertif biasanya memiliki kemampuan untuk memimpin, bertanggung jawab akan suatu tugas dan mampu mengungkapkan perasaan atau keinginan dengan mudah.

Tiga subfaktor lain dari extraversion termasuk dalam ciri temperamental yakni level aktivitas (activity level), pencarian kesenangan (excitement seeking), dan emosi yang positif (positive emotion). Individu dengan tipe kepribadianextraversion biasanya suka menyibukkan diri cenderung bertindak dengan penuh semangat serta berbicara dengan cepat sehingga terkesan energik. Mereka lebih menyukai lingkungan yang dapat menstimulasi mereka dalam upaya pencarian kesenangan, contohnya mobil berkecepatan tinggi dan pakaian yang mencolok. Kehidupan yang aktif dan menyenangkan dari seorang individu dengan tipe kepribadian extraversion mencerminkan pengalaman emosi yang positif.Kesenangan, semangat dan kelucuan menjadi tema utama dari tipe kepribadian extraversion. Semua disposisi ini bersifat sinergis, bersama-sama membentuk tipe kepribadian.

  • Agreeableness (A)

Dimensi ini mendeskripsikan kualitas orientasi interpersonal seseorang secara berkesinambungan dari perasaan terharu sampai perasaan menentang dalam pikiran, perasaan dan tindakan. Dimensi agreeableness terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut :

  • Trust (kepercayaan)
  • Straightforwardness (berterusterang/langsung pada pokok permasalahan)
  • Altruism (pengorbanan /mendahulukan kepentingan orang lain)
  • Compliance (kerelaan)
  • Modesty (rendah hati)
  • Tendermindedness (berhati lembut)

Individu dengan tipe kepribadian agreeableness mempercayai orang lain dan jarang mencurigai niat yang tersembunyi. Percaya (trust) adalah perkembangan psikososial utama yang paling mendasar menurut teori Erikson. Menurutnya individu yang tidak mengembangkan rasa percaya tidakakan pernah menguasai tahap industry, identity, dan intimacy. Saat individu yang agreeableness mempercayai orang lain, maka ia pun akan menjadi individu yang dipercayai orang lain, ini ditandai oleh kejujuran serta keterusterangan (straightforwardness).

Individu yang agreeableness cenderung tidak mementingkan diri sendiri, sebagaimana yang tercermin dalam kebijaksanaan serta keinginan mereka untuk membantu orang lain (Altruism). Individu yang agreeableness pada dasarnya lembut dan mau mengalah demi orang lain. Subfaktor ini dikenal sebagai compliance . Individu yang agreeableness menunjukkan kerendahan hati ( modesty ) dalam menilai kemampuan dirinya. Skor yang rendah pada subfaktor ini mungkin menunjukkan kecenderungan naristik. Selain itu, individu yang agreeableness biasanya menunjukkan kebaikan hati ( tedermindedness ), sentimental dan mudah tersentuh.

  • Conscientiousness ©

Mendeskripsikan perilaku tugas dan arah tujuan, menilai kemampuan individu dalam organisasi, baik mengenai ketekunan dan motivasi, dan secara sosial membutuhkan impuls kontrol. Dimensi conscientiousness terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut :

  • Competence (kompeten)
  • Order (teratur)
  • Dutifulness (kepatuhan terhadap tugas)
  • Achievement stiving (pencapaian prestasi / pencapaian kesuksesan)
  • Self-Discipline (disiplin diri)
  • Deliberation (pemikir)

Individu dengan tipe kepribadian conscientiousness menunjukkan ciri rasional dan berfikir bahwa diri mereka mempunyai kompetensi yang tinggi ( competence ). Sebagian dari kesuksesan mereka berasal dari kemampuan mereka dalam organisasi yang baik serta keteraturan yang tinggi ( order ).Kedua hal ini yang membuat mereka bekerja dengan efisien. Individu yang conscientiousness memegang teguh tugas ( dutifulness ), memiliki kebutuhan akan pencapaian prestasi yang tinggi ( achievement striving ), dan menggapai kesempurnaan dalam segala sesuatu hal yang mereka lakukan demi pencapaian prestasi, memiliki displin diri yang tinggi sehingga mampu mencapai tujuan mereka ( self-discipline ), mereka umumnya menunjukkan ciri pertimbangan ( deliberation ), berpikir penuh dengan kehati-hatian sebelum bertindak dan membuat rencana di awal bukan dengan cara yang tiba-tiba.

  • Neuroticism (N)

Dimensi ini merupakan penyesuaian diri dengan ketidakstabilan emosi. Dari dimensi ini dapat diidentifikasi kecenderungan individu, apakah mudah tertekan tertekan secara psikologis, mempunyai ide-ide yang tidak realistis, keinginan atau dorongan yang berlebihan, dan kegagalan untuk memberikan respons-respons yang tepat. Dimensi neuroticism terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut :

  • Anxiety (kecemasan)
  • Angry hostility (amarah)
  • Depression (depresi)
  • Self – consciousness (kesadaran diri)
  • Impulsiveness (menuruti kata hati)
  • Vulnerability (kerentanan)

Keenam subfaktor dari neuroticism menggambarkan tingkat kecemasan dan ketidakmampuannya mengontrol dorongan dalam dirinya. Dua subfaktor dari neuroticism yaitu kecemasan ( anxiety ) dan permusuhan ( angry ) yang terbentuk dari 2 kondisi emosi dasar individu yaitu takut dan marah.Setiap individu pasti pernah merasakan kedua emosi dari waktu ke waktu, namun intensitas emosi yang mereka rasakan berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Individu dengan sifat cemas cenderung gugup dan tegang.Mereka mudah khawatir dan merenungkan hal-hal yang tidak berjalan semestinya. Individu dengan rasa permusuhan yang tinggi menunjukkan kecenderungan mudah marah, kebencian, penolakan dan sulit memaafkan dan rukun dengan individu lainnya.

Dua emosi lain yang membentuk subfaktor depresi ( depression ) dan kesadaran diri ( self-consciousnes ) adalah sedih dan malu. Sebagai sebuah sifat, depresi adalah suatu kecenderungan individu mengalami kesedihan, putus asa dan kesepian.Individu yang depresi sering memiliki perasaan bersalah yang berlebih dan merendahkan dirinya sendiri.Individu dengan kesadaran diri ( self consciousnes ) yang tinggi cenderung merasakan malu yang berlebihan. Biasanya mereka peka terhadap ejekan dan cemoohan, karena sering merasa inferior terhadap orang lain.

  • Opennes to experience (O)

Dimensi ini mendeskripsikan luas, kedalaman, kerumitan mental individu dan pengalaman hidup. Dimensi ini menilai individu dari usahanya secara proaktif dan penghargaannya terhadap pengalaman demi kepentingannya sendiri dan bagaimana ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa. Dimensi ini mengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan inovasi ia akan cenderung menjadi imajinatif, cenderung kreatif, ingin tahu dan sensitive terhadap hal-hal yang bersifat seni. Sebaliknya, mereka yang sifat keterbukaannya kurang cenderung memiliki sifat konvensional, merasa nyaman dengan hal-hal yang ada, dan memiliki minat yang sempit. Dimensi openness to experience terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut adalah :

  • Fantasy (fantasi)
  • Aesthetics (estetika/keindahan)
  • Feelings (perasaan)
  • Actions (perbuatan-perbuatan)
  • Ideas (ide-ide)
  • Values (nilai-nilai)