Kata teori sastra berasal dari dua kata, yaitu kata teori dan kata sastra. Apakah teori dan apakah sastra, merupakan pertanyaan yang di dalam ilmu sastra menimbulkan fenomena yang tidak mudah dijawab dengan begitu saja. Kedua kata tersebut berada pada dua kategori kata yang berbeda.
Yang dimaksud dengan teori sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang membedakannya dengan yang bukan sastra. Secara umum yang dimaksud dengan teori adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menerapkan pola pengaturan hubungan antara gejala-gejala yang diamati . Teori berisi konsep/uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu. Suatu teori dapat dideduksi secara logis dan dicek kebenarannya(diverifikasi) atau dibantah kesahihannya pada objek atau gejala-gejala yang diamati tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, kaitan dengan teori sastra, apakah sastra suatu karya ilmiah yang dapat dibuktikan kebenarannya, yang dapat dibantah kesahihannya? Pertanyaan ini memang tidak mudah dijawab karena menyangkut hakikat sastra. Karya sastra bukanlah karya yang ilmiah yang dapat dirunut kebenaran faktualnya sebagaimana merunut kebenaran berita surat kabar tentang peristiwa tertentu, atau merunut berita yang diceritakan seseorang tentang kejadian tertentu. Kebenaran pada karya sastra bukanlah kebenaran yang bersifat faktual tetapi kebenaran yang bersifat kemanusiaan . Sastra adalah deskripsi pengalaman kemanusiaan yang memiliki dimensi personal sekaligus dimensi sosial . Dalam sastra, pengalaman dan pengetahuan kemanusiaan itu secara fundamental mengandung gagasan estetis yang menimbulkan rasa indah, senang, dan menggugah hati. Dengan membaca karya sastra kita diperkenalkan kepada kekayaan-kekayaan batin yang memungkinkan kita mendapatkan insight , persepsi, dan refleksi diri sehingga kita dapat masuk ke dalam pengalaman nyata hidup kita. Inilah kenyataan faktual yang terdapat di dalam karya sastra yang hanya dapat diperoleh dengan hatinya masuk ke dalam karya sastra. Oleh karena itu, sastra penting dipelajari sebagai sarana berbagi pengalaman dalam mencari dan menemukan kebenaran kemanusiaan. Dengan demikian teori sastra adalah ilmu yang mengungkapkan tentang sastra sebagai karya yang memuat pengalaman batin manusia .
Teori sastra sudah banyak ditulis orang. Masing-masing teori berkembang sesuai dengan sudut pandang yang berbeda. M.H. Abrams dalam bukunya The Mirror and The Lamp: Romantic Theory and The Critical Tradition mencoba membanding-bandingkan model-model teori sastra yang telah banyak ditulis, dan menyimpulkan bahwa teori-teori tersebut beraneka ragam, bahkan mengacaukan. Untuk mempelajari karya sastra, dia mencoba melihat situasi sastra dalam konteks keseluruhan, sebagai suatu keutuhan. Diagram yang dikemukakannya dalam melihat konteks sastra sebagai berikut.
Diagram tersebut memuat konteks situasi sastra sekaligus terlihat teori dan pendekatan yang dilakukan dalam meneliti karya sastra. Menurut Abrams, ada empat komponen utama yang sekaligus merupakan sudut pandang dalam mempelajari karya sastra. Keempat sudut pandang itu ialah sebagai berikut.
Universe (realita kehidupan) sebagai objek faktual karya sastra Karya sastra merupakan cermin kehidupan masyarakat. Di dalam karya sastra ditemukan fenomena kehidupan nyata yang karenanya menimbulkan insight , kesan yang dalam bagi pembacanya. Karya sastra merupakan mimesis kehidupan. Dari sudut pandang ini, teori mimesis dan pendekatan mimesis merupakan teori dan sekaligus pendekatan yang digunakan dalam mengkaji karya sastra,
Work (karya sastra itu sendiri) sebagai suatu objek yang dipelajari Karya sastra sebagai suatu karya yang telah dihasilkan penulisnya memiliki struktur sendiri yang membangun keutuhan dirinya. Sebagai suatu karya ia telah terlepas dari pengarangnya. Dari sudut pandang ini, teori dan pendekatan struktural, atau pendekatan objektif merupakan teori dan pendekatan yang digunakan dalam mempelajari karya sastra,
Artist (pencipta karya sastra) Sebagai seorang pengarang yang menghasilkan karya sastra dia berangkat dari berbagai ide, pemikiran,perasaan, pandangan, gagasan serta hal lain yang menyebabkan ia akhirnya menulis karya sastra. Ia mengekspresikan segala yang terdapat di dalam dirinya ke dalam bentuk karya sastra. Dari sudut pandang ini, teori ekspresif dan pendekatan ekspresif merupakan teori dan pendekatan yang digunakan dalam mempelajari karya sastra, dan
Audience (pembaca) Pembaca adalah penikmat karya sastra. Pengarang menulis karya sastra tentunya untuk dibaca, untuk dinikmati oleh orang lain. Dari sudut pandang ini, teori pragmatik dan pendekatan pragmatic digunakan dalam mempelajari karya sastra, yaitu penekanan pada aspek pembaca sebagai penikmat karya sastra.
A. Teeuw dalam Sastra dan Ilmu Sastra , mengemukakan bahwa Abrams telah berhasil meletakkan kerangka dasar teori sastra. Dengan keempat kerangka dasar ini penelitian terhadap karya sastra dapat menggunakan teori yang lebih terarah dan sistematis. Dalam pengkajian karya sastra, keempat pendekatan ini merupakan pendekatan yang mendasar, yang merupakan dasar dari berbagai pendekatan lainnya yang berkembang sekarang ini. Di sisi lain, Rahman Selden (l985), dalam Yoseph Yapi Taum, mengklasifikasikan teori sastra berdasarkan kerangka diagram komunikasi linguistik Roman Jacobson. Skema komunikasinya adalah sebagai berikut.
Sama halnya dengan Abrams, masing-masing komponen merupakan dasar teori untuk mempelajari karya sastra. Bagi Selden, karya sastra memuat pesan, hubungan, kode yang disampaikan pengirimnya (pengarangnya) kepada pendengar atau orang yang menerima pesan tersebut sebagai penikmat karya sastra. Setiap pembicaraan dari pengirim ada konteksnya, ada situasi berbahasa yang dikemukakan, ada realita dalam pembicaraan. Pembicaraan tentang karya sastra tergantung kepada dari sudut mana akan dilihat karya itu.
Contoh :
Salah satu contoh penggunaan teori sastra dalam mengkaji karya sastra terdapat dalam uraian berikut.
Berhadapan dengan Chairil Anwar kita berhadapan dengan sebuah pribadi yang kompleks. Sesuatu yang kompleks biasanya sangat menarik untuk diselidiki. Setiap kali pandang kita akan dihadapkan pada sesuatu yang baru, yang mungkin belum pernah kita temukan pada pandanganpandangan sebelumnya. Karenanya kita merasa tidak pernah jemu melakukannya, sebab setiap kali kita menghadapi karyanya kali itu pula akan kita peroleh warna-warna baru yang mengasyikkan. Begitu pula halnya tentang penyair ini.
S. Suharianto , Berkenalan dengan Cipta Seni
Pada kutipan tersebut penulis melihat karya sastra dari sudut karya sebagai hasil ciptaan pengarang, sebagai ekspresi pengarang sekaligus dia menggunakan pendekatan ekspresif dalam pengkajian puisi Chairil Anwar. Dengan mempelajari puisi-puisi Chairil Anwar seakan-akan terlihat kekompleksan pribadinya. Semakin dibaca karyanya semakin ditemukan warna-warna baru yang mengasyikkan di dalamnya.