Teori pertukaran sosial dari Peter Michael Blau muncul pada tahun 60-an sebagai respons terhadap teori fungsionalis. Salah satu tokoh utama Teori Fungsionalis yang dikritik oleh Blau adalah Talcott Parsons.
Jika Parsons berpendapat bahwa human behavior hanya dipengaruhi oleh system nila individu, tidak demikian dengan Blau. Blau meyakini bahwa human behavior dipengaruhi oleh system nilai individu dan system nilai lingkungan sosialnya (nilai masyarakat).
“Social exchange can be observed everywhere once we are sensitized by this conception to it, not only in market relations but also in friendship and even in love, as we have seen, as well as in many social relations between these extremes in intimacy."
Blau mengatakan bahwa pertukaran sosial dapat diamati dalam kehidupan keseharian kita. Konsep ini tidak hanya dijumpai dalam market relations namun juga dalam hubungan pertemanan.
Blau menjelaskan bahwa tidak semua perilaku manusia dibimbing oleh pertimbangan pertukaran sosial, tetapi dia berpendapat kebanyakan memang demikian.
“Mauss (The Gift, 1954) and other anthropologists have called attention to the significance and prevalence of the exchange of gifts and services in simpler societies. "In theory such gifts are voluntary but in fact they are given and repaid under obligation. . . . Further, what they exchange is not exclusively goods and wealth, real and personal property, and things of economic value. They exchange rather courtesies, entertainments, ritual, military assistance, women, children, dances, and feasts; and fairs in which the market is but one element and the circulation of wealth but one part of a wide and enduring contact.”
Dalam masyarakat yang paling sederhana, pertukaran sosial terjadi dalam bentuk pertukaran gift dan services. Gift yang diterima tidaklah secara sukarela, namun diberikan dibawah obligation. Lebih jauh lagi, sesuatu yang dipertukarkan tidak hanya dalam bentuk goods and wealth, real and personal property dan economic values. Namun juga kesopanan, hiburan dan lain-lain.
Dalam teori pertukaran sosial menekankan adanya suatu konsekuensi dalam pertukaran baik yang berupa ganjaran materiil, misal yang berupa barang maupun spiritual yang berupa pujian. Selanjutnya untuk terjadinya pertukaran sosial harus ada persyaratan yang harus dipenuhi. Syarat itu adalah :
-
suatu perilaku atau tindakan harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat tercapai lewat interaksi dengan orang lain;
-
suatu perilaku atau tindakan harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan yang dimaksud. Adapun tujuan yang dimaksud dapat berupa ganjaran atau penghargaan intrinsik yakni berupa pujian, kasih sayang, kehormatan dan lain-lainnya atau penghargaan ekstrinsik yaitu berupa benda-benda tertentu, uang dan jasa.
Harapan-harapan yang akan diperoleh dalam pertukaran sosial menurut Blau, yaitu :
- ganjaran atau penghargaan;
- lahirnya diferensiasi kekuasaan; * kekuasaan dalam kelompok; dan
- keabsahan kekuasaan dalam kelompok.
Blau berpendapat bahwa
-
individu-individu dalam kelompok-kelompok yang sederhana (mikro) satu sama lain dalam pertukaran sosial mempunyai keinginan untuk memperoleh ganjaran ataupun penghargaan; dan
-
tidak semua transaksi sosial bersifat simetris yang didasarkan pada pertukaran sosial yang seimbang.
Menurut Blau, terdapat empat tipe nilai perantara yaitu :
-
Nilai-nilai yang bersifat khusus berfungsi sebagai media bagi kohesi dan solidaritas social;
-
Ukuran-ukuran tentang pencapaian dan bantuan sosial yang bersifat umum melahirkan sistem stratifikasi social;
-
Sebagaimana dapat dilihat, nilai-nilai yang disyahkan itu merupakan medium pelaksanaan wewenang dan organisasiorganisasi usaha-usaha sosial berskala besar untuk mencapai tujuan-tujuan kolektif dan ;
-
Gagasan-gagasan oposisi adalah media reorganisasi dan perubahan, oleh karena hal ini dapat menimbulkan dukungan bagi gerakan oposisi dan memberi legitimasi bagi kepemimpinan mereka.
“Social exchange differs in important ways from strictly economic exchange. The basic and most crucial distinction is that social exchange entails unspecified obligations. The prototype of an economic transaction rests on a formal contract that stipulates the exact quantities to be exchanged. The buyer pays $30, 000 for a specific house, or he signs a contract to pay that sum plus interest over a period of years. Whether the entire transaction is consummated at a given time, in which case the contract may never be written, or not, all the transfers to be made now or in the future are agreed upon at the time of sale. Social exchange, in contrast, involves the principle that one person does another a favor, and while there is a general expectation of some future return, its exact nature is definitely not stipulated in advance."
Meski interaksi yang dilakukan dalam pertukaran sosial relative sama dengan interaksi bisnis dalam pertukaran ekonomi, namun amat berbeda dalam hal kewajiban. Jika kewajiban dalam pertukaran ekonomi lebih spesifik, maka kewajiban dalam pertukaran sosial tidak spesifik.
Ini hal mendasar yang membedakan pertukaran sosial dengan pertukaran ekonomi. ― “In small groups, face to face interaction occurs between most members. In large face to face is rare and therefore the scheme of behaviorist theory does not apply”.‖
Dalam konteks asosiasi dan interkasi, blau berpendapat bahwa interaksi sosial berkembang pertama kali dalam kelompok sosial. Dalam kelompok kecil, interkasi yang terjadi bersifat face to face. Namun pada kelompok yang lebih besar amat jarang.
Teori Blau sangat jelas melihat hubungan-hubungan dalam pilihan. Seperti dikatakan oleh Blau bahwa seorang individu merasa tertarik satu sama lain kalau dia mengharapkan sesuatu yang bermanfaat bagi dia sendiri karena hubungan itu.
Proses pertukaran dalam kelompok kecil memang cenderung bersifat sederhana dibandingkan dengan kelompok yang lebih besar, sebab dalam kelompok yang lebih besar banyak sekali pertukaran yang bersifat tidak langsung dan bersifat lebih komplek.
Proses internalisasi akan nilai-nilai dan norma-norma yang cocok, menjadi jauh lebih penting dalam membentuk perilaku dan pola interaksi dari persetujuan pertukaran yang dirembukkan untuk suatu tujuan tertentu.
“Social exchange, whether it is in this ceremonial form or not, involves favors that create diffuse future obligations, not precisely specified ones, and the nature of the return cannot be bargained about but must be left to the discretion of the one who makes it."
Pertukaran sosial yang terjadi dalam bentuk formil maupun tidak, akan sulit diprediksi kewajibannya secara tepat karena cenderung diffuse. Dan sifat dari pembayaran kewajiban tersebut tidak ditawar namun merupakan keleluasaan dari orang yang membuatnya.
" Since there is no way to assure an appropriate return for a favor, social exchange requires trusting others to discharge their obligations. While the banker who makes a loan to a man who buys a house does not have to trust him, although he hopes he will not have to foreclose the mortgage, the individual who gives another an expensive gift must trust him to reciprocate in proper fashion."
Oleh karena tidak ada jalan untuk jamin pengembalian kewajiban yang pantas sebagai pilihan, maka dalam pertukaran sosial mutlak diperlukan trust.
“Hence, processes of social exchange, which may originate in pure self-interest, generate trust in social relations through their recurrent and gradually expanding character.”
Dengan demikian, proses pertukaran sosial terjadi berawal dari self interest, menumbuhkan kepercayaan dalam relasi sosial melalui pengembangan karakter yang bertahap dan berulang (secara teratur).
“People will join groups that provide them with the maximum number of valued rewards while incurring the fewest numbers of costs.‖ 120 Kekuatan utama yang mendorong orang bersama adalah sosial attraction.”
Blau berpendapat bahwa asosiasi dapat menawarkan rewards yang highly attractive. Selanjutnya dari rewards tersebut akan memperkuat ikatan sosial.
Hubungan sosial dapat dikategorikan dalam dua kategori umum yang didasarkan pada apakah reward yang ditukarkan itu bersifat instrinsik atau ekstrinsik. Reward yang intrinsik berasal dari hubungan itu sendiri. Hubungan ekstrinsik berfungsi sebagai alat bagi suatu reward yang lain dan bukan reward untuk hubungan itu sendiri.
“An individual is attracted to another because he expects to get some reward out of the association. Expectations of intrinsic reward v. expectation of extrinsic reward. The difference lies in the two different meanings of attraction."
Untuk jelasnya dapat dikemukakan bahwa interaksi sosial dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu didasarkan pada ganjaran atau penghargaan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
Perbedaan antara pertukaran instrinsik dan ekstrinsik sejajar dengan perbedaan antara pertukaran sosial dan pertukaran ekonomi. Dalam beberapa aspek yang penting kedua tipe ini berbeda secara kontras. Salah satu perbedaan utamanya ialah bahwa pertukaran sosial tidak tunduk pada negosiasi dan tawar menawar yang disengaja seperti dalam ekonomi.
Pada sosial reward banyak berjalan dengan sistem ketidak sengajaan dibicarakan dahulu.
Some profits are intrinsic (internally rewarding). It‘s not seeing a play, but sharing the experience of seeing the play. Some are extrinsically rewarding (where some specific external profit is derived from the association), even altruistic behavior.
Ikatan sosial secara intrinsik mendatangkan penghargaan yang dimanifestasikan dalam suatu persahabatan intim, menggambarkan perihal reward yang intrinsik dan ekstrinsik yang bersifat ekstrim. Namun pembeda antara yang intrinsik dan ekstrinsik harus dilihat dalam suatu continum.
Reward yang intrinsik muncul dalam hubungan pada waktu pihak-pihak yang terlibat di dalamnya secara bertahap masuk suatu pertukaran reward yang lebih banyak macamnya dan ini akan menampakkan keunikan dari pola interaksi yang ditampilkan.
Dalam banyak hal pada tahap-tahap awal dalam banyak hubungan intrinsik orang sering mengadakan perbandingan antara satu teman dengan teman lainnya yang potensial untuk pertukaran.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap-tahap awal daya tarik untuk mengadakan pertukaran lebih bersifat ekstrinsik.
Artinya, reward yang diinginkan tidak secara intrinsik melekat pada seorang teman tertentu. Transformasi hubungan dari daya tarik ekstrinsik ke daya tarik intrinsik akan paling jelas diterapkan oleh individu manakala mereka memiliki tingkat kebebasan tertentu dalam memilih alternatif beberapa teman yang ada.
The process of sosial attraction leads to processes of sosial exchange. The nature of the exchange differs between: associations concerned with intrinsic rewards and associations concerned with extrinsic rewards. In an intrinsically rewarding association the only expectation is the continuation of the association. In extrinsically rewarding associations there is the expectation of a reciprocity of benefits.
Pada akhirnya proses dari social attraction menuju pada proses pertukaran sosial, dengan tahapan sebagai berikut :
-
Individuals, in the interest of continuing to receive needed services, need to discharge their obligations for having received the services in the past. Individu yang menerima layanan dari orang lain merasa memiliki hutang dan berkewajiban untuk membayar kembali.
-
An individual who supplies rewarding services to another obligates him. Pelayanan bermanfaat yang diterima oleh seseornag dari pihak lain adalah pelayanan yang membuatnya merasa kewajiban untuk membalasnya.
-
To honour this obligation, the obligated person must provide benefits to the first in turn. Wujud penghormatan dari pihak yang menerima layanan adalah dalam bentuk pelayanan yang memiliki keuntungan sebagai ganti pada pihak pemberi layanan
-
If both these persons value what they receive from each other, both are likely to supply more of their own services in order to provide incentives for the other to increase his supply and to avoid becoming indebted. Kedua pihak masing-masing memberikan supplay layanan yang nilainya lebih dari yang diterima untuk menyediakan insentif (meningkatkan supplay mereka) dan hindarkan diri dari utang.
-
As both these individuals receive increasing amounts of the benefits they originally sought, their need for further assistance typically declines and the process of exchange between the persons may cease. Sebagaimana sejumlah keuntungan besar yang diterima masing-masing pihak, maka mereka butuh upaya lebih jauh untuk mencegah pertukaran sosial tersebut berhenti.
Social Exchange yang dimaksudkan dalam teori Blau ialah terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi penghargaan dari orang lain dan berhenti apabila reaksi-reaksi yang diharapkan itu tidak kunjung muncul.
Bentuk pertukaran yang dimaksudkan oleh blau dapat bersifat pertukaran sosial langsung maupun pertukaran sosial tidak langsung. Dalam konteks pertukarna social langsung maka orang melakukan pertukaran didasarkan pada transaksi-transaksi pertukaran sosial yang seimbang (simetris) maupun tidak seimbang (asimetris).
Sedangkan dalam konteks pertukaran sosial tidak langsung, cenderung tidak terlihat dan berdampak langsung, sebab sangat tergantung pada interrnalisasi norma. Blau berpendapat bahwa hasil pertukaran sosial adalah spesialisasi peran yang dikembangkan (Diferensiasi Sosial), yang memerlukan sumbangan-sumbangan yang sangat bervariasi.
Setiap orang mengiginkan adanya penghargaan dan kekuasaan. Demi memperolehnya, mereka membuktikan dirinya menarik dan mempunyai kemampuan yang tidak disadari yang dipertukarkan dengan kekayaan yang sangat penting. Disamping itu, adanya persaingan untuk memperoleh sumber-sumber yang langka menyebabkan munculnya diferensiasi sosial.
Sisi lain pertukaran sosial meningkatkan integrasi sosial, membangun kepercayaan, mendorong keberanian, memaksa konformitas dengan norma – norma kelompok, dan mengembangkan nilai – nilai kolektif.
Misal: dua orang sahabat memutuskan untuk bekerjasama dengan dibimbing oleh logika kepercayaan, pertukaran sosial, kemungkinan besar hal – hal yang dianggap sulit akan dilewati bersama dengan mudah.
Pengendalian diri yang bersifat interpersonal adalah sangat penting dalam masyarakat modern, sedangkan sumber dasar untuk membendung perilaku interpersonal tersebut adalah kekuasaan, hubungan antara ketergantungan dan kekuasaan : Pelayanan yang baik, Pelayanan diperlukan dimana-mana, Perminataan akan pelayanan dapat dipaksakan, Penarikan diri dapat dilakukan tenpa mengharapkan layanan.
Blau percaya bahwa kompleksitas pola-pola kehidupan sosial yang dijembatani oleh nilai-nilai bersama itu akan melembaga. Lembaga-lembaga demikian akan abadi bilamana dipenuhi tiga persayaratan :
-
Prinsip-prinsip yang di organisir harus merupakan bagian dari prosedur-prosedur yang difornalisir (konstitusi atau dokumen lainnya), sehingga setiap saat bebas dari orang yang melaksanakannya;
-
Nilai-nilai sosial yang mengesahkan banyak bentuk institusional itu harus diwariskan kepada generasi selanjutnya melalui proses sosialisasi dan :
-
Kelompok-kelompok dominan dalam masyarakat harus menganut nilai-nilai itu serta harus meminjamkan kekuasaanya untuk mendukung lembaga-lembaga yang memasyarakatkan nilai-nilai tersebut.
Ide utama Blau mengenai kelompok sosial yang bersifat Emergen. Dalam hubungan pertukaran yang elementer, orang yang tertarik satu sama lain melalui berbagai kebutuhan dan kepuasan timbal balik. Asumsinya : bahwa orang yang memberikan ganjaran, melakukan hal itu sebagai pembayaran bagi nilai yang diterimanya.
Differential power in large collective organizations leads to two dynamic forces: Legitimating Force - pressure to complyCountervailing Force – pressure to oppose-Balance is an ambiguous term since all balance is the result of some imbalance.
Pertukaran demikian mudah sekali berkembang menjadi hubunganhubungan persaingan dimana setiap orang harus menunjukkan ganjaran yang diberikannya dengan maksud menekan orang lain dan sebagai usaha untuk memperoleh ganjaran yang lebih baik.
Persaingan tersebut melahirkan asal mula sistem stratifikasi di mana individu-individu dibedakan atas dasar kelangkaan sumber-sumber yang dimilikinya. Di sini kita melihat akar-akar dari konsep Emergen tentang kekuasaan.
Kekuasaan dapat bersifat syah (wewenang) atau bersifat memaksa, wewenang tumbuh berdasarkan nilai-nilai yang syah, yang menunjukkan berbagai kelompok dan organisasi yang bersifat ―emergent‖ berfungsi tanpa mendasarkan dan di atas hubungan tatap muka.
Blau menekankan pentingnya dukungan sosial sebagai suatu kebutuhan yang bersifat egoistik untuk dipikirkan sebaik-baiknya oleh orang lain, tetapi untuk memperoleh penghargaan serupa ini individu harus dapat mengatasi dorongan egoistik yang sempit dan memperhitungkan kebutuhan dan keinginan orang lain.
Kepercayaan mendalam akan nilai dan norma yang abstrak dan proporsi yang meningkat dalam pertukaran yang tidak langsung, dapat dilihat sebagai gejala yang muncul (emergent phenomena) artinya, karakteristik-karakteristik ini mungkin hanya dikembangkan secara minimal dalam semua sistem pertukaran yang kecil, tetapi karakteristik itu sangat penting untuk pekerjaan rutin dalam sistem pertukaran yang besar. Ini merupakan tekanan yang penting dalam teori Blau.
Meskipun perkumpulan-perkumpulan yang besar itu berlandaskan pada proses pertukaran dasar, mereka juga memperlihatkan sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik yang muncul (emergent properties), yang pengaruhnya mungkin kelihatan lebih besar dari pada dinamika-dinamika dalam proses-proses kecil yang terjadi dalam transaksi pertukaran langsung antar individu.
“Exchange process give rise to differentials of power. The person who has what others need, but is independent of their reward offer. Commands Power over them.The principle applies equally to intimate and distant relationships."
Kekuasaan yang dijelaskan Blau tidak lepas dari pertukaran sosial . Dalam hubungan dua orang atau lebih selalu terdapat hubungan dimana pihak satu mendominasi pihak lain. Blau menjelaskan mengenai Cognitive Dissonance yang disebabkan struktur kepimpinan yang tidak baik akan melahirkan gerakan – gerakan oposisi.
Jika terdapat pertukaran sosial antara dua kelompok atau lebih dengan persepsi ataupun kelebihan yang berbeda kemungkinan hubungan masih bisa dilanggengkan. Namun, jika terdapat pertukaran sosial yang tidak seimbang, maka dominasi pun berperan lebih penting.
Pertukaran sosial yang tidak seimbang akan menyebabkan adanya perbedaan dan diferensiasi kekuasaan karena dalam pertukaran tersebut ada pihak yang merasa lebih berkuasa dan mempunyai kemampuan menekan dan di lain pihak ada yang dikuasai serta merasa ditekan.
Kekuasaan menurut Blau adalah kemampuan orang atau kelompok untuk memaksakan kehendaknya pada pihak lain. Adapun strategi atau cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan kekuasaan terhadap orang lain yaitu memberikan sebanyak mungkin kepada pihak lain yang membutuhkan, sebagai suatu upaya menunjukkan statusnya yang lebih tinggi dan berkuasa, agar mereka yang dikuasai merasa berutang budi dan mempunyai ketergantungan.
Dalam pertukaran sosial menunjukkan adanya gejala munculnya kekuasaan yang terjadi pula dalam suatu kelompok. Dalam kelompok akan terjadi persaingan antar individu, dan tiap individu akan berusaha memperoleh kesan lebih menarik jika dibanding dengan yang lain. Agar orang itu terkesan lebih menarik dari orang lain syaratnya dapat menarik perhatian orang lain.
Dalam persaingan itu nantinya akan nampak adanya pihak atau orang yang dapat menarik perhatian orang-orang yang dalam kelompok yang bersangkutan. Kelebihan orang yang bersangkutan dapat menarik perhatian orang lain kemungkinan karena kepandaiannya, kejujurannya, kesopanannya ataupun kebijaksanaannya.
Dari tiap-tiap kelompok akan ada yang menonjol dan yang menonjol itu akhirnya akan muncul satu orang yang paling menarik perhatian orang dalam kelompok-kelompok tersebut maka muncullah kekuasaan, dalam arti ada pemimpin dan ada yang dipimpin.
Dalam hal ini, pemimpin (pemegang kekuasaan) akan memperoleh penghargaan sebagai akibat tanggung jawab yang dapat dipenuhinya. Sementara orang yang dipimpin akan mendapat penghargaan karena ketaatannya, baik karena tugas yang diselesaikan maupun kesediaannya mematuhi peraturan-peraturan yang ada. Perintah yang dipatuhi adalah perintah yang diberikan oleh pemimpin yang sah.
Agar perintah dipatuhi maka pemimpin (pemegang kekuasaan) harus mempunyai wewenang. Wewenang yang dimiliki oleh pemegang kekuasaan digunakan untuk merekrut anggota dalam kelompok. Walaupun Blau sangat dipengaruhi oleh teori fungsionalisme dan teori pertukaran, akan tetapi Blau menyadari akan bekerjanya proses – proses dinamis yang membentuk struktur.
Kekuatan – kekuatan dialektis tersebut hubungannya dengan:
-
dilema
Dilema merupakan kekuatan dialektis dari perubahan sosial yang membutuhkan pilihan diantara berbagai alternatif yang sama –sama diinginkan.
-
diferensiasi
Diferensiasi dimana pertukaran menyatakan adanya persaingan untuk memperoleh sumber – sumber langka.
-
dinamika
Dinamika kehidupan sosial yang teroranisir bersumber dari kekuatan – kekuatan penantang.
-
proses dialektis.
Dialektika adalah kekuatan kontadiktoris yang terdapat dalam kehidupan sosial.
Referensi :
Michael Peter Blau, Exchange and Power in Social Life, New York: Wiley & Sons, 1964