Apa yang dimaksud dengan Teori Nativisme dalam Psikologi?

nativisme

Apa yang dimaksud dengan teori Nativisme?

Kata Nativisme sendiri merupakan penyerapan kata yang berasal dari natus (lahir) atau nativus (bawaan lahir). Yaitu sebuah pandangan bahwa setiap manusia sudah memiliki kekuatan atau potensi dasar bawaan yang didapatkan secara hereditas (diturunkan secara alami).

Teori Nativisme dalam psikologi pendidikan ini bersumber kepada Leibnitzian Tradition, yaitu tradisi yang memusatkan potensi dalam diri individu manusia. Bahwa setiap hasil perkembangan manusia, akan ditentukan secara genetik dari garis keturunan orang tuanya.

Atau dengan kata lain, potensi yang muncul tersebut, ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan manusia itu sendiri dalam tiap proses penerimaan ilmu pengetahuan. Adapun Yang menjadi ciri khas dalam teori ini adalah bahwa lingkungan tidak dianggap memberikan kontribusi apapun terhadap pengetahuan manusia.

Menurut Schopenhauer, seorang tokoh yang paling berpengaruh dalam teori Nativisme mengatakan bahwa hakikatnya, “kemauan tiap diri manusia” itu sendirilah yang mewujudkan pembawaan dan bakat yang dimaksudkan. Dengan adanya pemikiran yang demikian, Ajaran Nativisme kerap disebut sebagai aliran pesimisme. Karena bagaimanapun usaha yang dilakukan manusia untuk mengasah kemampuan dalam bidang pengetahuan yang “bukan bawaannya”, selamanya ia tidak akan menguasai bidang tersebut. Namun sebagian filsuf tidak memandang demikian, malah menganggap teori ini sebagai dorongan kepada bakat terpendam yang ada dalam tiap diri manusia.

Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran bahasa ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia dilahirkan sudah memiliki bakat untuk memperoleh dan belajar bahasa. Teori tentang bakat bahasa itu memperoleh dukungan dari berbagai sisi. Eric Lenneberg (1967) membuat proposisi bahwa bahasa itu merupakan perilaku khusus manusia dan bahwa cara pemahaman tertentu, pengkategorian kemampuan, dan mekanisme bahasa yang lain yang berhubungan ditentukan secara biologis.

Chomsky dalam Hadley (1993) mengemukakan bahwa belajar bahasa merupakan kompetensi khusus bukan sekedar subset belajar secara umum. Cara berbahasa jauh lebih rumit dari sekedar penetapan Stimulus- Respon. Chomsky dalam Hadley (1993) mengatakan bahwa eksistensi bakat bermanfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu singkat, karena adanya LAD.

Teori Nativisme berasal dari kata nativus yang berarti terlahir. Aliran Nativisme menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan atau bawaan sejak lahir. Menurut teori ini setiap individu ketika dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan.

Mc. Neil (Brown, 1980) mendeskripsikan LAD itu terdiri atas empat bakat bahasa, yakni:

  • Kemampuan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain.
  • Kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke dalam variasi yang beragam.
  • Pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin dan sistem yang lain yang tidak mungkin.
  • Kemampuan untuk mengevaluasi sistem perkembangan bahasa yang membentuk sistem yang mungkin dengan cara yang paling sederhana dari data kebahasaan yang diperoleh.

Chomsky dalam Hadley (1993) mengemukakan bahwa bahasa anak adalah sistem yang sah dari sistem mereka.

Menurut teori ini keberhasilan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri. Faktor lain, yaitu lingkungan dan pengalaman yang termasuk di dalamnya adalah pendidikan tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan individu itu.

Tokoh dari teori Nativisme ini diantaranya: Arthur Schopenhaur dan Immanuel Kant.

Pandangan Nativisme ini tidak tampak didasarkan pada Tuhan, alam, masyarakat, ilmu pengetahuan dan etika.