Apa yang dimaksud dengan Teori Lewis - Pembangunan Dengan Tenaga Kerja Tak Terbatas?

Teori Lewis - Pembangunan Dengan Tenaga Kerja Tak Terbatas

Pembangunan ekonomi merupakan tujuan paling mendasar dalam kehidupan suatu negara.

Apa yang dimaksud dengan Teori Lewis - Pembangunan Dengan Tenaga Kerja Tak Terbatas?

Thesis Rosenstein-Rodan - Teori Dorongan Kuat (Big Push Theory)


Pembangunan ekonomi merupakan tujuan paling mendasar dalam kehidupan suatu negara. Dalam paradigma lama, pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1985). Dengan melihat pandangan diatas maka pembangunan ekonomi mempunyai 3 sifat penting, yaitu :

  • Suatu proses, yang merupakan perubahan yang terjadi terus menerus
  • Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita
  • Kenaikan pendapatan perkapita itu harus berlangsung dalam jangka panjang

Asumsi yang dipakai sehingga pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan pendapatan per kapita ialah karena kenaikan ini merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan kesehjateraan masyarakat. Pandangan ini merupakan pandangan kuno, yang masih menekankan pada pentingnya kenaikan pendapatan per kapita, walau sebenarnya ukuran pendapatan per kapita masih dianggap sangat kasar untuk mengukur kesehjateraan dan pembangunan itu sendiri. Sadono Sukirno dalam bukunya menulis bahwa erat hubungannya dengan hal ini, selanjutnya ahli-ahli ekonomi dianggap sangat menekankan masalah efisiensi dan mengabaikan pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor nonekonomi.

Paradigma pembanginan baru menekankan pada pentingnya suatu pembangunan ekonomi pada fungsi mensehjaterakan masyarakat, Todaro (2006) di dalam bukunya menyebutkan bahwa pembangunan adalah sebuah peningkatan kondisi kehidupan, peningkatan akan kebutuhan pengakuan harga diri dan kebebasan serta keadilan di masyarakat Pertanyaan yang perlu diajukan tentang pembangunan suatu negara adalah: Apa yang terjadi dengan kemiskinan di negara itu? Apa yang terjadi dengan tingkat penganggurannya? Apa yang terjadi dengan ketimpangannya? Jika ketiga hal itu telah menunjukkan penurunan maka tidak diragukan lagi bahwa pembangunan di negara itu telah menunjukkan tanda keberhasilan. Jika salah satu atau dua kondisi itu, apalagi ketiganya memburuk, maka akan sangat aneh untuk menyebutnya sebagai “pembangunan”, sekalipun pendapatan per kapita meningkat berlipat ganda (Dudley Seers dalam Todaro, 2006).

Dari sini dapat lebih terlihat jelas bahwa pembangunan ekonomi lebih dipandang sebagai proses menuju kesehjateraan yang sifatnya lebih luas dibanding dengan pandangan kuno/klasik. Penegasan ini pula bukan hanya sekedar hipotesis. Sejumlah negara berkembang menunjukkan gejala yang sama dengan peningkatan pendapatan perkapita yang tinggi, tetapi menunjukkan sedikit atau malah tidak ad perbaikan atau bahkan penurunan dalam tingkat pengangguran, dan pendapatan riil 40% bagian bawah populasi.

Di dalam bukunya Todaro dan Smith menulis bahwa pembangunan ekonomi setidaknya memiliki tiga nilai inti yaitu:

  • Kecukupan ( sustenance ), barang dan layanan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia pada tingkat yang paling minimum
  • Harga diri ( self esteern ), perasaan berharga yang dinikmati suatu masyarakat jika sistem dan lembaga sosial, politik dan ekonominya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian seperti kehormatan, martabat, integritas, dan kemandirian
  • Kebebasan ( freedom ), situasi yang menunjukkan bahwa suatu masyarakat memiliki berbagai alternatif untuk memuaskan keingginannya dan setiap orang dapat mengambil pilihan riil sesuai keingginannya.

Pembangunan ekonomi sendiri pun berbeda dengan pembangunan itu sendiri. Walau kebijaksanaan–kebijaksanaan pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi kesehjateraan dalam arti yang seluas-luasnya, kegiatan pembangunan eknomoni selalu dipandang sebagai sebagian dari keseluruhan usaha pembangunan yang dijalankan oleh suatu masyarakat. Pembangunan ekonomi hanya meliputi usaha suatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan masyarakatnya, sedangkan keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan sosial, politik, dan kebudayaan (Sukirno, 1985)

Pada dasarnya Lewis membangun teorinya dengan menggunakan asumsi yang sama dengan para pemikir klasik, yaitu pada kebanyakan negara terbelakang penawaran tenaga kerja tidak terbatas dan dengan upah yang sekedar cukup (subsisten). Pembangunan berlangsung apalagi modal terakumulasi sebagai akibat peralihan buruh surplus dari sektor “subsisten” ke sektor “kapitalis”. Sektor kapitalis adalah bagian dari ekonomi yang memakai kapital yang dapat direproduksi dan membayar kepada si pemilik kapital atas kapital tersebut. Sedang sektor subsisten ialah bagian dari ekonomi yang tidak menggunakan modal yang dapat direproduksi.

Hal yang paling berpengaruh sehingga surplus buruh yang ada bersedia bekerja di sektor kapitalis , pada dasarnya tergantung pada penghasilan minimum ang diperlukan untuk biaya hidup minimum. Tepatnya, tingkat upah tersebut tidak lebih rendah daripada produk rata-rata pekerja di sektor subsisten tersebut. Tetapi penawaran buruh dianggap elastis pada upah kapitalis yang ada. Karena produktivitas marginal buruh di sektor kapitalis lebih tinggi daripada upah kapitalis, ini mengakibatkan surplus kapitalis. Pembentukan modal akan tergantung pada surplus kapitalis, surplus ini diinvestasikan kembali pada kapitalis baru.

Pembentukan modal akan berlangsung dan lebih banyak orang dipekerjakan dari sektor subsisten. Proses tersebut terus berlangsung sampai rasio buruh-modal naik dan penawaran buruh menjadi tidak elastis. Jadi pembentukan modal bergantung pada surplus kapitalis. Lewis mengatakan,”kunci dari proses tersebut adalah bagaimana penggunaan surlus kapitalis dimaksud.”

Dengan kondisi negara yang terbelakang yang memiliki surplus tenaga kerja tetapi tabungan nasional hanya dinikmati sebagian kecil masyarakat dan cenderung bersifat konsumtif. Kapitalis Pemerintah dan Kapitalis Swasta, memegang peranan penting dalam penciptaan modal dan menghasilkan laba.

Kapitalis swasta murni berhubungan dengan munculnya kesempatan baru, khususnya sesuatu yang memperluas pasar, yang berkaitan dengan teknologi baru yang meningkatkan produktivitas buruh dan khususnya surplus kapitalis. Kapitalis negara dapat mengakumulasi modal bahkan lebih besar dibanding dengan kapitalis swata, karena untuk tujuan ini dapat memakai tidak hanya laba sektor kapitalis tetapi juga apa yang dapat ia pungut (pajak) dari sektor subsiten.

Modal tidak hanya diciptakan dari laba, ia juga dapat diciptakan dari kredit bank. Di dalam suatu ekonomi terbelakang yang memiliki sumberdaya melimpah yang belum dimanfaatkan dan kekurangan modal, penciptaan kredit mempunyai dampak yang sama bagi pembentukan modal, seperti laba. Ini akan meningkatkan output dan lapangan kerja. Namun pembentukan modal melalui kredit bank mengakibatkan kenaikan inflasioner harga pada beberapa waktu. Bilamana buruk surplus digunakan di sektor kapitalis dan dibayar dari uang yang diciptakan, harga akan naik karena pendapatan naik sementara output barang konsumen konstan. Ini hanya gejala sementara, karena segera setelah itu ketika barang modal mulai memproduksi barang konsumsi harga akan mulai turun.