Rejection Sensitivity merupakan suatu kecenderungan bagi individu untuk merasa cemas bahwa dirinya akan memperoleh penolakan dari orang lain sehingga muncul tindakan untuk
mengantisipasi penolakan tersebut (Downey & Feldman, 1996 dalam Downey & Romero-
Canyas, 2005).
Rasa cemas akan penolakan timbul dari hasil dinamika pada sistem kognitif dan afektif individu yang terjadi karena hasil belajarnya terhadap pengalaman (Romero-Canyas & Downey, 2005). Secara spesifik, pengalaman yang dimaksud adalah ketika individu berada dalam situasi yang memungkinkan terjadinya penolakan terhadap dirinya seperti misalnya saat meminta bantuan dari orang lain (Levy, Ayduk & Downey, 2001).
Perbedaan tingkat Rejection Sensitivity (RS) sangat bergantung dari hasil belajar individu mengenai aktivitas interpersonal yang telah dilaluinya. Downey dan Feldman (1996) menekankan bahwa timbulnya RS dapat diprediksi dari pengalaman yang diperolehnya di masa kecil. Pada penelitian lain menambahkan bahwa perbedaan tingkat RS tidak hanya sekedar dipengaruhi oleh pengalaman di masa lalu, namun lebih tepatnya oleh pengalaman penolakan yang terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja (McLachlan, Zimmer-Gembeck, & McGregor, 2010 dalam Bernstein & Benfield, 2013).
Selain itu dalam konteks hubungan romantis, jenis kelamin juga berpengaruh terhadap perbedaan tingkah laku yang ditunjukan oleh individu dengan tingkat RS tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Downey dan Feldman (1996 dalam Regan, 2011) menunjukan bahwa laki-laki akan cenderung menunjukan sikap cemburu, curiga, dan membatasi pasangannya untuk bergaul dengan orang lain, sedangkan perempuan akan bersikap tidak adil karena selalu menyalahkan pasangannya dan tidak mendukung pasangannya.
Individu dengan Tingkat Kepekaan Terhadap Penolakan yang Tinggi
Individu dengan tingkat RS tinggi dan rendah dapat dibedakan dari ciri-ciri yang dimilikinya. Individu dengan High Rejection Sensitivity (HRS) akan cenderung bertindak sangat waspada terhadap tanda-tanda timbulnya penolakan pada dirinya (Downey & Feldman, 1996).
Levy, Ayduk dan Downey (2001) mengatakan bahwa individu dengan HRS akan cenderung merasa cemas dan berpikir mengenai respon orang lain yang ambigu sebagai tanda-tanda timbulnya penolakan pada dirinya.
Pada umumnya, tindakan yang dilakukan oleh individu dengan HRS berupa tindakan yang penuh dengan amarah, bersifat putus asa, berupa penarikan diri, cemburu, dan berbagai bentuk usaha yang tidak wajar untuk mengontrol tingkah laku orang lain (Downey & Feldman, 1996).
Orientasi nya terhadap penolakan sangat kuat sehingga individu tidak dapat menerima penjelasan alternatif mengenai tingkah laku ambigu yang dilakukan orang lain pada dirinya. Dengan begitu, tidak jarang tindakan waspada yang dilakukannya membuat individu menerima ‘false alarm’
atau salah menginterpretasikan tingkah laku orang lain (Levy, Ayduk & Downey, 2001).
Individu dengan Tingkat Kepekaan Terhadap Penolakan yang Rendah
Berbeda dengan individu yang termasuk dalam kategori Low Rejection Sensitivity(LRS) yang cendrung memiliki rasa cemas terhadap penolakan lebih rendah jika dibandingkan dengan individu dengan HRS (Regan, 2001). Tindakan negatif yang dilakukan oleh individu dengan HRS juga mungkin dapat ditemui pada individu dengan LRS, namun intensitas dan frekuensinya cenderung lebih rendah.
Pengukuran Rejection Sensitivity
Variabel Rejection Sensitivity ini dapat diukur dengan menggunakan Rejection Sensitivity Questionnaire (RSQ) yang dirumuskan oleh Downey dan Feldman pada tahun 1996 di Amerika Serikat.
Perumusan alat ukur ini dilakukan dari hasil wawancara terbuka dengan 20 mahasiswa. Pada proses wawancara, partisipan diberikan 30 gambaran interaksi antar individu dan diminta untuk mendeskripsikan perasaannya dan juga menggambarkan ekspektasi terhadap peristiwa yang akan terjadi dari hasil interaksi tersebut.
Hasil jawaban partisipan dikelompokan ke dalam dua kategori yang dijadikan subskala pada alat ukur ini yaitu degree of anxiety and concern about the outcome dan expectations of acceptance or rejection. Gambaran interaksi dengan hasil wawancara yang tidak dapat dikategorikan ke dalam dua bagian tersebut dieliminasi, sehingga tersisa 18 gambaran interaksi yang menjadi item dari RSQ.
Dengan begitu, alat ukur Rejection Sensitivity Questionnaire tersusun dari 18 item
dengan masing-masing item mencakup dua pertanyaan yaitu a dan b yang merupakan subskala dari alat ukur ini, sehingga total keseluruhan menjadi 36 item.
Berikut contoh Rejection Sensitivity Questionnaire (RSQ) untuk orang dewasa.
Rejection Sensitivity Questionnaire - Adult Version (A-RSQ).pdf (221.7 KB)