Apa yang dimaksud dengan Teori Anomie?

Anomie adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Émile Durkheim untuk menggambarkan keadaan yang kacau, tanpa peraturan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani a-: “tanpa”, dan nomos: “hukum” atau “peraturan”.

Kata ini (kadang-kadang juga dieja “anomy”) telah digunakan untuk masyarakat atau kelompok manusia di dalam suatu masyarakat, yang mengalami kekacauan karena tidak adanya aturan-aturan yang diakui bersama yang eksplisit ataupun implisit mengenai perilaku yang baik, atau, lebih parah lagi, terhadap aturan-aturan yang berkuasa dalam meningkatkan isolasi atau bahkan saling memangsa dan bukan kerja sama.

Apa yang dimaksud dengan Teori Anomie ?

Teori anomi berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam struktur sosial sehingga ada individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi menyimpang. Pandangan tersebut dikemukakan oleh Robert Merton pada sekitar tahun 1930-an, di mana konsep anomi itu sendiri pernah digunakan oleh Emile Durkheim dalam analisisnya tentang suicide unomique.

Munculnya keadaan anomi, oleh Merton diilustrasikan sebagai berikut (Elly M.Setiadi, 2011):

  1. Masyarakat industri modern lebih mementingkan pencapaian kesuksesan materi yang diwujudkan dalam bentuk kemakmuran atau kekayaan dan pendidikan yang tinggi.

  2. Apabila hal tersebut tercapai, maka mereka dinggap sebagai orang yang telah mencapai tujuan-tujuan status atau cultural (cultural golds) yang dicita-citakan oleh masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan-tujuan status tersebut, ternyata harus melalui akses atau cara kelembagaan yang sah.

  3. Namun ternyata, akses kelembagaan yang sah jumlahnya tidak dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama lapisan masyarakat bawah.

  4. Akibat dari keterbatasan akses tersebut, maka muncul situasi anomi, yaitu: situasi di mana tidak ada titik temu antara tujuan-tujuan status/kultural dan cara-cara yang sah yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

  5. Dengan demikian, anomi adalah keadaan atau nama dari situasi di mana kondisi sosial/situasi masyarakat lebih menekankan pentingnya tujuan-tujuan status, tetapi cara-cara yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan status tersebut jumlahnya sedikit.

Memang, pada dasarnya untuk mencapai tujuan status (kesuksesan hidup) seseorang harus melalui cara-cara yang sah, dan di benak setiap orang akan selalu tersirat mimpi atau keinginan untuk meraih kesuksesan tersebut.

Situasi anomi tersebut dapat berakibat negatif bagi sekelompok masyarakat, di mana untuk mencapai tujuan statusnya mereka terpaksa melakukannya melalui cara-cara yang tidak sah, di antaranya melakukan penyimpangan atau kejahatan.

Istilah Anomie pertama kali diperkenalkan oleh Emile Durkheim yang diartikan sebagai suatu keadaan tanpa norma. Kemudian Emile Durkheim mempergunakan istilah Anomie dalam bukunya The Division of Labor Society (1983) untuk mendeskripsikan keadaan Deregulation didalam masyarakat yang diartikan sebagai tidak ditaatinya aturan-aturan yang terdapat pada masyarakat sehingga orang tidak tahu apa yang diharapkan dari orang lain dan keadaan ini yang menyebabkan deviasi. Menurut Emile Durkheim, teori Anomie terdiri dari tiga perspektif yaitu (Mulyadi, 2008):

  • manusia adalah mahluk sosial;
  • keberadaan manusia sebagai mahluk sosial;
  • manusia cenderung hidup dalam masyarakat dan keberadaannya bergantung pada masyarkat tersebut sebagai koloni.

Emile Durkheim Mengemukakan asumsi bahwa bunuh diri dalam masyarakat merupakan akhir puncak dari anomie karena dua keadaan sosial berupa social integration dan social regulation. Lebih lanjut Emile Durkheim menyatakan bahwa bunuh diri atau suicide berasal dari tiga kondisi sosial yang menekan (stress), yaitu:

  • deregulasi kebutuhan atau anomi;
  • regulasi yang keterlaluan atau fatalism;
  • kurangnya integrasi structural atau egoism.

Robert K. Merton mengadopsi konsep Anomie Emile Durkheim untuk menjelaskan deviasi di amerika. Menurut Robert K. Merton konsep Anomie didefenisikan sebagai ketidaksesuaian atau timbulnya diskrepansi/perbedaan antara cultural goals dan institutional means sebagai akibat cara masyarakat diatur (struktur masyarakat) karena adanya pembagian kelas. Teori Anomie Robert K. Merton ini pada mulanya mendeskripsikan korelasi antara perilaku delinkuen dengan tahapan tertentu pada struktur sosial akan menimbulkan, melahirkan dan menumbuhkan suatu kondisi terhadap pelanggaran norma masyarakat yang merupakan reaksi normal. Oleh karena itu ada dua unsur bentuk perilaku delinkuen yaitu unsur dari struktur sosial dan unsur dari kultural. Kokretnya unsure struktur sosial melahirkan goals dan unsure kultural melahirkan means. Secara sederhana goals diartikan sebagai tujuan-tujuan dan kepentingan membudaya meliputi kerangka aspirasi dasar manusia.