Apa yang dimaksud dengan Teori Akomodasi Komunikasi (Communication Accommodation) dalam ilmu komunikasi?

Teori akomodasi komunikasi adalah teori yang mempertimbangkan motivasi dan konsekuensi yang mendasari apa yang terjadi ketika dua pembicara menyesuaikan gaya komunikasi mereka.

Inti dari teori ini adalah ketika pembicara berinteraksi, menyesuaikan pembicaraan, pola vokal, dan/atau tindakan-tindakan mereka untuk mengakomodasi orang lain.

Apa yang dimaksud dengan Teori Akomodasi Komunikasi (Communication Accommodation) dalam ilmu komunikasi?

Teori akomodasi komunikasi merupakan salah satu teori tentang prilaku komunikasi yang sangat berpengaruh. Teori ini dirumuskan oleh Howard Giles dan para koleganya, teori akomodasi menjelaskan bagaimana dan kenapa kita menyesuaikan prilaku komunikasi kita terhadap tindakan orang lain.

Richard dan Turner mendefenisikan bahwa Akomodasi (accommodation) sebagai kemampuan untuk menyesuaikan, memodifikasi atau mengatur prilaku seseorang dalam responnya terhadap orang lain.

Akomodasi biasanya dilakukan secara tidak sadar. Seseorang cenderung memiliki naskah kognitif internal yang digunakan ketika berbicara dengan orang lain.

Dalam ilmu sosiologi, istilah “akomodasi” digunakan dalam dua arti, yaitu menunjuk pada suatu keadaan dan menunjuk pada suatu proses. Sebagai suatu keadaan, akomodasi mengacu pada terjadinya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antar orang-perorang atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

Sedangkan sebagai suatu proses, akomodasi berarti tindakan aktif yang dilakukan untuk menerima kepentingan yang berbeda dalam rangka meredakan suatu pertentangan yang terjadi.

Para sosiolog menggunakan istilah “akomodasi” sebagai suatu pengertian untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation). Istilah “adaptasi” diadopsi dari istilah dalam ilmu biologi, yang berarti suatu proses ketika mahkluk hidup selalu menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya.

Dalam konteks sosial, adaptasi dipahami sebagai suatu proses ketika penyesuaian diri dapat dilakukan oleh individu atau kelompok-kelompok yang mula-mula saling bertentangan, dengan cara menyesuaikan diri dengan kepentingan yang berbeda dalam situasi tertentu.

Alo menyatakan bahwa Komunikasi antarbudaya mengharuskan setiap pelakunya berusaha mendapatkan, mempertahankan dan mengembangkan aspek- aspek kognitif bersama. Seseorang harus mengetahui keberadaan budaya yang menjadi latarbelakang kehidupannya, seseorang itupun harus berusaha untuk mendapatkan dan memahami latar belakang budaya orang lain.

Pengetahuan itu diperoleh dari informasi tentang kebudayaan orang lain, pengalaman pergaulan yang terus-menerus sehingga pengalaman itu dapat memengaruhi persepsi sikap sesesorang terhadap orang lain.

Menurut Giles Nikolas Coupland dan Justine Coupland (1991) mendefenisikan konvergensi (convergence) sebagai “strategi dimana individu beradaptasi terhadap prilaku komunikatif satu sama lain”.

Orang akan beradaptasi terhadap kecepatan bicara, jeda, senyuman, tatapan mata dan prilaku verbal dan nonverbal lainnya. Konvergensi merupakan proses yang selektif, seseorang tidak selalu memilih untuk menggunakan strategi konvergen dengan orang lain. Ketika orang melakukan konvergensi, mereka bergantung pada persepsi mereka mengenai tuturan atau prilaku orang lain.

Dalam buku Richard, Giles menyebutkan bahwa Akomodasi adalah proses yang opsional dimana dua komunikator memutuskan apakah untuk mengakomodasi, salah satu, atau tidak keduanya. Giles percaya bahwa pembicara terkadang menonjolkan perbedaan verbal dan nonverbal diantara diri mereka sendiri dan orang lain. Ia menyebut hal ini divergensi (divergence).

Divergensi sangat berbeda dengan konvergensi dalam hal bahwa ini merupakan proses disosiasi. Alih-alih menunjukkan bagaimana dua pembicara mirip dalam hal kecepatan bicara, tindak-tanduk atau postur, divergensi adalah ketika tidak terdapat usaha untuk menunjukkan persamaan antara para pembicara. Dengan kata lain, dua orang berbicara dengan Satu sama lain tanpa adanya kekhawatiran mengenai mengakomodasi satu sama lain.

Morisson mengutarakan bahwa akomodasi baik pada konvergensi maupun divergensi dapat terjadi pada semua prilaku komunikasi melalui percakapan termasuk kesamaan atau perbedaan dalam hal intonasi suara, kecepatan, aksen, volume suara, kata-kata, tata bahasa, gerak tubuh dan lain-lain. Konvergensi dan divergensi dapat bersifat mutual, kedua pembicara menjadi sama-sama menyatu atau sama-sama menjauh atau bersifat nonmutual, salah seorang pembicara menyatu dan pembicara lainnya menjauh. Konvergensi dapat juga bersifat “sebagian” (partial) atau “lengkap” (complete).

Morisson juga menambahkan bahwa konvergensi adakalanya disukai dan mendapatkan apresiasi atau sebaliknya tidak disukai. Orang cenderung memberikan respon positif kepada orang lain yang berupaya mengikuti atau meniru gaya bicara atau pilihan kata-katanya, tetapi orang tidak menyukai terlalu banyak konvergensi, khususnya jika hal itu tidak disukai atau tidak pantas. Dalam hal ini, seseorang yang tidak meniru gaya bicara lawan bicaranya tetapi meniru hal lain yang dianggap sama dengan lawan bicara (stereotype) dapat menimbulkan masalah.

Asumsi- Asumsi Teori Akomodasi Komunikasi

Richard dan Turner mengidentifikasikan beberapa asumsi yang mengatakan bahwa akomodasi dipengaruhi oleh beberapa keadaan personal, situasional dan budaya, diantaranya:

  • Asumsi pertama,. Banyak prinsip Teori Akomodasi Komunikasi berpijak pada keyakinan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan di antara para komunikator dalam sebuah percakapan.

    Pengalaman- Persamaan dan perbedaan berbicara dan perilaku terdapat di dalam semua percakapan pengalaman dan latar belakang yang bervariasi ini akan menentukan sejauh mana orang akan mengakomodasikan oran lain. Semakin mirip sikap dan keyakinan kita dengan orang lain, makin kita tertarik kepada dan mengakomodasi orang lain tersebut.

  • Asumsi kedua, cara kita memersepsikan tuturan dan prilaku orang lain akan menentukan bagaimana kita mengevaluasi sebuah percakapan. Asumsi ini terletak baik pada persepsi maupun evaluasi. Akomodasi Komunikasi adalah teori yang mementingkan bagaimana orang memersepsikan dan mengevaluasi apa yang terjadi di dalam sebuah percakapan.

    Persepsi adalah proses memerhatikan dan menginterpretasikan pesan, sedangkan evaluasi merupakan proses menilai percakapan. Orang pertama-tama memersepsikan apa yang terjadi di dalam percakapan (misalnya, kemampuan berbicara orang satunya) sebelum mereka memutuskan bagaimana mereka akan berperilaku dalam percakapan.

  • Asumsi ketiga, berkaitan dengan dampak yang memiliki bahasa tehadap orang lain. Secara khusus, bahasa memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan status dan keanggotaan kelompok diantara para komunikator dalam sebuah percakapan. Pikirkan apa yang terjadi ketika dua orang yang berbicara dalam bahasa yang berbeda berusaha untuk berkomunikasi dengan satu sama lain.

    Bahasa yang digunakan dalam percakapan, karenanya, akan cenderung merefleksikan individu dengan status sosial yang lebih tinggi. Selain itu, keanggotaan kelompok menjadi hal yang penting karena sebagaimana dapat ditarik dari kutipan ini terdapat keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok yang “dominan”.

  • Asumsi keempat, berfokus pada norma dan isu mengenai kepantasan sosial. Kita telah melihat bahwa akomodasi dapat bervariasi dalam kepantasan sosial. Tentu saja terdapat saat-saat ketika mengakomodasi tidaklah pantas.

Referensi :

  • Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Jakarta : Salemba Humanika, 2009,
  • West, Richard dan H. Turner, Lynn., (Penerjemah: Maria Natalia dan Damayanti Maer), Pengantar Teori Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008),
  • Nurani Soyomukti, pangantar sosiologi, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2010.
  • Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007.
  • Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, Jakarta, Prenada Media Group, 2013, cet-1.