Apa yang dimaksud dengan Teknik Thought Stopping dalam dunia Konseling?

Konsep dasar konseling thought stopping adalah membantu konseli mengidentifikasi pikiran negative, menghentikan pikiran- pikiran negatifnya kemudian mengantikkan dengan pikiran yang lebih rasional dan realitas.

Apa yang dimaksud dengan Teknik Thought Stopping dalam dunia Konseling ?

Pelaksanaan teknik Thought stopping berasal dari teknik Cognitive Restructrusing dalam pendekatan Rational emotif behavior therapy.

Teknik Konseling Rational emotive atau lebih tepatnya disebut Rational behavior therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun 1962.

Rational emotive adalah aliran yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah objek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya.

Dalam memandang hakikat REBT memiliki sejumlah asumsi tentang kebahagian dan ketidakbahagian dalam hubungannya dengan dinamika pikiran dan perasaan. Asumsi tentang hakikat manusia menurut REBT adalah manusia merupakan pribadi unik yang dipandang sebagai makhluk rasional dan juga dapat irasional serta pikiran, perasaan dan tindakan manusia merupakan proses yang saling berhubungan dengan lainnya yang tidak dapat dipisahkan.

Manusia sebagai pribadi yang unik, yang memiliki kekuatan untuk memahami keterbatasannya serta kemampuan mengubah pandangan dasar dan system nilainya dan untuk melawan kecenderungan untuk menolak diri sendiri.

Konseling REBT yang berusaha menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri dibagi menjadi beberapa teknik diantaranya:

  1. Teknik-teknik Perilaku adalah teknik-teknik intervensi yang bertujuan membiasakan konseli mengalami dan bertindak dengan perilaku baru yang disepakati dalam proses terapi. Teknik perilaku antara lain berupa teknik- teknik penguatan, penghentian, pembentukan perilaku, kendali stimulus, kendali afersif, pengelolah diri, desensitisasi sistematis, teknik relaksasi, modeling, perlakuan asertif dan kontrak perilaku.

  2. Teknik-teknik Kognitif merupakan kelompok teknik intervensi yang dimaksudkan untuk membongkar akar-akar keyakinan irasional konseli. Teknik tersebut antara lain menentang keyakinan irasional, pekerjaan rumah yang bersifat kognitif, pengubahan pernyataan dan bahasa konseli, penggunaan humor, restrukturisasi kognitif, penghentian pikiran irasional, diskusi, dan terapi bacaan

  3. Teknik –teknik Emotif untuk menghabiskan konseli dengan emosi baru yang diharapkan. Teknik emotif antara lain berupa imajinasi rasional emotif, permainan peran, latihan taklukkan rasa malu, penggunaan kekuatan dan tenaga untuk menghindari emosi negative, dan perkerjaan rumah yang berkaitan dengan pengembangaan emosi.

Teknik Cognitive restructuring yang dikembangkan oleh Meichenbaum, terpusat pada pesan-pesan negatif yang disampaikan oleh orang kepada diri sendiri dan cenderung melumpuhkan kreativitasnya serta menghambat dalam mengambil tindakan penyesuaian diri yang realistis.

Menurut pandangan Meichenbaum, orang mendengarkan diri sendiri dan berbicara kepada diri sendiri, yang bersama-sama menciptakan suatu dialog internal dan berkisar pada mendengarkan pesan negative dari sendiri dan menyampaikan pesan negative pula kepada diri sendiri. Dialog internal yang berisikan penilaian negative terhadap diri sendiri akan membuat orang lain gelisah dalam menghadapi tantangan hidup dan kurang mampu mengambil tindakan penyesuaian diri yang tepat.

Struktur kognitif merupakan pikiran yang dapat menentukan kapan melanjutkan pikiran, menghentikan pikiran, dan mengubah pikiran. Struktur kognitif mempunyai beberapa aspek yaitu aspek mengatur pikiran, aspek memantau, aspek mengarahkan strategi, aspek menentukan penyebab masalah, aspek menentukan pilihan.

Cognitive Restructuring adalah suatu cara untuk menata kembali pikiran yang menimbulkan atau menyebabkan ketegangan pada individu atau proses belajar untuk menyangkal distorsi kognitif atau fundamental“kesalahan berpikir,” dengan tujuan menggantikan pikiran seseorang yang tidak rasional, keyakinan kontra-faktual yang akurat dan dominan.

Penggunaan rekonstruksi kognitif ini telah digunakan dalam berbagai sasaran perilaku, seperti mengurangi pernyataan diri irasional, untuk mengatasi kecemasan, untuk mengubah perilaku rendah diri dan pernyataan negative.

Corminer mengemukakan bahwa prosedur teknik cognitive restructuring ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

  1. Teknik cognitive restructuring itu dilatih dan dipelajari oleh konseli.
  2. Menyuruh konseli mengidentifikasi pikiran-pikiran positif dan negative terhadap sesuatu situasi masalah.
  3. Memperkenalkan prosedur dan cara meningkatkan harga diri.
  4. Beralih dari pikiran yang merusak diri pada pikiran penaggulangan positif.
  5. Pengenalan dan latihan-latihan pernyataan positif atau memberi penguatan.
  6. Tindak lanjut.

Tujuan dari teknik ini yaitu agar konseli terampil dalam mengenali dan mengamati sejauh mana pikiran dan perasaan pada saat itu, mengubah cara berpikir konseli yang salah, belajar tentang proses pembuatan keputusan, agar konseli dapat mengevaluasi tingkah laku mereka yang menitikberatkan pada pribadi yang negative.

Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa teknik thought stopping yang berada dalam cognitive restructuring merupakan strategi pengubahan tingkah laku yang penekanannya pada perubahan kognitif dari pemikiran yang positif dengan cara menghentikan pikiran negatif dari diri konseli dengan mengatakan kata ”stop” , sehingga pikiran negatif dapat terhenti digantikan dengan pikiran positif.

Aplikasi Teknik Thought Stopping untuk Individu


Thought stopping digunakan untuk mengatasi pikiran yang irasional yang dapat menjadikan masalah pada orang tersebut, teknik ini mengontrol pikiran irasional dengan membatasinya.

Rudestam merupakan tokoh pengembangan teknik ini, rudestam mengaplikasikan prosedur teknik thought stopping dengan meminta konseli untuk membayangkan pikiran-pikiran irasional yang menimbulkan masalah sehingga konselor menyatakan secara keras “stop”. Kata stop tersebut dimaksudkan untuk menghentikan urutan pikiran, yang memuat konseli tidak bisa melanjutkan.

Prosedur ini diulang-ulang sehingga timbul hubungan antara kata stop dengan pikiran irasional yang ditekankan. Teknik thought stopping mencakup 6 langkah dasar, diantaranya :

  1. Mengantar kata-kata (verbal set).
    Konseli mulai memahami pikiran irasionalnya dan ingin mengubah pola pikirnya tersebut dan konselor membantu untuk menyadarkan pikiran negatifnya dan bagaimana pikiran negative itu mempengaruhi tingkah lakunya, kemudian konselor memberikan penjelasan sebagai alasan pentingnya prosedur thought stopping.

  2. Penghentian pikiran atas arahan konselor: Overt Interruption.
    Konselor bertanggungjawab untuk menginterupsikan kata berhenti.

  3. Penghentian pikiran atas arahan konseli: Overt interruption.
    Konseli sendiri yang bertanggungjawab untuk menginterupsikan kata berhenti setelah memusatkan lagi pada masalahnya dan pikiran negative tersebut muncul.

  4. Penghentian pikiran atas arahan konseli: Overt interruption.
    Cara sama dengan langkah ketiga diulangi tetapi diucapkan dalam hati.

  5. Pengubahan ke arah pikiran yang netral, positif dan tegas.
    Setelah menginterupsikan kata stop konseli belajar menggantikan pikiran negative tersebut dengan pernyataan dan pikiran positif, tegas dan netral.

  6. Pekerjaan rumah dan tindak lanjut.
    Konseli perlu menerapkan prosedur ini ketika konseling dan dalam kehidupan sehari-hari ketika pikiran yang merusak diri itu muncul. Cara ini perlu diimbangi dengan membuat catatan dalam kertas untuk kemajuan yang dicapai dalam penerapan teknik thought stopping.

Pada uraian diatas telah dijelaskan uraian prosedur dasar penghentian pikiran. Pada bagian ini akan diaplikasikan teknik cognitive restructruring melalui penghentian pikiran (thought stopping). Seorang konseli banyak mengalami hambatan-hambatan dan sering merendahkan dirinya sendiri karena ada cara- cara berpikir yang salah pada diri konseli dengan berpikiran negative pada dirinya sendiri bahwa dirinya bodoh, akan mengalami kegagalan, serta tidak mampu dalam menghadapi ujian atau suatu masalah apapun.

Pikiran-pikiran dari konseli seperti itu yang harus direstruktur dengan menghentikan pikiran-pikiran negativenya terlebih dahulu. Untuk membantu menstruktur kognitif konseli melalui penghentikan pikiran konselor membantunya fase-fase berikut: terdiri atas cara belajar konseli bagaimana mengobservasi tingkah laku mereka sendiri.

  • Fase 1 yaitu observasi diri.
    Tahap awal dalam proses perubahan terdiri atas cara belajar konseli mengobservasi tingkah laku mereka sendiri. Suatu faktor yang menentukan proses adalah kesediaan dan kemampuan konseli untuk mendengarkan diri mereka sendiri, ini menyangkut suatu kepekaan yang tinggi kepada pikiran mereka, perasaaan-perasaan, reaksi psikologi dan tingkah laku dalam hubungan antar pribadi. Dalam penelitian ini, siswa-siswa yang tidak menghargai diri mereka dengan menganggap diri mereka bodoh, tidak berguna dan tidak mampu berharap mengadakan perubahan yang konstruktif, mereka harus pertama-tama menyadari bahwa mereka bukan korban-korban dan perasaan negative. Sebenarnya yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam hidupnya adalah kata-kata mereka sendiri.

  • Fase 2, memulai dialog internal baru.
    Sebagai kontrak awal konseli dan konselor, konseli belajar tingkah laku kurang menghargai diri sendiri, dan mereka mulai melihat beberapa kesempatan adanya pilihan-pilihan untuk penyesuain tingkah laku yang akan mengarah pada perubahan afektif, kognitif dan behavioral. Jika konseli mengharap untuk perubahan maka apa yang mereka katakana kepada diri mereka harus dapat menghentikan pikiran irasional melalui teknik penghentian pikiran yang terdiri dalam 6 langkah seperti yang telah dijelaskan diatas kemudian menggantikan dengan pikiran rasional yang dapat membentuk tingkah laku baru untuk menghargai dirinya. Konseli belajar untuk mengubah dialog internal yang mereka bawa dalam proses treatment . Dialog internal mereka yang baru hasilnya dalam bentuk restrukturisasi kognitif.

  • Fase 3, yaitu mempelajari keterampilan baru.
    Fase ketiga prose memodifikasi terdiri atas mengajar konseli untuk memperoleh keterampilan pemecahan yang lebih efektif, yang dipraktikan dalam situasi kehidupan nyata (misalnya konseli yang tidak dapat menanggulangi kegagalan mungkin menghindari hal-hal yang konseli tidak dapat mampu padahal konseli bukan berarti tidak mampu tetapi hanya berfikir negative, cognitive restructuring dapat membantu konseli mengubah pandangan negative pada kegagalan, jadi membuat mereka lebih bersedia untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diinginkan). Pada waktu yang sama, konseli terus berfokus mengatakan kepada diri mereka dengan kalimat-kalimat baru dan mengobservasi dan menilai hasilnya karena mereka secara nyata mendapatkan reaksi-reaksi yang berbeda dari orang lain. Stabilitas apa yang mereka pelajari sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka katakan kepada mereka mengenai tingkah laku mereka yang baru diperoleh dan konsekuensi-konsekuensinya.

Aplikasi Teknik Thought Stopping untuk Kelompok


Konseling kelompok merupakan bantuan individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Maksud dari konseling kelompok yang bersifat pencegahan bahwa individu mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain.

Konseling kelompok bersifat memberi kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti memberikan kesempatan, dorongan juga pengarahan pada individu–individu yang bersangkutan untuk mengubah sikap perilakunya sesuai dengan lingkungannya. Thought stopping dalam situasi kelompok dilakukan dengan mulai mengajarkan anggota memulai latihan kelompok tentang menggali pikiran-pikiran negative dalam diri, selanjutkan anggota lain memberikan balikan kemudian anggota kelompok didorong untuk menyusun pernyataan yang cenderung meningkatkan harga dirinya, yang meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan tindakan efektif serta mencoba mengantikan dengan pernyataan konseli dalam menentang self defeating.

Selain itu konselor juga dapat berperan sebagai ketua kelompok sehingga terwujud kepercayaan. Konselor memulai konseling dengan memproses kembali konsep-konsep yang dimiliki konseli dengan memberi reinforce baik negatif maupun positif terutama terhadap kondisi emotional konseli, dengan kata lain konselor mentransfer proses konseling menjadi normal.
Peranan untuk konseli sebagai anggota kelompok mampu mengubah pola berfikir sehingga mudah dalam menata kognitifnya. Pengalaman utama yang diharapkan adalah konseli menemukan pikiran negative tentang harga dirinya karena konseli sendiri yang akan mencari penyelesaiannya.

Dari uraian tersebut digambarkan penerapan teknik thought stopping dalam meningkatkan harga diri individu dengan konseling dengan 4 tahap diantaranya:

  1. Tahap pertama dengan pembentukan kelompok sehingga terbentuk kelompok yang dinamis.

  2. Tahap kedua merupakan jembatan antara tahap pertama dan ketiga.

  3. Tahap ketiga merupakan tahap kegiatan yang sesuai dengan tujuan kegiatan yaitu penerapan teknik thought stopping.

  4. Tahap keempat adalah tahap pengakhiran. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok dalam konseling kelompok yaitu diskusi, pengamatan diri, latihan penghentian, latihan problem solving.

Menurut Bakker teknik Thought Stopping merujuk pada sekelompok prosedur yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar seseorang bisa memblokir secara kognitif serangkaian tanggapan yang diterima (Bradley, 2015).

Penghentian Pikiran (Thought Stopping) merupakan salah satu contoh dari teknik psikoterapeutik kognitif-behavior yang dapat digunakan untuk membantu konseli mengubah proses berpikir. Mengubah proses berpikir merupakan hal penting bagi seorang konselor mempertahankan perasaan konseli dapat berpengaruh kuat dengan pola dan proses berpikir (Riwayati, 2015).

Strategi berhenti berfikir (Thought Stopping) ini digunakan untuk membantu ketidak produktifan control seseorang atau kalahnya pikiran dan gambaran-gambaran dari diri sendiri dengan cara menekan atau menghilangkan kesadaran-kesadaran negatif tersebut. Berhenti berfikir seringkali untuk konseli yang terlalu terpaku dengan kejadian-kejadian masa lalu yang tidak dapat diubah (Rofiq, 2012).

Teknik ini dikatakan berhasil karena beberapa alasan. Menurut David et al ada tiga keberhasilan dalam tehnik ini yaitu perintah “berhenti” berfungsi sebagai hukuman, sehingga mengurangi kemungkinan pikiran tersebut akan muncul kembali. Selain itu, perintah “berhenti” bertindak sebagai pengalih perhatian dan tidak selaras dengan pikiran yang tidak diinginkan. Terakhir perintah “berhenti” dapat diikuti oleh substitusi pikiran untuk memastikan bahwa pikiran yang tidak di inginkan tidak akan kembali (Bradley, 2015).

Konseli yang menyesali kejadian-kejadian yang tidak mungkin terjadi. Konseli yang terikat oleh pikiran negatif yang selalu berulang-ulang dan sangat tidak produktif atau gambaran-gambaran yang selalu menyalahkan diri sendiri. Berhenti berpikir (Thought Stopping) memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah mudah dikelola, mudah dimengerti oleh konseli dan siap digunakan oleh konseli dalam sikap pengaturan diri sendiri (Rofiq, 2012).

Thought Stopping merupakan salah satu contoh dari Teknik psikoterapi CBT (Cognitif Behavior Therapy) yang digunakan untuk membantu konseli mengubah proses berfikir. Kebiasaan berfikir dapat membentuk perubahan perilaku. Penggunaan Teknik ini dimaksudkan karena pikiran yang negatif dapat menyebabkan adanya perilaku yang negatif sehingga perlu adanya penghentian pikiran negatif untuk menghindari akibat yang negatif dari pikiran buruk tersebut.

Thought Stopping merupakan strategi yang membantu klien untuk mengatasi ketidakmampuan mereka dalam mengontrol pikiran dan gambaran-gambaran dari diri sendiri dengan cara menekan atau menghilangkan kesadaran-kesadaran negative tersebut (Nursalim, 2013).

Teknik ini dikatakan berhasil karena beberapa alasan. Ada tiga keberhasilan dalam tehnik ini yaitu perintah “berhenti” berfungsi sebagai hukuman, sehingga mengurangi kemungkinan pikiran tersebut akan muncul kembali dan remaja berusaha meminum minuman keras lagi. Selain itu perintah “berhenti” bertindak sebagai pengalih perhatian dan tidak selaras dengan pikiran yang tidak diinginkan. Seolah-olah remaja tersebut berhenti karena untuk mencari muka didepan umum saja tidak dari hati yang dalam. Terakhir perintah “berhenti” dapat diikuti oleh substitusi pikiran untuk memastikan bahwa pikiran yang tidak diinginkan tidak akan kembali. Remaja tersebut benar-benar ingin meninggalkan perilaku minum minuman keras dan selama sisa hidupnya tidak akan meminumnya lagi.

Kegunaan Teknik Thought Stopping

Thought Stopping sering digunakan untuk masalah obsesi, dan pikiran-pikiran fobik, termasuk preokupasi seksual, hipokondriasis, pikiran gagal, pikiran ketidakmampuan seksual, ingatan obsesif. Selain itu tehnik ini juga digunakan mengurangi pikiran negatif diantaranya mengurangi pikiran negatif tentang diri sendiri, merokok, NAPZA, dan halusinasi visual dan auditorik, dan imsonia.

Prinsip -prinsip Teknik Thought Stopping

Dalam pelaksanaannya, Teknik ini menggunakan berbagai variasi dalam membantu seseorang yang sedang mencoba dan menghentikan pikiran yang tidak menyenangkan atau memutuskan pikiran atau obsesi yang mengancam dengan penuh pertimbangan. Konseli diintruksikan mengatakan “berhenti” ketika pikiran dan perasaan yang mengancam muncul dan memberi isyarat pada konseli untuk menggantikan pikiran tersebut dengan memilih alternatif pikiran yang positif.

Selama melakukan Teknik ini konselor tidak mencoba untuk melepaskan masalah dari kehidupan atau sumber masalah, dimana kenyataannya konselor tidak mudah membawa pikiran hanya kepada masalah konselor untuk merubah kearah yang disadari secepatnya. Selanjutnya mulai untuk berhenti berfikir tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah kecanduan minuman keras.

Implementasi Teknik Thought Stopping

Thought Stopping memiliki empat langkah dalam penanganan konseli diantaranya:

  1. Konseli dan konselor harus memutuskan bersama, pikiran-pikiran atau masalah yang akan diselesaikan.

  2. Konseli menutup mata dan membayangkan masalah yang akan diselesaikan.

  3. Pikiran yang dibayangkan disertai dengan keinginan “berhenti”.

  4. Dalam Thought Stopping mengganti pemikiran yang negatif yang berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan dengan menggantinya dengan pikiran positif.