Apa yang dimaksud dengan tekanan darah?

image

Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut : 120 /80 mmHg.

Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring.

Apa yang dimaksud dengan tekanan darah ?

Tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah yang hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa.

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap.

Tekanan darah diatur melalui beberapa mekanisme fisiologis untuk menjamin aliran darah ke jaringan yang memadai. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung (cardiac output, CO) dan resistensi pembuluh darah terhadap darah.

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa melalui jantung per menit, yaitu isi sekuncup (stroke volume, SV) x laju denyut jantung (heart rate, HR).

Resistensi diproduksi terutama di arteriol dan dikenal sebagai resistensi vaskular sistemik. Resistensi merupakan hambatan aliran darah dalam pembuluh, tetapi tidak dapat diukur secara langsung dengan cara apapun. Resistensi harus dihitung dari pengukuran aliran darah dan perbedaan tekanan antara dua titik di dalam pembuluh.

Resistensi bergantung pada tiga faktor, yaitu viskositas (kekentalan) darah, panjang pembuluh, dan jari-jari pembuluh.

Aliran darah yang mengalir di sirkulasi dalam periode waktu tertentu, secara keseluruhan adalah 5000 ml/menit pada sirkulasi total orang dewasa dalam keadaan istirahat. Aliran darah ini disebut curah jantung karena merupakan jumlah darah yang dipompa ke aorta oleh jantung setiap menitnya.

Kecepatan aliran darah yang melalui seluruh sistem sirkulasi sama dengan kecepatan pompa darah oleh jantung ─ yakni, sama dengan curah jantung.

Isi sekuncup jantung dipengaruhi oleh tekanan pengisian (preload), kekuatan yang dihasilkan oleh otot jantung, dan tekanan yang harus dilawan oleh jantung saat memompa (afterload). Normalnya, afterload berhubungan dengan tekanan aorta untuk ventrikel kiri, dan tekanan arteri untuk ventrikel kanan. Afterload meningkat bila tekanan darah meningkat, atau bila terdapat stenosis (penyempitan) katup arteri keluar. Peningkatan afterload akan menurunkan curah jantung jika kekuatan jantung tidak meningkat. Baik laju denyut jantung maupun pembentukan kekuatan, diatur oleh sistem saraf otonom (SSO/autonomic nervous system, ANS).

Hubungan antara tekanan, resistensi, dan aliran darah dalam sistem kardiovaskular dikenal dengan hemodinamika. Sifat aliran ini sangat kompleks, namun secara garis besar dapat diperoleh dari hukum fisika untuk sistem kardiovaskular :

CO = (MABP ─ CVP) / TPR

Dengan CO adalah curah jantung (cardiac output), MABP adalah tekanan darah arteri rata-rata (mean arterial blood pressure), TPR adalah resistensi perifer total (total peripheral resistance), dan CVP adalah tekanan vena sentral (central venous pressure). Karena CVP biasanya mendekati nol, maka MABP sama dengan CO x TPR.

MABP adalah nilai rata-rata dari tekanan arteri yang diukur milidetik per milidetik selama periode waktu tertentu. Secara konstan MABP dipantau oleh baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total sebagai usaha memulihkan tekanan darah ke normal. Reseptor terpenting yang berperan dalam pengaturan terus-menerus yaitu sinus karotikus dan baroreseptor lengkung aorta.

Tekanan darah rata-rata menurun secara progresif di sepanjang sistem arteri. Penurunan biasanya tajam pada arteri terkecil dan arteriol (diameter <100 µm), karena pembuluh memberikan resistensi terbesar terhadap aliran. Peranan arteriol dalam mengatur resistensi vaskular memiliki beberapa implikasi penting, yaitu :

  1. Konstriksi atau dilatasi semua atau sebagian besar arteriol dalam tubuh akan memengaruhi TPR dan tekanan darah

  2. Konstriksi arteriol pada satu organ atau regio tersebut, sementara itu dilatasi memiliki efek yang berlawanan

  3. Perubahan resistensi arteriolar pada suatu regio memengaruhi tekanan hidrostatik ‘downstream’ dalam landas kapiler (capillary bed) dan vena pada regio tersebut.

Jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta, sehingga tekanan rata-rata di aorta menjadi tinggi, rata-rata sekitar 100 mmHg. Demikian juga, karena pemompaan oleh jantung bersifat pulsatil, sebagai akibat pengosongan ritmik ventrikel kiri, tekanan arteri berganti-ganti antara nilai tekanan sistolik 120 mmHg dan nilai tekanan diastolik 80 mmHg.

Pada orang dewasa sehat, tekanan pada puncak setiap pulsasi, yang disebut tekanan sistolik, adalah sekitar 120 mmHg. Pada titik terendah setiap pulsasi, yang disebut tekanan diastolik, nilainya sekitar 80 mmHg. Perbedaan nilai antara kedua tekanan ini sekitar 40 mmHg, yang disebut tekanan nadi.

Dua faktor utama yang memengaruhi tekanan nadi :

  1. curah isi sekuncup dari jantung, dan
  2. komplians (distensibilitas total) dari percabangan arteri.

Tekanan nadi pada orang lanjut usia kadang-kadang meningkat sampai dua kali nilai normal, karena arteri menjadi lebih kaku akibat arteriosklerosis dan karenanya, arteri relatif tidak lentur.

Faktor – faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan darah adalah sebagai berikut:


image


Gambar Faktor-faktor yang berpengaruh pada pengendalian darah.

Faktor-faktor di atas berperan dalam pengendalian tekanan darah yang memengaruhi rumus dasar

Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer.

Beberapa pusat yang mengawasi dan mengatur perubahan tekanan darah, yaitu :

  1. Sistem syaraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di batang otak, misalnya pusat vasomotor dan diluar susunan syaraf pusat, misalnya baroreseptor dan kemoreseptor.

  2. Sistem humoral atau kimia yang dapat berlangsung lokal atau sistemik, misalnya renin-angiotensin, vasopressin, epinefrin, norepinefrin, asetilkolin, serotonin, adenosin dan kalsium, magnesium, hidrogen, kalium, dan sebagainya.

  3. Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susunan kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik di bagian dalam dan di luar sistem vaskuler.

Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung didalam pembuluh dan compliance atau daya regang dinding pembuluh darah yang bersangkutan.

Tekanan maksimum yang ditimbulkan diarteri sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol (tekanan sistolik) rata-rata adalah 120mmHg. Tekanan minimum didalam arteri sewaktu darah mengalir ke luar ke pembuluh dihilir selama diastol (tekanan diastolik) rata-rata adalah 80mmHg. Sedangakan tekanan pada nadi adalah perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik (Sherwood, 2006).

Pengaturan tekanan arteri jangka pendek dilakukan oleh sistem saraf simpatis, terutama melalui efek sistem saraf pada kapasitansi dan tahanan vaskular perifer total dan kemampuan memompa jantung. Sedangkan pengaturan untuk jangka panjang bekaitan dengan homeostasis volume cairan tubuh, yang ditentukan oleh keseimbangan antara asupan dan keluaran cairan. Bila tubuh mengandung banyak cairan ekstrasel, volume darah dan tekanan arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan ini kemudian mempengaruhi ginjal untuk mengeksresikan kelebihan cairan ekstrasel, sehingg pengembalian tekanan kembali normal (Guyton dan Hall, 2006).

Sistem Pengaturan Tekanan Darah Jangka Pendek

Pengaturan jangka pendek dikendalikan oleh sistem saraf. Mekanisme utama dalam proses pengontrolan tekanan darah ini berjalan sesuai dengan mekanisme umpan balik negatif. Mekanisme umpan balik negatif adalah mekanisme perangsangan yang akan mengurangi impuls respon tubuh. Mekanisme pengaturan ini membutuhkan sensor/ reseptor, neuron aferen, sistem saraf pusat, neuron eferen dan efektor (Ronny, 2009).

Meurut Sherwood (2006), beberapa sensor yang mendeteksi perubahan tekanan darah diuraikan dibawah ini:

  1. Refleks Baroreseptor
    Setiap perubahan pada tekanan darah rata-rata akan mencetuskan refleks baroreseptor yang diperantarai secara otonom. Sistem baroreseptor bekerja sangat cepat untuk mengkompensasi perubahan tekanan darah. Baroreseptor yang penting dalam tubuh manusia terdapat di sinus karotis dan arkus aorta.

    Baroreseptor secara terus menerus memberikan informasi mengenai tekanan darah, dan secara kontinu menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap tekanan didalam arteri. Jika tekanan arteri meningkat, potensial aksi juga akan meningkat sehingga kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron eferen yang bersangkutan juga ikut meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika terjadi penurunan tekanan darah.

    Setelah mendapat informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan potensial aksi tersebut, pusat kontrol kardiovaskuler berespon dengan mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup, menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena serta menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali normal. Begitu juga sebaliknya jika tekanan darah turun dibawah normal

  2. Osmoreseptor hipotalamus dan reseptor volume pada atrium kiri
    Osmoreseseptor pada hipotalamus peka terhadap perbahan osmolaritas darah yang dipengaruhi oleh keseimbangan cairan tubuh, keduanya mempengaruhi regulasi jangka panjang tekanan darah dengan mengontrol volume darah

  3. Kemoreseptor pada arteri karotis dan aorta
    Kemoreseptor tersebut peka terhadap kadar O2 rendah atau keasaman tinggi pada darah. Fungsi utamanya adalah secara refleks meningkatkan aktivitas penafasan sehingga lebih banyak O2 yang masuk atau lebih banyak CO2 pembentuk asam yang keluar. Disamping itu, reseptor ini juga akan menyampaikan impuls eksitatorik ke pusat kardiovaskuler.

  4. Sistem saraf pusat
    Sistem saraf akan mempengaruhi tekanan darah melaui perangsangan simpatis dan parasimpatis. Emosi dan prilaku tertentu memengaruhi kerja simpatis yang berefek pada respon kardiovaskular

  5. Olahraga
    Perubahan mencolok pada sistem kardiovaskular terjadi saat berolahraga, termasuk peningkatan besar aliran darah otot rangka, peningkatan curah jantung, penurunan resistensi perifer total

  6. Kontrol Hipotalamus terhadap arteriol kulit
    Tekanan darah dapat turun pada saat pembuluh kulit mengalami dilatasi menyeluruh untuk mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh.

Sistem Pengaturan Tekanan Darah Jangka Panjang

Selain refleks dan respon tersebut, pengaturan tekanan darah intermitten dan jangka panjang juga dipengaruhi secara vasoaktif, meliputi:

  1. Epinefrin, berasal dari medula adrenal, berikatan dengan reseptor α1 (vasokonstriksi) dan reseptor β2 (vasodilatasi), juga berikata dengan β1 (meningkatkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi (Ronny, 2009)

  2. Serotonin 5-hidroksitriptamin, biasanya terdapat pada saraf terminal, trombosit dan sel mast. Zat ini menyebabkan vasokonstriksi (Ronny, 2009)

  3. Histamin, biasanya dikeluarkan saat terjadi luka atau inflamasi yang dapat menyebabkan pembuluh darah di otot polos vasodilatasi, tetapi otot polos viseral berkontraksi (Ronny, 2009)

  4. Angiotensin II, merupakan bagian dari sistem renin angiotensin aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang sangat kuat. Walaupun hanya berada dalam darah 1 atau 2 menit dalam darah, tetapi angiotensin II mempunyai pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri, yaitu sebagai vasokonstriksi di berbagai daerah tubuh serta menurunkan eksresi garam dan air oleh ginjal.

Tekanan darah adalah menununjukkan keadaan dimana tekanan yang dikenakan oleh darah pada pembuluh darah arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh tubuh, dengan kata lain teknan juga berarti kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton dan Hall, 2008). Menurut WHO (2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik.

Menurut Singgih dalam Mustar (2011) hingga saat sekarang alat ukur yang masih akurat digunakan untuk mengukur tekanan darah secara tidak langsung ialah sphygmomanometer air raksa. Kadang-kadang dijumpai sphygmomanometerdengan pipa air raksa yang letaknya mirip terhadap bidang horizontal (permukaan air) dengan maksud untuk memudahkan pembacaan hasil pengukuran oleh pemeriksa. Satuan tekanan darah standar, tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah.

Tekanan sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai satu titik dimana denyut dapat dirasakan. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan diatas arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau denyut arteri dengan jelas dan titik dimana bunyi mulai menghilang. Perbedaan tekanan antara systole dan diastole disebut tekanan antara systole dan diastole disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50 mmHg.

Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradient tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan.

  • Tekanan ventrikuler kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat systole sampai serendah 0 mmHg diastole.

  • Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat systole sampai serendah 80 mmHg saat diastole. Tekanan diastolic tetap dipertahankan dalam arteri karena efek lontar balik dari dinding elastic aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg.

Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40 mmHg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHgdi ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung vena) masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5 mmHg) menuju vena cava superior dan interior (dengan tekanan 2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg).

Sistem Sirkulasi Tekanan Darah


Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung oksigen inimemasuki jantung dan kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah lebih kecil hingga berukuran mikroskopi yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang sudah tidak beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan dipompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi. Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan sistolik. Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik ini diukur ketika anda memeriksakan tekanan darah (Dian, 2011).

Penggolongan Tekanan Darah


1. Tekanan Darah Normal
Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila tekanan darah untuk sistolik <140 mmHg dan diastolic <90 mmHg (Guylon dan Hall, 2008).
Nilai tekanan darah normal :

  • Pada usia 15-29 tahun: sistolik 90-120 mmHg. Diastolic 60-80 mmHg.
  • Pada usia 30-49 tahun; sistolik 110-140 mmHg, diastolic 70-90 mmHg.
  • Pada usia >50 tahun: sistolik 120-150 mmHg, diastolic 70-90 mmHg.

Berikut ini tabel Standar Tekanan Darah Normal :

No. Usia Diastol Sistol
1 Pada masa bayi 50 70-90
2 Pada masa anak 60
3 Masa Remaja 60
4 Masa Muda 60-70
5 Lebih tua 80-90

2. Tekanan Darah Rendah
Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah apabila catatan tekanan darah untuk yang normal 100/60 mmHg, untuk sistolik <100 mmHg dan diastolic <60 mmHg (Watson,2002).

3. Tekanan Darah Tinggi
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap diatas 140/90 mmHg, tekanan sistolik >140 mmHg dan diastolic >90 mmHg (Watson, 2002). Adapun klarifikasi hipertensi menurutThe Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of English Blood Pressure(JNC-VII) tahun 2003 dalam Lumbantobing (2008) adalah sebagai berikut :

  • Tekanan darah normal : tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan diastolik <80 mmHg.
  • Pre hipertensi : tekanan sistolik 120-139 mmHg dan tekanan diastolic 80-90 mmHg.
  • Hipertensi, ada dua macam yaitu :
    • Stadium I : tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastolik 90-99 mmHg.
    • Stadium II : tekanan sistolik ≥160 mmHg dan tekanan diastolik ≥100 mmHg.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu :

  1. Usia
    Perbedaan usia mempengaruhi tekanan darah. Tekanan darah rata-rata orang dewasa 30-45 tahun systolic 110-140 mmHg dan diastolic 60-90 mmHg (Kozier, 1987). Tekanan darah sistolik meningkat sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi tekanan diastolic meningkat seiring tekanan darah sistolik sekitar usia 55 tahun yamg kemudian menurun oleh karena terjadinya proses kekuan arteri akibat arteriosclerosis. Ketika denyut jantung meningkat dikarenakan sisitim syaraf yang dirangsang oleh gas karbon monoksida, maka pembuluh darah kurang bias melebar dikarenakan berkurangnya elastisitas, sehingga kenaiakan kenaikan tekanan darah akan lebih tinggi. Tekanan darah akan naik terus perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya usia, dan akan naik tajam setelah usia 40 tahun (Guyton dan Hall, 1997).

  2. Olahraga
    Meningkatnya curah jantung karena olahraga atau aktivitas akan mengakibatkan tekanan darah naik pada menit-menit awal, selanjutnya system regulasi tubuh akan berusaha untuk mengkompensasi kenaikan ini, sehingga tekanan darah akan tetap cenderung tetap atau justru turun.

  3. Lama Paparan
    Pada orang yang masa waktu jam bekerja setiap harinya memiliki denyut nadi yang berbeda. Ini dipengaruhi oleh tingkat kelelahan dalam bekerja. Semakin lama orang bekerja maka semakin tinggi tingkat kelelahan yang dimilikinya dibandingkan dengan orang yang bekerja dibawah dari jam kerja orang lain.

  4. Riwayat Penyakit
    Riwayat alamiah penyakit merupakan perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural. Apabila seorang pekerja memiliki riwayat alamiah penyakit hendaknya segera diberitahukan agar tidak memperberat penyakit yang sudah ada sebelumnya.

  5. Beban Kerja
    Beban kerja adalah criteria berat ringannya suatu tingkat pekerjaan sampel berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukannya. Menurut Christensen (1991) dan Grandjean (1993) dalam Tarwaka, dkk (2004) menjelaskna bahwa untuk menilai berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh.

  6. Masa Kerja
    Masa kerja adalah waktu tenaga kerja tersebut mulai bekerja pada tempat kerjanya sampai sekarang yang dapat diketahui dengan pengakuan dari tenaga kerja (dihitung dalam tahun).

  7. Minum Alkohol
    Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alcohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terrhadap tekanan darah baru Nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya.

  8. Merokok
    Pada keadaan merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke bagian tubuh dengan jumlah yang tetap (Vita, 2004). Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan darah pada pembuluh darah meningkat (Wardoyo, 1996).

Tekanan darah adalah gaya dihasilkan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah. (Whelton PK, dkk., 2017) mengatakan nilai normal tekanan darah menurut kriteria American Heart Association (AHA) dan American College of Cardiology (ACC) tekanan sistolik. Tekanan dinding arteri ketika otot jantung mengendur dan memungkinkan ruang untuk diisi dengan darah disebut tekanan diastolik.

Tekanan darah adalah kata yang digunakan untuk merujuk tekanan darah pada arteri. Sirkulasi darah terutama dilakukan jantung yang bertindak sebagai pompa, ketika jantung memompa, darah akan dipaksa diarahkan ke aorta (pembuluh utama dimulai dari ventrikel kiri jantung untuk memberikan darah ke organ) (Nurlina, 2017).

image

Keterangan :
Berdasarkan tabel 2 di atas individu dengan Systole Blood Pressure (SBP) dan Diastole Blood Pressure (DBP) dalam 2 kategori harus ditunjuk untuk kategori Blood Pressure (BP) yang lebih tinggi.

Fisiologi Tekanan Dasar

Tekanan darah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh. Tekanan darah bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan compliance atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut diregangkan). Darah mengalir dalam suatu lingkaran tertutup antara jantung dan organ-organ. Arteri mengangkut darah dari jantung ke seluruh tubuh. Arteriol mengatur jumlah darah yang mengalir ke masing-masing organ. Kapiler adalah tempat sebenarnya pertukaran bahan antara darah dan sel jaringan sekitar. Vena mengembalikan darah dari tingkat jaringan kembali ke jantung. Pengaturan tekanan arteri rerata bergantung pada kontrol dua penentu utamanya yaitu curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah jantung sebaliknya bergantung pada regulasi kecepatan jantung dan isi sekuncup, resistensi perifer total terutama ditentukan oleh derajat vasokonstriksi arteriol (Sherwood, 2014).

Regulasi jangka pendek tekanan darah dilakukan oleh refleks baroreseptor. Baroreseptor sinus karotis dan arkus aorta secara terusmenerus memantau tekanan arteri rerata untuk mendeteksi penyimpangan dari normal, kedua baroreseptor tersebut memberi sinyal ke pusat kardiovaskular medula yang berespon dengan menyesuaikan sinyal otonom ke jantung dan pembuluh darah untuk memulihkan tekanan darah kembali normal. Kontrol jangka panjang tekanan darah melibatkan pemeliharaan volume plasma yang sesuai melalui kontrol ginjal atas keseimbangan garam dan air. Tekanan darah meningkat secara abnormal (hipertensi) atau terlalu rendah (hipotensi). Hipotensi berat dan menetap menyebabkan kurang memadainya penyaluran darah secara umum dikenal sebagai syok sirkulasi (Sherwood, 2014).

Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Faktor yang mempengaruhi tekanan darah terdiri atas dua faktor yaitu:

1. Faktor Utama yang Mempengaruhi Tekanan Darah

  • Jantung

    Sistem kardiovaskuler mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh dan menyalurkannya kembali ke jantung dengan cara jantung berkontraksi dan berelaksasi. Perubahan hemodinamik dalam sistem tersebut menyebabkan perubahan tekanan dan mengakibatkan terjadinya peristiwa aliran darah di dalam sistem kardiovaskular tersebut. Jantung dapat mempengaruhi tekanan darah karena berhubungan dengan curah jantung. Curah jantung dapat berubah – ubah tergantung tingkat aktivitas seseorang, usia, tingkat metabolisme tubuh dan ukuran tubuh (Guyton and Hall, 2014). Isi sekuncup dan denyut jantung adalah faktor yang mempengaruhi curah jantung. Frekuensi denyut jantung dipengaruhi rangsang saraf simpatis dan parasimpatis. Rangsang saraf simpatis meningkatkan frekuensi denyut jantung serta meningkatkan kontraktilitas miokardium menambah isi sekuncup, hasil sebaliknya pada saraf parasimpatis. Jumlah darah yang mengalir ke jantung meningkat, dinding ruang jantung meregang, otot berkontraksi lebih kuat lagi, semua penambahan darah yang kembali ke jantung dipompa masuk lagi ke sirkulasi secara otomatis (Guyton and Hall, 2014).

  • Tahanan Perifer

    Tahanan adalah penghalang terhadap aliran darah dalam pembuluh, tidak dapat diukur secara langsung tetapi dapat dihitung dari pengukuran aliran darah dan perbedaan tekanan dalam pembuluh. Tahanan perifer total adalah keseluruhan tahanan yang terdapat di sirkulasi sistemik, pengaruh tahanan perifer pada tekanan darah disebabkan perubahan diameter pembuluh darah tepi terutama arteriol. Perubahan diameter arteriol mengakibatkan perubahan pada tahanan perifer total, terjadi perubahan tekanan darah karena tekanan darah dapat ditentukan oleh perkalian curah jantung dengan tahanan perifer. Perubahan pada salah satu dari kedua faktor tersebut dapat mengubah nilai tekanan darah (Guyton and Hall, 2014).

  • Volume Darah

    Volume darah dalam tubuh dipengaruhi volume cairan ekstraseluler, peningkatan volume cairan ekstraseluler meningkatkan volume darah. Peningkatan volume darah meningkatkan tekanan pengisian sirkulasi rata-rata kemudian meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung menyebabkan peningkatan curah jantung. Peningkatan curah jantung meningkatkan tekanan darah, kehilangan darah terlalu banyak maka tekanan darah menurun seperti pada kasus perdarahan, perdarahan tidak terlalu banyak, dengan penambahan cairan atau darah jumlah darah akan kembali normal, sebaliknya perdarahan banyak dengan penambahan cairan, darah tidak dapat mengembalikan volume darah, tekanan darah tidak akan meningkat kembali, organ-organ vital akan kekurangan darah (Guyton and Hall, 2014).

  • Viskositas Darah

    Viskositas darah adalah kekentalan darah sebagai zat cair banyak mengandung unsur kimia. Viskositas darah dipengaruhi hematokrit, peningkatan hematokrit meningkatkan viskositas darah. Viskositas darah meningkat diperlukan tenaga lebih besar untuk memompa darah pada jarak tertentu dan alirannya akan lebih lambat karena gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah dan pembuluhnya meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Gesekan ini menentukan ukuran koefisien angka viskositas, sebaliknya viskositas darah menurun maka gesekan antara lapisan darah dan pembuluhnya akan menurun dan tekanan darah akan turun (Guyton and Hall, 2014).

  • Distensibilitas Dinding Pembuluh Darah

    Ciri khas sistem vaskular yang penting adalah semua pembuluh darah bersifat distensibilitas, misalnya arteriol akan berdilatasi dan menurunkan tegangannya ketika tekanan di dalam arteriol meningkat. Peningkatan aliran darah disebabkan tidak hanya peningkatan tekanan darah tetapi juga akibat penurunan tahanan. Peran penting lain distensibilitas vaskular adalah sistem sirkulasi, contohnya sifat distensibilitas arteri memungkinkan vaskular untuk menyalurkan curah jantung yang bersifat pulsatil dan merata-ratakan pulsasi tekanan menimbulkan aliran darah berlangsung terus-menerus dan hampir lancar sempurna melalui pembuluh darah yang sangat kecil dalam jaringan. Pembuluh darah memiliki distensibilitas tertinggi yaitu vena, peningkatan tekanan sedikit saja sudah dapat menampung 0,5-1 liter darah tambahan, vena menyediakan fungsi penampung untuk menyimpan sejumlah besar darah yang dapat digunakan kapan saja dibutuhkan dalam sirkulasi (Guyton and Hall, 2014).

2. Fakttor Tambahan yang Mempengaruhi Tekanan Darah

  • Umur

    Tekanan darah meningkat seiring bertambahnya umur seseorang, karena berkurangnya distensibilitas dinding pembuluh darah atau menjadi kaku (Webber, dkk., 2014).

  • Jenis Kelamin

    Tekanan darah pria lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah wanita karena pria mempunyai hormon testosteron menyebabkan pembuluh darah tidak seelastis pembuluh darah pada wanita dan memiliki total Peripheral Resistance yang tinggi. Wanita memiliki hormon estrogen dan progesteron yang membuat pembuluh darah lebih elastis, tetapi setelah menopause, tekanan darah akan meningkat karena pembuluh darah menjadi tidak elastis (Guyton and Hall, 2014).

  • Kerja Otot
    Pekerjaan yang mengerahkan kekuatan fisik membuat jantung akan memompa lebih banyak darah agar memenuhi kebutuhan kerja otot tersebut menyebabkan tekanan darah meningkat (Guyton and Hall, 2014).

  • Bentuk Tubuh

    Ganong berpendapat dalam Febriana (2015). Individu obes jumlah darah yang beredar akan meningkat, cardiac output naik, tekanan darah akan naik. Overweight adalah kondisi perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan, obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik diseluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu.

  • Emosi

    Respon kardiovaskular berhubungan dengan kebiasaan serta emosi yang dimediasi melalui jalur hipotalamus-serebral korteks berhubungan dengan respon simpatis yang meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah (Sherwood, 2014).

  • Sikap Badan

    Pengukuran tekanan darah akan berbeda pada berbagai sikap badan. Tekanan setiap pembuluh di bawah jantung lebih tinggi dan pembuluh di atas jantung lebih rendah akibat efek gravitasi, inilah yang mempengaruhi tekanan darah, umpamanya seseorang berdiri mempunyai tekanan arteri 100 mmHg pada setinggi jantung maka tekanan arteri di kaki akan menunjukkan 190 mmHg (Guyton and Hall, 2014).

  • Keadaan Setelah Makan

    Aktivitas motorik, sekretorik dan absorbsi seseorang setelah makan semuanya meningkat. Aliran darah juga akan meningkat selama 1 jam berikutnya atau lebih kemudian turun kembali ketingkat istirahat setelah 2 sampai 4 jam kemudian (Guyton and Hall, 2014).

Gangguan Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah akan diperoleh hasil dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh saat jantung berkontraksi (sistolik) dan angka yang lebih rendah diperoleh saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah < 120/80 mmHg didefinisikan sebagai tekanan darah normal. Gangguan tekanan darah dapat menimbulkan gangguan pada pembuluh darah seperti stroke, jantung dan bahkan sampai gangguan ginjal. Gangguan tekanan darah dapat berupa hipertensi (tekanan darah tinggi) maupun hipotensi (tekanan darah rendah). (Triyanto, 2014).

  1. Hipertensi
    Hipertensi adalah keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh jika dibiarkan penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ lain seperti jantung dan ginjal (Depkes RI, 2014). Hipertensi adalah keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Triyanto, 2014). American Heart Association (AHA) dan American College of Cardiology (ACC) tahun 2017 didefinisikan hipertensi stadium satu, tekanan darah sistolik 130 - 139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 - 89 mmHg, hipertensi derajat 2 tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan darah diastolik >90 mmHg.

  2. Patofisiologi Hipertensi
    Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiostensin II dari angiostensin I oleh Angiostensin I Converting Enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati selanjutnya oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) diubah menjadi angiostensin I oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiostensin I diubah manjadi angiostensin II. Angiostensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
    Aksi pertama meningkatkan sekresi Hormon Antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. ADH meningkat, sangat sedikit urin diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolaritasnya untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler, volume darah meningkat akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume tekanan darah. (Mahatidanar, 2016).

  3. Hipotensi
    Hipotensi merupakan penurunan tekanan darah sistol lebih dari 20-30% dibandingkan dengan pengukuran dasar atau tekanan darah sistol < 100 mmHg sehingga setiap organ dari badan tidak mendapat aliran darah yang cukup dan menyebabkan timbulnya gejala hipotensi (Nina, 2016). Hipotensi merupakan keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah dibandingkan dengan tekanan darah normal (normal <120/80 mmHg) menyebabkan beberapa gejala, namun beberapa orang mungkin memiliki nilai tekanan darah (tensi) berkisar 100/80 mmHg namun tidak menampakkan beberapa keluhan berarti namun apabila kondisi itu terus berlanjut, didukung dengan beberapa faktor yang memicu menurunnya tekanan darah yang signifikan, maka tekanan darah akan mencapai ambang rendah, yaitu 90/60 mmHg (Ananto, 2017). Hipotensi (tekanan darah rendah) adalah tekanan darah lebih rendah dari 90/60 mmhg atau tekanan darah cukup rendah menyebabkan gejala-gejala seperti pusing dan pingsan.

    Tubuh mempunyai mekanisme untuk menstabilkan tekanan darah, di dalam tubuh kita terdapat sel-sel khusus di dalam arteri (baroreseptor) yang merasakan tekanan darah sedang naik atau turun. Fungsi sel-sel ini mengeluarkan tanda yang membuat seluruh tubuh merespons dan membawa darah kembali ke kondisi normal. Baroreseptor menyebabkan jantung berdetak lebih cepat, keras, pembuluh arteri dan vena menyempit. Hipotensi terjadi ketika tubuh tidak dapat beradaptasi membuat tekanan darah yang rendah kembali ke normal, kestabilan tekanan darah ini penting sebab tekanan harus cukup tinggi untuk mengantarkan oksigen dan zat makanan ke seluruh sel ditubuh dan membuang limbah yang dihasilkan, tekanan terlalu tinggi bisa merobek pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan di dalam otak (Hemorrhagic Stroke) atau komplikasi lainnya jika tekanan terlalu rendah. (Ahmad, 2015).

    Darah tidak dapat memberikan oksigen dan zat makanan yang cukup untuk sel dan tidak dapat membuang limbah yang dihasilkan sebagaimana mestinya. Pasien dikatakan menderita hipotensi, bila dijumpai penurunan tekanan darah sistolik yang menetap di bawah 80 mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg yang diikuti gejala klinis saat perubahan posisi tubuh dari tidur ke berdiri secara tiba tiba, gejala klinis yang terjadi cukup bervariasi keluhan yang disodorkan penderita lebih merupakan keluhan neuropati autonom seperti mudah lelah, pusing, pingsan, sering menguap, tutur kata yang kabur, penglihatan kabur, wajah pucat, keringat dingin, mual, perasaan tak nyaman di perut dan sensasi tercekik keluhan yang muncul ini kadang tidak berhubungan erat dengan kualitas penyakit ada kecenderungan peningkatan kualitas gejala saat pagi hari ketika bangun tidur. (Ahmad, 2015).