Apa yang dimaksud dengan Stres Pengasuhan?

Apa yang dimaksud dengan Stres Pengasuhan

Apa yang dimaksud dengan Stres Pengasuhan ?

Stres pengasuhan dapat diartikan sebagai suatu ketegangan yang timbul dalam proses pengasuhan akibat tuntutan peran sebagai orangtua. Stres pengasuhan didefinisikan sebagai sesuatu kompleks yang melibatkan komponen perilaku, kognitif, dan afektif yang berkaitan dengan penilaian seseorang dari peranannya sebagai orangtua (Walton, Simpson, Darlington, dan Hainess, 2014).

Stres pengasuhan dapat didefinisikan sebagai serangkaian proses yang menyebabkan reaksi psikologis dan fisiologis permusuhan yang timbul dari upaya untuk beradaptasi dengan tuntutan orangtua (Deater-Deckard, 2004). Definisi yang dimaksud adalah untuk menjadi orangtua memiliki tuntutan dan perlunya adaptasi dengan peran menjadi orangtua. Adaptasi dan tuntutan yang dirasakan memunculkan reaksi secara psikologis dan fisiologis yang menimbulkan stres pengasuhan yang dirasakan oleh orangtua.

Abidin (Williford, Calkins, & Keane 2007) mendefinisikan stres pengasuhan sebagai respon negatif yang dikaitkan dengan diri sendiri dan atau anak yang diciptakan oleh serangkaian penilaian yang dibuat oleh masing-masing orangtua yang dalam konteksnya adalah tingkat komitmen terhadap peran sebagai orangtua. Sebagai orangtua perlu adanya komitmen agar dalam pengasuhan menjadi optimal. Ketika dalam mengasuh tidak optimal maka menimbulkan respon negatif baik dari diri sendiri, pasangan, atau dari anak. Merasa kurang dalam mengasuh, menurunkan komitmen untuk mengasuh anak.

Abidin (Cain & Combs-Orme, 2005) menjelaskan stres pengasuhan adalah ketegangan yang dirasakan oleh orangtua dalam memenuhi fungsi sebagai orangtua. Ketegangan ini dikarenakan pemeuhan tugas sebagai orangtua baik terhadap diri sendiri maupun terhadap anak. Ketegangan ini dapat menyebabkan kekerasan kepada anak jika tidak diatasi dengan baik. Stres pengasuhan merupakan salah satu pembelajaran menjadi orangtua. Dampak dari stres pengasuhan dapat berupa tindakan kekerasan yang dilampiaskan kepada anak. Hal ini sangat tidak diperbolehkan untuk dilakukan sebagai orangtua.

Aspek Stres Pengasuhan


Aspek-aspek stres pengasuhan menurut Abidin (Dardas & Ahmad, 2013) meliputi:

  1. The Parent Distres (pengalaman stres orangtua)
    Sebagai orangtua pernah atau bahkan sering merasakan stres pengasuhan. Hal ini berhubungan dengan pengalaman pribadi sebagai orangtua. Tingkat stres pengasuhan ini berhubungan dengan karakteristik individu yang mengalami gangguan. Pengalaman stres yang pernah dialami oleh orangtua dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan :

    • Feeling of competence, yaitu orangtua diliputi oleh tuntutan dari perannya dan kekurangan perasaan akan kemampuannya dalam merawat anak. Hal ini dihubungkan dengan kurangnya pengetahuan orangtua dalam hal perkembangan anak dan ketrampilan manajemen anak yang sesuai.

    • Social Isolation, yaitu orangtua merasa terisolasi secara sosial dan ketidakhadiran dukugan emosional dari teman sehingga meningkatkan kemungkinan tidak berfungsinya pengasuhan orangtua dalam bentuk mengabaikan anaknya.

    • Restriction imposed by parent role, yaitu adanya pembatasan pada kebebasan pribadi, orangtua melihat dirinya sebagai hal yang dikendalikan dan yang dikuasai oleh kebutuhan dan permintaan anaknya. Perasaan ini menghilangkan identitas diri sebagai individu, seringkali adanya kekecewaan dan kemarahan yang kuat yang dihasilkan oleh frustasinya.

    • Marital Conflict, yaitu konflik pernikahan yang dirasakan oleh orangtua dapat meningkatkan stres pengasuhan. Sebagai orangtua yang dilakukan tidak hanya mengasuh tetapi menjaga agar pernikahan tetap terjalin tanpa adanya masalah. Konflik pernikahan ini akan memberikan dampak kepada diri sendiri baik sebagai pasangan maupun sebagai orangtua.

  2. The Parent-Child Dysfunctional Interaction (disfungsi interaksi orangtua-anak)
    Stres yang menunjukkan adanya interaksi antara orangtua dan anak yang tidak berfungsi dengan baik dan berfokus pada tingkat penguatan dari anak terhadap orangtua serta tingkat harapan orangtua serta tingkat harapan orangtua terhadap anak. Indikatornya meliputi:

    • View of expectations, yaitu sebagai orangtua mempunyai harapan kepada anak untuk masa depannya. Tidak ada orangtua yang ingin anaknya tidak mempunyai masa depan. Tetapi harapan ini dapat menyalahgunakan interaksi orangtua-anak dari hal yang seharusnya memberikan dampak positif kemudian memberikan yang sebaliknya yaitu dampak negatif.

    • Interactions with their child, yaitu interaksi dengan anak harus dilakukan secara langsung dan sesering mungkin. Sebagai orangtua interaksi dengan anak hal yang sangat perlu dilakukan setiap harinya agar meningkatkan kelekatan antara orangtua dan anak. Apabila interaksi dengan anak menjadi jarang maka kelekatan yang terjalin menjadi berkurang.

  3. Difficult Child (perilaku anak yang sulit)
    Stres pengasuhan yang digambarkan perilaku anak yang terkadang dapat mempermudah pengasuhan atau mempersulit pengasuhan. Adapun indikatornya meliputi:

    • Child temperament, yaitu anak lebih banyak jujur dalam segala hal yang dilakukannya. Akan cepat marah ketika melakukan hal yang tidak disukai, akan cepat bergembira jika mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Temperamen disini berupa emosi yang dirasakan oleh anak.

    • Child demands, yaitu anak lebih banyak permintaan terhadap orangtua berupa perhatian dan bantuan. Umumnya anak-anak sulit melakukan segala sesuatu secara mandiri dan mengalami hambatan dalam perkembangannya.

    • Compliance, yaitu anak dalam pemenuhan segala sesuatu sangat bergantung pada orangtua. Tidak jarang anak akan selalu meminta hal yang diinginkan langsung kepada orangtua tanpa melihat situasi dan kondisi yang terjadi.

Faktor-Faktor Stres Pengasuhan


2 faktor yang mempengaruhi stres pengasuhan menurut Dearter-Deckard (2014) yaitu:

  1. Parent Age and Gender

    • Age
      Stres pengasuhan muncul dapat dipengaruhi dengan umur orangtua. Meskipun tidak secara langsung, umur atau usia ini sangat mempengaruhi, sebagai contoh seorang wanita yang menjadi ibu dengan usia yang masih muda memiliki lebih banyak kesulitan jika dibandingkan dengan wanita yang menjadi ibu dengan usia yang cukup.

    • Gender
      Pertimbangan lain adalah jenis kelamin orangtua. Peran gender antara orangtua dan ini telah berubah dengan cepat di kalangan masyarakat selama abad terakhir, dan selama beberapa decade terakhir khususnya. Kini sudah umum untuk ayah dan ibu berbagi tugas rumah tangga, mulai dari menghasilkan pendapatan untuk membuat makan malam, mengganti popok. Adanya kesetaraan antara ayah dan ibu. Ibu kini memiliki banyak kesempatan untuk mengejar pendidikan lanjutan dan memiliki karir sementara memiliki sebuah keluarga. Ayah kini memiliki lebih banyak kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan anak-anak mereka dan terlibat dalam manajemen sehari-hari rumah tangga, sementara mengejar tujuan pendidikan dan pekerjaan mereka.

  2. Individual Differences
    Ayah dan ibu berbeda satu sama lain dalam hal membawa sumber stressor baik besar maupun kecil di dalam keluarga. Ayah dan ibu juga memiliki perbedaan antara bagaimana mereka menghadapi stres yang dirasakan. Memahami perbadaan indiviu antara orangtua sangat penting ketika menghubungkan antara kesusahan dalam peran pengasuhan dan keshatan orangtua serta fungsinya. Setiap orangtua memiliki rentan stres yang berbeda, yang itu sendiri berasal dari pengaruh biologis dan lingkungan.

    • Depression and Psychopathology
      Depresi mengganggu kemampuan orangtua untuk mengatur dirinya atau emosinya sendiri, dan mengganggu berbagai aspek interaksi orangtuaanak dan perilaku orangtua.

    • Temperament and Personality
      Temperamen mencakup komponen aktifitas fisik, emosi, dan perhatian yang bekerja sama untuk menghasilkan bagian dari dasar pengaturan diri. Teori kepribadian menekankan individu sifat stabil sebagai pusat stres dan proses koping.

    • Self-Referent Social Cognitions
      Self-referent kognisi sosial mencakup disposisi pribadi yang berkaitan dengan isi khas pengalaman orangtua mengenai diri dan orang lain, serta gaya atau cara berpikir tentang diri dan orang lain.

Faktor lain menurut Eyberg, Boggs, dan Rodriguez (1992) dalam penelitiannya, perilaku anak yang mengganggu dapat meningkatkan stres pengasuhan. Sejalan dengan itu menurut Williford, Calkins, dan Keane (2007) perilaku anak penyebab awal dan mampu meningkatkan stres pengasuhan. Apabila anak berperilaku buruk, stres pengasuhan yang dirasakan oleh orangtua dapat meningkat. Sehingga perilaku anak dapat menjad faktor dalam peningkatan stres pengasuhan.

Menurut Abidin (Ahern, 2004) stres pengasuhan didefinisikan sebagai kecemasan dan ketegangan yang berlebihan dan secara khusus terkait dengan peran orang tua dan interaksi orang tua dengan anak. Model stres pengasuhan Abidin (Ahern, 2004) menjelaskan bahwa stres juga memungkinkan untuk mendorong kearah tidak berfungsinya pengasuhan orang tua terhadap anak.

Sedangkan DeaterDeckard (2004) salah seorang pakar perkembangan mendefinisikan stres pengasuhan sebagai serangkaian proses yang membawa orang tua pada suatu kondisi psikologis yang tidak disukai dan reaksi psikologis yang muncul sebagai usaha untuk beradaptasi dengan tuntutan peran sebagai orang tua.

Faktor-faktor Yang Mepengaruhi Stres Pengasuhan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan sebagai faktor penentu stres pengasuhan menurut Johnston dkk (2003) yaitu :

  1. Child Behavioral Problems
    Masalah perilaku anak secara signifikan terkait dengan stres orang tua secara keseluruhan, serta dengan perasaan ibu tentang kompetensi dan penerimaan ibu.

  2. Child Intelligence
    Fungsi kognitif anak akan signifikan terkait dengan stres ibu, namun fungsi kognitif tidak terkait dengan variabel hasil. Hal ini karena stres pengasuhan lebih terkait dengan tantangan mengelola perilaku yang sulit daripada mengatasi gangguan mental anak.

  3. Child Age
    Ketika anak yang mengalami keterlambatan perkembangan bertambah usia, stres keluarga meningkat ketika orang tua mengembangkan pandangan yang lebih realistis tentang masa depan anak.

  4. Family Cohesion
    Kohesi keluarga secara signifikan berkorelasi dengan stres dan isolasi orang tua. Ibu akan mengalami stres dan perasaan terisolasi yang rendah dan merasa lebih percaya diri dalam keterampilan mengasuh anak mereka ketika mereka memiliki bantuan dan dukungan dari anggota keluarga lainnya.

  5. Family Income
    Dampak status sosial ekonomi dan dukungan keluarga berdampak pada stres ibu untuk mengasuh anak-anak. Demi memenuhi kebutuhan keuangan dasar keluarga, orang tua dapat menggantikan waku orang tua untuk memanfaatkan dukungan dan informasi sehingga mengakibatkan penurunan kemampuan untuk menerima anaknya.

  6. Maternal Psychological Well Being
    Kesejahteraan psikologis pada ibu meliputi aspek perasaan terisolasi dan penerimaan. Jika seorang ibu sedang menderita permasalahan psikologis berat, ibu mungkin tidak memiliki sumber daya pribadi yang cukup tersedia untuk orang lain atau anaknya, dengan demikian meningkatnya perasaan terisolasi dan kurangnya kepercayaan diri terkait dengan keterampilan pengasuhan dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis.

Adapun faktor-faktor yang mendorong timbulnya stres pengasuhan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut Lestari (2013), yaitu :

  1. Individu
    Pada faktor stres pengasuhan dalam tingkatan individu, hal ini dapat bersumber dari pribadi orang tua dan anak. Kesehatan fisik pada orang tua dapat menjadi faktor yang mendorong timbulnya stres pengasuhan, misalnya sakit yang dialami orang tua dan berlangsung dalam jangka panjang.

  2. Keluarga
    Faktor pengasuhan pada tingkatan keluarga dapat bersumber dari masalah keuangan dan struktur keluarga. Pada aspek keuangan dapat berupa tingkat penghasilan keluarga yang rendah dan dihadapkan pada tuntutan kebutuhan yang tinggi atau kualitas tempat tinggal yang buruk.

  3. Lingkungan
    Pada faktor pengasuhan pada tingkatan lingkungan dapat berasal dari lingkungan di sekitar orang tua maupun anak. Kondisi stres dapat berlangsung dalam jangka pendek, situasional atau aksidental, bila sumber stres pengasuhan lebih dominan pada situasi lingkungan.

Dampak Stres Pengasuhan

  1. Bagi Orang Tua
    Ketidakmampuan dalam mengelola stres pengasuhan dapat menyebabkan orang tua mudah melakukan tindak kekerasan pada anak. Kalaupun tidak sampai terjadi kekerasan, stres pengasuhan yang tidak terkelola dengan baik tersebut dapat merenggangkan hubungan orang tua dan anak. Selain itu, menurut Lestari (2013:45) stres pengasuhan dapat menyebabkan munculnya perasaan gagal dan ketidakpuasan dalam menjalankan tugas sebagai orang tua ( parenting dissaticfaction ).

  2. Bagi Anak
    Selain dirasakan orang tua, dampak dari stres pengasuhan juga dirasakan oleh anak. Kondisi ini dapat berlangsung dalam jangka panjang selama berlangsungnya proses pengasuhan. Hal ini dapat terjadi bila sumber stres pengasuhan lebih dominan pada karakteristik orang tua yang terwujud dalam gaya pengasuhannya. Stres pengasuhan ini dikaitkan dengan aspek-aspke negatif dari fungsi dan peran orang tua didalam keluargaa, baik keluarga yang memiliki anak cacat maupun keluarga yang tidak memiliki anak cacat. Peningkatan persepsi terhadap stres yang berhubungan degan anak dan pengasuhan mempunyai pengaruh negatif terhafap perkembangan anak.

Pengukuran Stres Pengasuhan

Berry & Jones (1995) mencetuskan alat ukur parental stress scale berjumlah 101 item lalu kerucutkan menjadi 18 item yang mewakili tema positif (manfaat emosional, pengembangan pribadi) dan negatif (tuntutan tentang sumber daya, pembatasan) menjadi orang tua. Alat ukur parental stress scale ini bertujuan untuk mengukur tingkat stres yang dialami orang tua dan memperhatikan dua aspek yaitu pengasuhan yang positif dan negatif.

Alat ukur selanjutnya dicetuskan oleh Friedrich dkk (1983) adalah The Questionnaire on Resources and Stress (QRS–F) yang sering digunakan untuk mempelajari stres pada keluarga anak-anak penyandang cacat. The Questionnaire on Resources and Stress (QRS–F) memiliki 285 item dan mengalami sejumlah revisi yang sekarang menjadi 55 item yang menilai empat sub komponen yaitu persepsi orang tua, pesimisme, karakteristik anak, dan ketidakmampuan fisik.

Alat ukur selanjutnya adalah parenting stress index yang dicetuskan oleh Abidin (1995). Parenting stress index adalah penilaian skrining dan diagnostik yang biasa digunakan untuk mengukur besarnya stres dalam sistem hubungan orang tua dan anak. Abidin menjelaskan beberapa potensi penggunaan PSI termasuk skrining untuk identifikasi awal orangtua dan keluarga dengan karakteristik anak yang gagal dalam perkembangan normal anak-anak, mengidentifikasi anak-anak dengan masalah perilaku dan emosional, serta skrining untuk orang tua yang berisiko lalai dalam perannya. Peneliti memutuskan untuk menggunakan alat ukur parenting stress index namun dengan versi yang lebih singkat yaitu parenting stress index short form (PSI-SF) yang memiliki 36 item. Alat ukur ini memiliki tiga aspek yaitu Parental Distress, Parent-Child Dysfunctional Interaction, dan Difficult Child.

Menurut Patterson, Debarryshe & Ramsey (Ahern, 2004), stres pengasuhan yaitu stres memberikan peranan dalam gangguan praktek pengasuhan dan tidak berfungsinya manajemen keluarga.

Sedangkan menurut Deater–Deckard (Lestari, 2012) mendefinisikan stres pengasuhan sebagai serangkaian proses yang membawa pada kondisi psikologi yang tidak disukai dan reaksi psikologi yang muncul dalam upaya beradaptasi dengan tuntutan peran sebagai orangtua.

Menurut Abidin (Ahern, 2004) stres pengasuhan digambarkan sebagai kecemasan dan ketegangan yang melampui batas dan secara khusus berhubungan dengan peran orangtua dan interaksi antara orangtua dengan anak.

Model stres pengasuhan Abidin (Ahern, 2004) juga memberikan perumpamaan bahwa stres mendorong kearah tidak berfungsinya pengasuhan orangtua terhadap anak, pada intinya menjelaskan ketidaksesuaian respon orangtua dalam menanggapi konflik dengan anak-anak mereka.

Stres pengasuhan adalah tidak berfungsinya peran orangtua dalam pengasuhan dari interaksi dengan anak karena ketidaksesuaian respon orangtua dalam menanggapi konflik dengan anak berkebutuhan khusus yang menghambat dalam kelangsungan hidupnya.

Penyebab dan akibat stres pengasuhan


Ditinjau dari penyebab dan akibat stres pengasuhan, terdapat dua pendekatan yang utama, yakni teori P-C-R (parent-child- relationship) dan teori daily hassles. Dari sudut pandang teori P-C- R, stres pengasuhan bersumber dari tiga komponen yaitu ranah orangtua (P, yaitu segala aspek stres pengasuhan yang muncul dari pihak orang tua): ranah anak (C, yaitu segala aspek stres pengasuhan yang muncul dari perilaku anak) dan ranah hubungan orangtua-anak (R, yaitu segala aspek pengasuhan yang bersumber dari hubungan orangtua-anak) (Lestari , 2012).

Karakteristik orangtua tertentu dapat memicu stres pengasuhan, misalnya mudah mengalami simtom depresi, kelekatan terhadap anak, kekakuan dalam menjalankan peran orangtua, merasa tidak kompeten, terisolasi sosial, hubungan dengan pasangan yang kurang harmonis, dan kesehatan yang buruk.

Sebaiknya karakteristik anak juga yang rendah, kurang penerimaan terhadap orangtua, suka menuntut dan menyusahkan, suasana hati yang buruk, mengalami kekacauan pikiran dan kurang memiliki kemampuan untuk memperkuat orangtua. Adapun dimensi relasi orangtua anak yang memicu stres pengasuhan adalah derajat konflik yang muncul dalam interaksi orang tua-anak (Lestari 2012).

Ketiga ranah stres pengasuhan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan kemrosotan kualitas dan efektivitas perilaku pengasuhan. Penurunan kualitas pengasuhan ini pada gilirannya akan meningkatkan problem emosi dan perilaku anak, misalnya perilaku agresi, pembangkangan, kecemasan, dan kesedihan yang kronis. Dengan demikian pendekatan P-C-R memperlihatkan adanya saling mempengaruhi antara orangtua dan anak atau disebut dua arah (Lestari, 2012).

Dari sudut pandang teori daily hassles, stres pengasuhan merupakan tipikal stres yang sering terjadi sehari-hari atau mingguan. Teori ini tidak menentang P-C-R. Namun memperluas dan melengkapi. Stres pengasuhan yang tipikal ini masih bersifat normal, belum sampai menimbulkan gangguan psikologi. Orangtua hanya perlu beradaptasi untuk mengatasi stres yang demikian ini. (Lestari, 2012).

Aspek-aspek dalam stres pengasuhan


Model stres pengasuhan abidin (Ahern, 2004) memberikan perumpamaan bahwa stres mendorong kearah tidak berfungsinya pengasuhan orangtua terhadap anak, pada intinya menjelaskan ketidaksesuaian respon orangtua dalam menanggapi konflik dengan anak-anak mereka. Model ini tentang pengasuhan orangtua yang dicerminkan dalam aspek-aspeknya meliputi:

  1. The Parent Distress
    Stres pengasuhan disini menunjukan pengalaman stres orangtua sebagai sebuah fungsi dari faktor pribadi dalam memecahkan personal stres lain yang secara langsung dihubungkan dengan peran orangtua dalam pengasuhan anak.

  2. The Difficult Child
    Stres pengasuhan disini digambarkan dengan menghadirkan perilaku anak yang sering terlibat dalam mempermudah pengasuhan atau malah lebih mempersulit karena orangtua merasa anaknya memiliki banyak kerakteristik tingkah laku mengganggu.

  3. The parent Child Dysfunctional Interaction
    Stres pengasuhan disini menunjukkan interaksi antara orangtua dan anak yang tidak berfungsi dengan baik yang berfokus pada tingkat penguatan dari anak terhadap orangtua serta tingkat harapan orangtua terhadap anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stres pengasuhan


Menurut Johnston dkk (2003)faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sebagai faktor penentu stress pengasuhan yaitu:

  1. Chil behavior problems dan dukungan sosial
    Perilaku yang bermasalah berhubungan dengan stress pengasuhan yaitu perasaan keibuan yang meliputi aspek kemampuan, penerimaan ibu serta perasaan terisolasi.

  2. Family cohesion
    Menekankan pada berbagai rasa tanggung jawab dan dukungan interpersonal di rumah.

  3. Family income
    Meliputi status sosial ekonomi, dukungan keluarga dan sumber daya coping yaitu coping skills.

  4. Maternal psychological well being
    Kesejahteraan psikologis meliputi aspek perasaan erisolasi dan penerimaan. Jika seorang ibu sedang menderita permasalahan psikologis, ibu mungkin tidak memiliki sumber daya pribadi yang cukup tersedia untuk orang lain atau anaknya, dengan demikian meningkatnya perasaan terisolasi dan pengurangan perasaan akan kemampuan dalam keterampilan pengasuhan juga, sehingga mempengaruhi kesejahteraan psikoligis.

Santrock (2005) mendefinisikan bahwa stres sebagai respon individu terhadap keadaan – keadaan dan peristiwa-peristiwa (stressor) yang mengancam individu dalam mengatasi stres tersebut. Kemudian pengasuhan merupakan aktivitas yang berhubungan dengan pemenuhan pangan, pemeliharaan fisik dan perhatian terhadap anak (Bahar, 2002).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa stres pengasuhan merupakan suatu respon ibu terhadap keadaan dan tekanan yang dimiliki dalam merawat dan mengasuh anak mereka yang mengalami cerebral palsy.

Aspek-aspek Stres Pengasuhan

Aspek - aspek stres pengasuhan menurut Abidin (dalam Ahern, 2004) adalahsebagai berikut:

1. The Parent Distress,

Yaitu pengalaman stres yang pernah dialami oleh orangtua dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pengasuhan anak. Indikatornya meliputi : perasaan bersaing, isolasi sosial, pembatasan peran orangtua, hubungan dengan pasangan, kesehatan orangtua, dan depresi,

2. The difficult Child,

Yaitu stres pengasuhan yang digambarkan dengan perilaku anak yang terkadang dapat mempermudah pengasuhan atau mempersulit pengasuhan. Indikatornya meliputi : kemampuan anak untuk beradaptasi, tuntutan anak, mood anak dan Distractability.

3. The Parent-Child Dysfunctional Interaction,

Yaitu stres yang menunjukkan adanya interaksi antara orangtua dan anak yang tidak berfungsi dengan baik dan berfokus pada tingkat penguatan dari anak terhadap orangtua serta tingkat harapan orangtua terhadap anak. Indikatornya meliputi : rasa penguatan anak dengan ibu, rasa penerimaan, dan kelekatan.

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Stres Pengasuhan

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi stres pengasuhan, yaitu:

  1. Faktor Internal, yang meliputi coping, hardiness, pemecahan masalah, selfefficacy, kesalahan ibu, agama, kesejahteraan psikologis ibu, masalah perilaku anak,

  2. Faktor Eksternal, yang meliputi status sosial ekonomi, usia ibu, pekerjaan orangtua, dan dukungan sosial.