Apa yang dimaksud dengan Stimulasi?

Apa yang dimaksud dengan Stimulasi?

Stimulasi dari lingkungan merupakan hal penting untuk pencapaian tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.

Lalu, apa yang dimaksud stimulasi?

Moersintowarti (2002) menyebutkan bahwa stimulasi adalah suatu dorongan atau perangsangan dan latihan-latihan untuk kognitif anak yang berasal dari lingkungan luar anak dan merupakan bagian kebutuhan dasar anak, yaitu ASAH. Soetjiningsih menyatakan stimulasi adalah perangsangan perkembangan yang datangnya dari lingkungan luar anak dan salah satu aspek kebutuhan dasar anak (ASAH). Anggota keluarga yang menggantikan peran orang tua adalah grandparent (Soetjiningsih 2012).

Stimulasi-stimulasi mampu mengoptimalkan aspek kognitif, fisik, motorik dan psikososial seorang anak agar anak kelak mampu menjadi pribadi yang matang, bertanggung jawab dan mampu menghadapi segala permasalahan dalam hidupnya (Arief et al. 2012).

Prinsip-prinsip stimulasi

Prinsip-prinsip dalam melakukan stimulasi (ASAH) untuk memperkaya lingkungan anak, yakni:

  1. Pemberian lingkungan emosional yang positif, seperti cinta, kasih sayang dan kehangatan (ASIH), mulai dari bayi dalam kandungan. Pola asuh yang demokratis merupakan pola asuh yang menciptakan lingkungan positif untuk stimulasi tumbuh kembang anak.

  2. Pemberian makanan yang bergizi dan perawatan kesehatan adalah satu kebutuhan dasar anak terhadap ASUH. Pada anak yang kurang gizi atau sering sakit, pertumbuhan otak mengalami gangguan sehingga respon terhadap stimulasi terganggu sehingga anak tampak pasif.

  3. Pemberian stimulasi pada semua aspek perkembangan, tetapi tidak diperkenankan diberikan secara bersamaan (over stimulasi), karena dapat membingungkan anak.

  4. Pemberian suasana kondusif, yaitu menciptakan lingkungan yang wajar, santai dan menyenangkan dalam suasana bermain serta bebas dari tekanan dan hukuman sehingga anak tidak stres.

  5. Pemberian stimulasi bertahap dan berkesinambungan. Stimulasi dimulai dari kemampuan perkembangan yang telah dimiliki anak, kemudian dilanjutkan pada kemampuan perkembangan yang seharusnya dicapai pada umur tersebut.

  6. Pemberian kebebasan pada anak untuk aktif melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial terdapat proses imitasi, identifikasi, sugesti dan simpati.

  7. Memotivasi keterampilan dan minat anak dalam perkembangan mental, fisik, estetika dan emosional.

  8. Pemberian stimulasi setiap hari dan kapan saja setiap kali bertemu atau berinteraksi dengan anak.

  9. Evaluasi apabila anak belum mampu melakukan dengan cara tidak mencela, mengancam, memarahi dan menghukum.

  10. Kenali tempramen masing-masing anak, karena tempramen anak berbeda satu dengan yang lain. Tempramen anak ada yang mudah dan sulit.

  11. Pemberian kesempatan pada anak untuk aktif memilih berbagai macam aktivitas mereka sendiri, bermacam-macam sesuai dengan minat dan kemampuan anak.

  12. Pemberian kesempatan kepada anak untuk menilai hasil kerja mereka dan memodifikasi terhadapnya.

  13. Alat bantu stimulasi harus tidak berbahaya, sederhana dan mudah dimodifikasi, misalnya Alat Permainan Edukatif dan Kreatif (APEK). Salah satu cara untuk mengoptimalkan kemampuan fisik, motorik, kognitif dan psikososial seorang anak adalah dengan stimulasi. Stimulasi diberikan menggunakan suatu alat atau sarana berupa mainan ataupun permainan (Arief et al. 2012).

  14. Rentang intensitas stimulasi harus diperhatikan, yaitu rangsangan sensoris dan kognitif yang dapat ditoleransi oleh anak.

  15. Peka terhadap reaksi anak yang tidak ingin melanjutkan stimulasi karena lelah atau jenuh (Soetjiningsih & Gde Ranuh 2012).