Apa yang dimaksud dengan Sikap Sosial?

image

Sikap sosial adalah proses individu melatih kepekaan-kepekaan terhadap rangsangan-rangsangan terutama terhadap tuntutan-tuntutan pokok.

Apa yang dimaksud dengan Sikap Sosial ?

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek”. Selain itu juga terdapat batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan individu untuk merespons dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial.

Bandura (1989) mengemukakan bahwa:

The aspect of the potential environment that becomes the actual environment for given individuals thus depends on how they behave because of the bidirectionality of influence between behavior and environmental circumstances, people are both products and producers of their environment. They affect the nature of their experienced environment through selection and creation of situations. People tend to select activities and associates from the vast range of possibilities in terms of their acquired preferences and competence.

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial yang terdapat dilingkungan mereka berada, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya. Jika dicermati hampir semua pengertian sikap memiliki kesamaan pandangan, bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal atau keadaan yang masih ada dalam diri manusia. Keadaan internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan yang mereka dapatkan. Selain beberapa pengertian di atas bahwa sikap juga di pengaruhi oleh aspek-aspek kemampuan yang menjadi dasar kemampuan manusia.

Sebagaimana yang diuraikan oleh Kuniawati (2005: 4) menyatakan bahwa sikap merupakan salah satu aspek kemampuan manusia yang dibedakan menjadi tiga aspek kemampuan, yaitu aspek kognitif (pengetahuan) aspek efektif (sikap) dan aspek psikomotor (keterampilan).

Kemudian Breckler dan Wiggins dalam Saifuddin (2003) menyatakan bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Bandura (1989) juga mengemukakan bahwa

social cognitive theory favors a model of causation involving triadic reciprocal determinism. In this model of reciprocal causation, behavior, cognition and other personal factors and environmental influences all operate as interacting determinants that influence each other bidirectionally.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sikap sosial adalah kesadaran dari dalam diri individu yang mempengaruhi terhadap lingkungan sosial.

Sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang atau masyarakat. Sedangkan sikap individu adalah sikap yang dimiliki dan dinyatakan oleh seseorang. Sikap seseorang pada akhirnya dapat membentuk sikap sosial, manakala ada keseregaman sikap terhadap suatu objek. Kemudian inferensi atau penyimpulan mengenai sikap harus didasarkan pada sesuatu fenomena yang diamati dan dapat diukur.

Fenomena ini berupa respons terhadap objek sikap dalam berbagai bentuk. Sesuai dengan pendapat Rosenberg dan Hovland dalam Azwar (2003) bahwa analisis terhadap berbagai respons dapat dijadikan dasar penyimpulan sikap dari prilaku. Respons yang digunakan meliputi respons verbal dan non verbal dengan kategori kognitif, afektif dan konatif.

Respons kognitif verbal merupakan pernyataan mengenai apa yang dipercaya atau diyakini mengenai objek sikap. Respons kognitif non verbal mengenai reaksi perseptual terhadap objek sikap. Respons afektif verbal dapat dilihat pada pernyataan verbal perasaan seseorang mengenai sesuatu. Respons afektif non verbal berupa reaksi fisiologi terhadap objek sikap seperti ekspresi muka yang mencibir, tersenyum, gerakan tangan, dan sebagainya yang dapat menjadi indikasi perasaan seseorang apabila dihadapkan pada objek sikap. Respons konatif dalam bentuk verbal mencakup pernyataan intensi prilaku tentang keinginan melakukan atau kecenderungan untuk melakukan. Sedangkan respons konatif non verbal berupa ajakan pada orang lain untuk menyumbangkan sesuatu atau rasa kasihan.

Fungsi Sikap Sosial

Menurut Widayatun (2009) ada 8 fungsi sikap yaitu sebagai instrumental, pertahanan diri, penerima objek ilmu serta memberi arti, nilai ekspersif, penyesuaian sikap sosial, eksternalisasi, aktifitas adaptif dalam memperoleh infromasi dan refleksi kehidupan.

Selanjutnya Katz dalam Azwar (2003) menyebutkan fungsi dari sikap ada empat, yaitu:

  • Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukkan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkannya dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya. Dengan demikian, maka individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang merugikannya.

  • Fungsi pertahanan ego menunjukkan keinginan individu untuk menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam egonya atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan, maka sikap dapat berfungsi sebagai makanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

  • Fungsi pernyataan nilai menunjukkan keinginan individu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan suatu nilai yang dianutnya sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.

  • Fungsi pengetahuan menunjukkan keinginan individu untuk mengekspresikan rasa ingin tahunya, mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diuraikan mengenai fungsi-fungsi dari sikap tersebut, yaitu adalah sebagai berikut:

  • Sikap sebagai Fungsi Utilitarian, fungsi ini berkaitan dengan prinsip manfaat dari sikap, yaitu untuk memaksimalkan reward dan meminimalkan punishment dari lingkungan. Sikap utilitarian adalah alat untuk menjamin diperolehnya perasaan nyaman atau menghindari ketidaknyamanan.

  • Sikap sebagai Fungsi Pertahanan Diri, Katz memberikan contoh mengenai pemilihan masuk ke kelompok minoritas yang dilakukan oleh seorang yang merasa inferior. Dengan masuk ke dalam kelompok minoritas, individu merasa dirinya lebih eksis. Fungsi pertahanan diri ini sesungguhnya merupakan adopsi teori psikoanalisis mengenai ego defence mechanism yang menjelaskan bahwa individu memilih untuk melakukan perilaku tertentu yang digunakan untuk menutupi kelemahan di aspek lainnya. Contoh lain dari pertahanan diri ini adalah perilaku individu yang mengadopsi sikap dan perilaku orang lain. Kelemahan dari penerapan fungsi sikap mempertahankan diri ini adalah pemilihan sikap dan perilaku yang hanya menitikberatkan pada fungsi mengurangi ketidak nyamanan saja sehingga seringkali pemilihan sikap sekedar untuk memperkuat pertahanan diri saja tetapi tidak merubah individu secara keseluruhan.

  • Sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai positif mengenai dirinya kepada orang lain, melalui sikap yang dipilih, individu dapat membangun citra mengenai dirinya di depan orang lain. Misalnya, individu yang menginginkan dirinya dianggap berwawasan internasional akan bersikap positif terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan negara lain. Sikap ini memberikan fungsi bagi individu dalam mengekspresikan nilai yang dianut. Dalam konteks ini sikap dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai identitas diri dan dapat juga digunakan untuk membangun citra diri. Sikap menyukai kelompok tertentu kerap kali berfungsi sebagai alat mengekspresikan nilai ini. Berada dalam kelompok memberikan sense of identity. “Dua kondisi yang relevan dengan perubahan sikap dalam mengekspresikan nilai-nilai ini adalah ketidakpuasan individu terhadap citra dirinya, dan ketidakpuasan individu terhadap nilai-nilai yang dianut sebelumnya”. (Katz, 1970: 56). Dengan demikian, ekspresi sikap sesungguhnya dapat juga berfungsi sebagai penyesuaian sosial.

  • Sikap sebagai Fungsi Pengetahuan (Knowledge), fungsi sikap ini dapat dimengerti dengan contoh mengenai sikap positif para ibu yang mendengarkan program radio tertentu karena mereka mendapatkan berbagai informasi praktis yang dapat secara langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya mengenai fungsi sikap menurut Kuniawati (2005) bahwa fungsi dari sikap adalah sebagai berikut:

  1. sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri,
  2. sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku,
  3. sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman manusia.

Berdasarkan pernyataan mengenai fungsi dari sikap tersebut maka dapat di artikan bahwa sikap dapat berpengaruh terhadap diri kita sendiri bahkan fungsi dari sikap itu sendiri sangat tergantung dari aktivitas yang kita lakukan.

Ciri-Ciri Sikap Sosial

Pemahaman sikap perlu kiranya mengenali apa yang menjadi ciri-ciri dari sikap, Gerungan dalam Notoatmojo (2005) mengemukakan ciri-ciri sikap sebagai berikut :

  1. tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk dan dapat di pelajari sepanjang perkembangan dalam hubunganya dengan objek,

  2. dapat diubah-ubah karena dapat dipelajari,

  3. tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan tertentu dengan objek,

  4. dapat berkenaan dengan suatu objek saja, juga dapat berkenaan dengan objek yang lain,

  5. mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan.

Lebih lanjut menurut Alex (2003) menyatakan bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, prilaku, konsep, situasi, benda) dan mengandung penilaian (suka-tidak suka; setuju-tidak setuju).

Dari pendapat diatas jelas dikatakan bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, maka seseorang pada waktu dilahirkan belum mempunyai sikap tertentu, selanjutnya sikap terhadap objek tertentu ditentukan oleh perkembangan individu yang bersangkutan, oleh karena itu sikap dapat berubah-ubah dan dapat dipelajari. Reaksi sikap dapat berupa respon positif jika seseorang merasa nyaman dan senang bila berada dalam lingkungan suatu objek, atau sebaliknya respon negatif apabila seseorang merasa tidak nyaman berada dekat objek. Bila ciri-ciri positif dapat muncul dalam suatu pembelajaran maka diharapkan kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar tinggi akan dapat dicapai.

Sikap atau “attitude ” yaitu sikap mental individu dalam bereaksi dan bertindak terhadap objek (Reslawati, 2007). Sikap dikaitkan dengan perilaku atau perbuatan manusia dalam kehidupan seharihari. Sikap akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan seseorang (Walgito, 1990). Sedangkan menurut Krech dkk, mendefinisikan “sikap adalah organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu”.

Definisi sikap menurut Krech dkk tersebut sesuai dengan teori respons kognitif (cognitive response theory) dimana teori ini mengasumsikan bahwa seseorang melakukan respon terhadap suatu komunikasi dengan pikiran yang positif maupun negatif, dan dengan pikiran ini dapat menentukan apakah orang akan mengubah sikapnya atau tidak. Definisi ini didukung adanya teori belajar, yang menganggap bahwa sikap merupakan hasil dari stimulus yang dilalui pada saat proses belajar atau proses lainnya, sehingga proses belajar ini menentukan sikap seseorang (Yeni, 2014).

Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah sikap individu dalam bertindak yang merupakan hasil dari stimulus yang diterima dalam kegiatannya atau pengalamannya yang dapat menimbulkan atau mempengaruhi perbuatan dan tingkah laku individu tersebut. Seseorang dalam bersikap kepada orang lain akan membentuk sikap sosial. Hal tersebut dikarenakan, sikap sosial akan menimbulkan interaksi atau komunikasi dengan orang lain (banyak orang) sehingga seseorang dapat saling bekerja sama.

Menurut Hurlock, sikap sosial adalah mampu bekerja sama, dapat bersaing secara positif, mampu berbagi pada yang lain, memiliki hasrat terhadap penerimaan sosial, bergantung secara positif pada orang lain, dan memiliki sikap kelekatan ( attachment behavior ) yang baik (Lydia, 2012).

Menurut Bimo Walgito perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor:

  • Faktor internal yaitu cara individu (dalam pribadi manusia itu sendiri) dalam menanggapi dan menerima dunia luarnya, ia akan selektif dalam menanggapi dan menerima kejadian-kejadian dunia luar sehingga tidak semua yang datang kepadanya akan diterima atau ditolak.

  • Faktor Eksternal yaitu kejadian di luar individu yang akan membentuk atau mengubah sikap berupa stimulus (Yeni, 2014).

Terdapat 3 aspek sikap sosial, menurut Khoirul, yaitu:

  • Aspek kognitif : berhubungan mengenai fikiran, yaitu berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang obyek atau kelompok obyek tertentu.

  • Aspek afektif: proses yang menyangkut perasaan tertentu seperti, ketakutan, kedengkian, simpati, dan sebagainya.

  • Aspek konatif: proses tendensi/kecenderungan untuk berbuat sesuatu obyek seperti, kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri, dan sebagainya.

Sikap adalah suatu keadaan dalam diri manusia yang menggerakkannya untuk berbuat dalam aktivitas sosialnya dengan perasaan tertentu juga dalam hal menanggapi suatu obyek tertentu yang ada dalam lingkungan sekitarnya.

Eagly dan Chaicken (Ratna Djuwita dkk, 2009) mengemukakan bahwa “sikap dapat merefleksikan sebuah fondasi yang terpenting dan awal dari pemikiran sosial”. Dari sudut pandang yang lain, Krech dan Crutchfield (Michael Ardyanto, 2009) yang mendefinisikan bahwa “sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu”.

Definisi mengenai sikap juga diutarakan oleh Allport (Michael Ardyanto, 2009) yang mengemukakan bahwa “sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan”. Senada dengan pendapat Harvery dan Smith (Abu Ahmadi, 2007) yang menyatakan “sikap merupakan kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi”.

Atkinson dkk (Nurdjannah Taufiq, 2008) mengemukakan “sikap meliputi rasa suka dan tidak suka; mendekati atau menghindari situasi, benda, orang, kelompok; dan aspek lingkungan yang dapat dikenal lainnya, termasuk gagasan abstrak, dan kebijakan sosial”. Senada juga dengan pendapat Davidoff (Mari Juniati, 1991) yang mendefinisikan “attitude atau sikap sebagai konsep evaluatif yang telah dipelajari dan dikaitkan dengan pola pikiran, perasaan, dan perilaku”. Sama halnya dengan pendapat Gerungan (Abu Ahmadi, 2007) yang menyatakan bahwa “pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau perasaan, sikap disertai oleh kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek”. Thomas (Abu Ahmadi, 2007) mencoba memberi batasan “Sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial”.

Dari definisi menurut ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan keadaan mental dalam diri seseorang yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi sehingga menimbulkan suatu kesadaran untuk merespon objek disekitarnya dalam aktivitas-aktivitas sosialnya. Berdasarkan pengertian sikap tersebut, dapat dipahami bahwa sikap ini dapat dijelaskan dalam diri seseorang apabila seseorang tersebut berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Sikap yang ditunjukkan dalam masyarakat tersebut merupakan sikap sosial. Jadi sikap sosial bukan berdasarkan pandangan seorang saja namun pandangan masyarakat sekelompoknya. Baik buruknya sikap sosial seseorang berpedoman pada pendapat banyak orang dan telah dinyatakan secara berulang-ulang.

Hal ini dipertegas oleh Chaplin (Kartini Kartono, 2006) mendefinisikan social attitudes (sikap sosial) yaitu :

  1. Satu predisposisi atau kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu terhadap orang lain;
  2. Satu pendapat umum; dan
  3. Satu sikap yang terarah kepada tujuan-tujuan sosial, sebagai lawan dari sikap yang terarah pada tujuan-tujuan prive (pribadi).

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sudarsono (1997) yang mendefinisikan social attitudes (sikap sosial) yaitu sebagai perbuatan-perbuatan atau sikap yang tegas dari seseorang atau kelompok di dalam keluarga atau masyarakat. Lebih lanjut lagi Abu Ahmadi (2007) mengutarakan pendapat yang sejalan bahwa “ sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan berulang-ulang terhadap objek sosial”.

Kesimpulannya sikap sosial adalah kesadaran individu untuk melakukan perbuatan nyata dalam masyarakat yang dilakukan secara berulang-ulang dan terarah pada tujuan-tujuan sosial.

Ciri-ciri Sikap


Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku Notoadmodjo (2003) adalah :

  1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.

  2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

  3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

  4. Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

  5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

Tingkatan Sikap


Menurut Notoadmodjo (2003) dalam buku Wawan dan Dewi (2010), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

  1. Menerima (receiving)
    Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

  2. Merespon (responding)
    Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide itu.

  3. Menghargai (valuing)
    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

  4. Bertanggung jawab (responsible)
    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

Fungsi Sikap


Menurut Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010) sikap mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

  1. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat
    Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang sejauh mana obyek sikap dapat digunakan sebagai 10 sarana atau alat dalam rangka mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersifat positif terhadap obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek sikap menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap obyek sikap yang bersangkutan.

  2. Fungsi pertahanan ego
    Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.

  3. Fungsi ekspresi nilai
    Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.

  4. Fungsi pengetahuan
    Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-pengalamannya. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, menunjukkan tentang pengetahuan orang terhadap obyek sikap yang bersangkutan.

Komponen Sikap


Menurut Azwar S (2011) sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang yaitu :

  1. Komponen kognitif
    Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.

  2. Komponen afektif
    Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

  3. Komponen konatif
    Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap


Menurut Azwar S (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu :

  1. Pengalaman pribadi
    Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

  2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
    Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

  3. Pengaruh kebudayaan
    Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

  4. Media massa
    Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

  5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
    Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

  6. Faktor emosional
    Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Referensi