Apa yang dimaksud dengan Sikap Proaktif?

proaktif

Banyak di dunia ini orang yang sukses dalam berbagai bidang kepekerjaan. Berbagai sikap dan sifat yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan, salah satunya adalah sikap Proaktif di berbagai permasalahan yang sering muncul di dunia pekerjaan. Sebelum kita membahas lebih lanjut, kita harus tahu apa definisi dan ciri-ciri dari sikap Proaktif.

Sikap Proaktif adalah sikap seseorang yang mampu membuat pilihan dikala mendapatkan rangsangan (Stimulus).

Menurut Covey, seseorang yang bersikap proaktif mampu memberi jeda antara datangnya stimulus dengan keputusan untuk memberi respon. Pada saat jeda tersebut seseorang yang proaktif dapat membuat pilihan dan mengambil respon yang dipandang terbaik bagi dirinya. Proaktif dia definisikan sebagai “Kemampuan memilih respon”.

Sikap Proaktif manusia selalu memiliki tujuan, bergerak maju, dan berorientasi ke masa depan, serta secara internal memunculkan perilakunya sendiri. Stimulus dari luar lebih tampak sebagai sesuatu yang menjadi kecenderungan aktualisasi dari dalam keluar daripada sesuatu yang menjadikan individu bereaksi terhadap stimulus lingkungan. Individu secara psikologis mencerna stimulus eksternal tersebut, dan bukan sekedar bereaksi terhadap stimulus.

Hjelle dan Ziegler mengemukakan bahwa proaktivitas merupakan salah satu asumsi dasar sifat manusia. Lebih jauh dijelaskan bahwa proaktivitas adalah lawan dari reaktivitas. Proaktivitas merupakan keyakinan diri bahwa sumber segala perilaku adalah terletak pada diri manusia itu sendiri. Manusia melakukan aksi, bukan sekedar reaksi. Penyebab perilaku dapat ditemukan dalam diri manusia sendiri dan muncul secara internal.

Sikap Proaktif sangat berguna bagi manusia terutama dalam menghadapi rintangan maupun dalam berinteraksi dengan manusia lain. Sikap proaktif menunjukkan tingkat kecerdasan emosi atau bisa kita sebut EQ yang tinggi. Seseorang bisa bertahan saat menghadapi musibah, bisa menumbuhkan motivasi saat kondisi tidak menyenangkan, juga bisa memberikan respon positif yang disesuaikan dengan situasi, semua itu merupakan sikap proaktif yang menunjukkan pengelolaan emosi secara baik.

Covey meringkas definisi dan pengertian tentang Sikap Proaktif dari para ahli diatas dengan menjelaskan tentang ciri-ciri individu proaktif. Ciri-ciri individu Proaktif terdapat 5 macam, yaitu :

  1. Orang Proaktif selalu bertanggung jawab. Mereka tidak pernah menyalahkan keadaan, kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku adalah produk dari pilihan sadar, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari suasana hati, kondisi lingkungan, atau tekanan sosial yang diterima.
  2. Orang Proaktif menfokuskan upaya mereka pada upaya mempengaruhi lingkungan mereka (mencakup segala hal yang dapat dipengaruhi). Mereka mengerjakan hal-hal yang menurut mereka dapat membuat suatu perubahan. Sifat dari energi mereka adalah positif, memperluas dan memperbesar, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat.
  3. Berfokus pada lingkaran pengaruh, orang Proaktif bekerja dari dalam ke luar, yaitu berusaha memulai perubahan dengan mengubah dirinya terlebih dahulu, bahkan dari yang paling dalam dari dirinya, yaitu dengan memeriksa kebenaran paradigma dan persepsi-persepsinya.
  4. Orang Proaktif hidup berpusat pada prinsip yang kemudian ia menerjemahkan prinsip-prinsip itu kedalam seperangkat nilai-nilai yang telah dipilihnya dengan sadar. Berdasarkan nilai-nilai itulah ia mengarahkan pilihan sikap dan perilakunya.
  5. Orang proaktif mengembangkan dan menggunakan “Empat Anugrah Unik Manusia” secara optimal. Empat Anugrah itu adalah seperti yang diyakini oleh para ahli psikologi humanistik sebagai sifat-sifat unik manusia yang membuatnya berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Covey menyebutkan “Empat Anugrah Unik Manusia” itu adalah Kesadaran Diri, Hati Nurani, Imajinasi Kreatif, dan Kebebasan Kehendak.

Sikap Proaktif sangat penting karena sikap ini tidak pernah menunggu dalam melakukan sesuatu kegiatan yang mengacu pada perbaikan. Sikap Proaktif selalu mempertimbangkan hal apa yang akan terjadi jika melakukan suatu tindakan, sehingga selalu menjaga agar perilaku dan tindakannya selalu positif bagi masyarakat. Dengan adanya Sikap Proaktif, kita dapat mengembangkan diri agar kita menjadi pribadi yang bertanggung jawab, dapat memotivasi orang lain di lingkungannya, memegang teguh prinsip-prinsip yang bersifat positif bagi kita dan orang lain, dan dapat bermanfaat di berbagai bidang yang terdapat dalam masyarakat. Sekian pembahasan saya tentang Sikap Proaktif yang merupakan salah satu Sikap yang dimiliki oleh Orang Sukses di dunia ini, semoga dengan membaca pembahasan saya ini kita dapat menjadi pribadi yang bersikap Proaktif. Sekian dan Terima Kasih.

Referensi :

Proaktivitas berasal dari kata proaktif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, proaktif memiliki arti lebih aktif sehingga proaktivitas adalah kemampuan individu untuk lebih aktif dalam melakukan sesuatu. Murray (Schultz, 1994) mendefinisikan proaktif sebagai sebuah kebutuhan.

“ Proactive needs do not depend on the presence of a particular object. They are spontaneous needs that elicit appropriate behavior whenever they are aroused, independent of the environment.”

Kebutuhan proaktif adalah kebutuhan yang tidak bergantung kepada objek tertentu, kebutuhan yang berasal dari dalam diri dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan.

Pernyataan yang senada diungkapkan oleh E. Koswara (1991) yaitu, sumber atau penyebab dari seluruh tingkah laku manusia berasal dari dalam diri sendiri.

Menurut Maslow (E. Koswara, 1991) proaktif mengandung implikasi manusia adalah individu yang sadar dan bebas dalam beringkah laku. Individu bebas menentukan sendiri tingkah laku apa yang akan atau perlu dilakukan.

Menurut Stephen Covey, (Saputra (Ed) 2010:81) proaktivitas adalah kemampuan untuk memiliki kebebasan dalam memilih respon, kemampuan mengambil inisiatif, dan kemampuan untuk bertanggung jawab. Proaktivitas adalah sumber penggerak individu untuk bertingkah laku yang berasal dari dalam diri sendiri.

Individu bebas memilih respon tanpa mempedulikan pendapat dari lingkungan karena setiap individu memiliki kemampuan bertindak dan tidak menjadi sasaran tindakan.Individu bebas Mengambil inisiatif untuk melakukan sesuatu namun keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan oleh diri sendiri. Proaktif adalah bertanggung jawab terhadap setiap keputusan yang diambil.

Kebalikan dari proaktif adalah reaktif. Murray mendefinisikan reaktif sebagai kebutuhan. Murrray berpendapat,

“Reactive needs involve a response to something specific in the environment, that is the need is aroused only when that object appears.”(Schultz, 1994)

Kebutuhan reaktif adalah kebutuhan yang terangsang ketika terdapat objek lain muncul, kebutuhan reaktif dipengaruhi oleh lingkungan. Definisi reaktif menurut Murray sejalan dengan definisi yang diungkapkan oleh Skinner (E. Koswara, 1991) yaitu tingkah laku manusia merupakan respon (reaksi) terhadap stimulus yang berasal dari luar.

Sehingga penyebab tingkah laku manusia bukan berasal dari dalam diri melainkan dari luar. Definisi proaktivitas dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam merespon sesuatu yang didasari oleh kesadaran diri, imajinasi, kata hati dan kehendak bebas yang berlandaskan inisiatif dan tanggung jawab terhadap resiko yang mungkin dihadapi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proaktivitas


Secara umum proaktivitas tidak dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan lingkungan sosial (Stephen Covey, Saputra (Ed), 2010). Proaktivitas tidak dipengaruhi oleh fator luar seperti perubahan cuaca dan perilaku orang lain kepada individu. Individu yang tidak menggunakan proaktivitas menunjukan respon yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan lingkungan sosial, seperti cepat marah atau merasa tersinggung atas sikap orang lain atau menyalahkan cuaca buruk atas sikap yang ditunjukan. Individu yang menggunakan proaktivitas digerakan oleh nilai-nilai yang dipikirkan dengan matang, diseleksi dan dihayati dalam mengambil keputusan.

Sean Covey (Saputra (Ed) 2010) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi proaktivitas yang berasal dari paradigma diri sendiri adalah kepercayaan, motivasi, kebiasaan dan sikap. Paradigma luar yang mempengaruhi proaktivitas adalah teman, keluarga, uang, barang sekolah dan tempat ibadah (Sean Covey Saputra(Ed), 2010). Proaktivitas ditentukan oleh kematangan emosional, intelektual, moral dan sosial (Arif, 2005)

Aspek-Aspek Proaktivitas


Steven Covey berpendapat proaktivitas memiliki tiga aspek, yaitu :

1. Kebebasan memilih respon

Frankl (Covey, Saputra (Ed) 2010) menggambarkan sebuah peta diri dalam mengembangkan proaktivitas. Gambar bagan model proaktivitas menurut Frankl terdapat pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Proaktivitas mengandung kebebasan seseorang untuk memilih respon. Pada kebebasan memilih, terkandung unsur-unsur sebagai berikut :

  • Kesadaran diri (Self-Awareness)
    Kesadaran diri yaitu kemampuan untuk melihat, memikirkan, merenungkan dan menilai diri sendiri. Kesadaran diri tidak hanya mempengaruhi sikap individu melainkan mempengaruhi cara pandang atau pola pikir terhadap sesuatu diluar diri individu. Individu memikirkan dahulu apa yang terjadi pada saat mengahadapi suatu peristiwa. Merenungkan permasalahan yang sedang di hadapi. Kemudian berpikir secara realistis.Kesadaran diri dalam penelitian adalah kemampuan peserta didik dalam melihat, memikirkan, merenungkan dan mengevaluasi perilaku diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.

  • Imajinasi (Imagination)
    Imajianasi yaitu kemampuan untuk membayangkan sesuatu melampaui realitas empiris yang memungkinkan individu untuk menciptakan sesuatu dalam pikiran yang tidak dibatasi oleh dunia nyata. Sebelum merespon permasalahan yang dihadapi, individu membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi. Kemungkinan dapat merupakan sesuatu yang baik ataupun yang buruk. Daya imajinasi memberikan peluang untuk membayangkan masa depan, akan menjadi apa nanti. Imajinasi menjadi salah satu cara untuk mempertimbangkan keputusan yang akan diambil. Imajinasi dalam penelitian adalah kemampuan peserta didik dalam membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi kepada diri sendiri dalam merespon permasalahan.

  • Kata Hati (Conscience)
    Kata Hati adalah kesadaran batin yang mendalam tentang benar- salah, baik-buruk sebagai prinsip yang mengatur perilaku manusia sehingga dapat menyelaraskan pikiran perasaan dan tindakannya. Kata hati adalah “suara batin” yang akan memberitahu individu untuk membedakan yang benar dan salah. Kata hati dalam penelitian adalah kemampuan peserta didik untuk menyertakan nilai-nilai yang berlaku sebelum merespon permasalahan.

  • Kehendak Bebas (Independent Will)
    Kehendak bebas adalah kemampuan untuk bertindak berdasarkan kesadaran diri dan bebas dari segala pengaruh lain. Individu, memiliki kebebasan untuk memilih apa yang akan dilakukan. Kebebasan dilakukan dengan kesadaran diri dan setelah melalui proses berpikir. Kehendak bebas dalam penelitian adalah kemampuan peserta didik dalam memilih respon setelah melalui proses berpikir.

2. Kemampuan mengambil inisiatif

Menurut Stephen Covey (Saputra (Ed) 2010) sifat dasar manusia adalah bertindak, dan bukan menjadi sasaran tindakan. Kemampuan mengambil inisiatif memungkinkan seorang individu untuk memilih jawaban terhadap suatu keadaan bahkan memberi kekuatan untuk menciptakan keadaan tertentu. Individu yang memiliki proaktivitas merupakan solusi bagi sebuah masalah karena mempunyai inisiatif untuk mengerjakan apa saja yang diperlukan dan konsisten pada prinsip-prinsip yang benar untuk menyelesaikan masalah. Inisiatif perlu dimiliki oleh individu agar individu tidak selalu menunggu perubahan yang datang menghampiri, namun individu yang harus membuat perubahan terjadi pada dirinya.

Pada kemampuan mengambil inisiatif terdapat dua indikator yaitu rasa ingin tahu dan antisipasi (Arif, 2005) Rasa ingin tahu dalam kemampuan mengambil inisiatif adalah perasaan tidak puas dengan apa yang telah diketahui oleh kebanyakan orang sehingga individu terus terpacu untuk menambah pengetahuan. Individu perlu memiliki pengetahuan yang lebih luas dari lingkungan sekitarnya agar tidak menjadi sasaran tindakan. Misalnya, seorang peserta didik tidak bisa mengerjakan tugas Matematika kemudian peserta didik bertanya kepada guru matematika di luar jam pelajaran untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Rasa ingin tahu membuat individu merasa tidak memiliki alasan untuk menyerah karena individu menyadari banyak hal yang dapat dilakukan.

Antisipasi dalam kemampuan mengambil inisiatif adalah perbuatan mendahului tanpa diminta oleh orang lain sebagai bentuk pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan resiko yang mungkin terjadi (Arif, 2005). Antisipasi dilakukan agar individu dapat terhindar dari situasi buruk yang mungkin terjadi. Misalnya, seorang peserta didik belajar terlebih dahulu di rumah tentang materi yang akan diajarkan keesokan harinya.

Kemampuan mengambil inisiatif dalam penelitian adalah kemampuan peserta didik untuk mampu bertindak dan tidak menjadi sasaran tindakan dengan didasari dengan rasa ingin tahu yang positif dan antisipasi.

3. Kemampuan untuk bertanggung jawab

Pada bahasa inggris, tanggung jawab adalah responsibility yang berasal dari dua buah kata “response-ability” atau dalam bahasa Indonesia adalah “kemampuan merespon”. Stephen Covey (Saputra (Ed) 2010) mengartikan tanggung jawab sebagai kemampuan individu dalam merespon sesuatu. Proaktivitas membuat individu tidak menyalahkan keadaan, kondisi atau pengkondisian untuk setiap perilaku.

Tanggung jawab menurut Elfiky (Damasdan Fath(Ed) 2010) adalah kemampuan untuk menghindari sikap menyalahkan, mengkritik, dan membanding-bandingkan apa yang terjadi pada diri individu dengan orang lain. Menurut Glasser (Corey, Koswara (Ed) 2009) tanggung jawab adalah kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Individu berhak melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya, namun dengan tidak merugikan orang lain. Segala sesuatu yang menjadi akibat dari perilaku individu, menjadi tanggung jawab diri sendiri.

Menurut Arif (2005) kemampuan bertanggung jawab adalah kesedian individu untuk menerima akibat dari suatu perbuatan dan bersedia menanggung resiko atas perbuatan tersebut tanpa menyalahkan pihak lain. Pada kemampuan bertanggung jawab terdiri dari dua indikator yaitu pengendalian situasi dan kesediaan mengambil resiko.

Pengendalian situasi adalah kemampuan untuk mengarahkan pikiran, perasaan dan tindakan agar tidak bergantung kepada lingkungan. Keberanian mengambil resiko adalah kemampuan untuk menanggung akibat atau konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukan bahkan terhadap kejadian tidak menyenangkan yang tidak diduga (Arif, 2005) Kemampuan bertanggung jawab dalam penelitian adalah kemampuan peserta didik untuk merespon segala sesuatu yang dihadapi tanpa menyalahkan orang lain karena dapat mengendalikan situasi dan berani mengambil resiko.

Kata proaktif lazim digunakan dalam literatur manajemen. Namun masih banyak definisi menyimpang tentang proaktif. Menurut Covey, (1997) dalam bukunya “The Seven Habits Of Highly Effective People” (7 Kebiasaan Pokok Orang Yang Sangat Efektif), kata proaktif pertama kali dipopulerkan oleh Viktor Franklin.

Viktor Franklin seorang ahli yang menemukan prinsip dasar sifat manusia yang menggambarkan sebuah peta diri yang akurat dan darimana ia mulai mengembangkan ke biasaan pertama yang paling mendasar dari manusia yang sangat efektif pada lingkungan apa pun, yaitu kebiasaan proaktif.

Kata proaktif mengandung makna mengambil inisiatif dan bertanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi (Covey,1997). Proaktif berarti dapat membedakan mana yang dalam kendalinya, mana yang dalam kendali orang lain, dan mana yang dalam kendali Tuhan Yang Maha Esa.

Covey (1997) memaparkan bahwa proaktivitas adalah kebebasan mengambil prakarsa/ inisiatif dalam mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai hidup tanpa menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri). Misalnya seorang mahasiswa menerima kritik dari teman sekelasnya.

Kalau dia proaktif, dia memiliki pertimbangan untuk menerima atau tidak menerima kritik dari teman sekelasnya. Dia sadar akan kecenderungannya dan dapat memberikan respon yang tepat.

Kebiasaan proaktif merupakan sumber pendorong untuk berpikir tepat, jelas dan efektif dalam menentukan sikap dan tindakan. Orang menjadi semakin proaktif atau sebaliknya menjadi semakin reaktif tergantung dari sikap orang terhadap yang terjadi pada dirinya, dengan apa yang dilihat, didengar, disentuh (Covey, 1997). Orang yang proaktif memiliki sikap dalam membuat pilihan di kala mendapat rangsangan atau dengan kata lain mampu memberi jeda antara datangnya rangsangan dengan keputusan untuk memberi respon. Pada saat jeda tersebut orang yang proaktif dapat membuat pilihan dan mengambil respon yang dipandang terbaik bagi dirinya.

Kebiasaan proaktif berarti memilih dan menentukan sikap dan tindakan atas apa yang terjadi sesuai dengan nilai-nilai hidup, sehingga keadaan lingkungan tidak dapat mengendalikan atau menentukan apa yang akan terjadi.

Jadi pribadi yang proaktif mampu mengambil keputusan sendiri sesuai dengan keinginannya tanpa mengabaikan kepentingan orang lain, mengekspre sikan apa yang terbaik untuk diri sendiri tanpa harus cemas terhadap situasi lingkungan karena memiliki rasa percaya diri, memiliki kemampuan untuk menghargai diri sendiri, menjadi apa yang dibutuhkan dan menjadi pemimpin atas dirinya (Widanarti, 2003: 3).
Mengacu pada uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ke biasaan proaktif adalah kebiasaan mengambil keputusan sendiri, berdasarkan nilai- nilai hidup, tanpa menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar dirinya sendiri).

Komponen-komponen Kebiasaan Proaktif


Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan perhatian pada beberapa komponen-komponen kebiasaan proaktif (Covey, 2001) yakni:

1. Mampu mengambil keputusan

Proaktif bukan sikap yang bersifat memaksa, melainkan mampu memfokuskan perhatian pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Orang yang proaktif memiliki prakarsa/ inisiatif. Mengambil prakarsa/ inisiatif bukan berarti mendesak, menjengkelkan atau berperilaku agresif. Poerwadarminta (1976), mendefinisikan prakarsa/ inisiatif sebagai usaha, tindakan, memulai berusaha.

Orang yang proaktif memiliki sikap “Aku bisa”, memiliki inisiatif untuk memilih dan memikirkan solusi agar terjadi apa yang dimauinya. Bila seseorang memakai daya inisiatifnya untuk memilih respon-responnya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut, ia adalah proaktif. Mengambil inisiatif berarti tidak pernah merasa dan menggunakan kata terpaksa. Dengan kata lain, orang proaktif mengganti kata terpaksa dengan kata memilih. Orang yang proaktif bebas menentukan keputusannya sendiri.

Viktor Franklin menyatakan bahwa kebebasan manusia yang paling dasar adalah kebebasan untuk memilih sikap sendiri, bagaimana pun situasinya (Covey, 1986, 1996, 1998). Dalam memilih respon, orang proaktif dapat mengendalikan sikap dan tanggapannya sendiri terhadap apa yang terjadi pada dirinya, apa yang didengar, dilihat dan dirasakan. Sebaliknya dengan orang yang reaktif. Orang yang reaktif cenderung berdalih bahwa sikap dan tindakan mereka disebabkan oleh hal-hal di luar kendali mereka. Dalam merespon rangsangan, mereka sering kali mengaitkan perilakunya dengan determinan yang bersifat genetik, psikis dan lingkungan.

Dengan determinan genetik, orang menghubungkan perilakunya dengan faktor asal keturunan. Contohnya,

“Saya seorang tipe menusia malam. Seluruh keluarga saya juga, sejak sekian generasi ke belakang. Jadi janganlah bicara kepada saya di pagi hari karena saya tidak suka.”

Dengan determinan psikis, orang mengkaitkan perilakunya dengan cara dia dibesarkan dan dididik dalam keluarganya. Contohnya,

“Orangtua saya membenci matematika, jadi saya juga membencinya. Sebagai akibatnya, saya sulit mengatur penerimaan dan pengeluaran saya.”

Dengan determinan lingkungan, orang menghubungkan perilakunya dengan kondisi yang berasal dari kekuatan-kekuatan dan keadaan eksternal. Contohnya,

“Dosen saya selalu mengkritik dan mengeluh. Ia membuat suasana hati saya tidak enak setiap hari.”

Unsur determinisme dapat berpengaruh, tetapi bukan penentu kebebasan memilih perilaku dan sikap.

2. Memilih berdasarkan nilai-nilai hidup

Nilai adalah hal-hal yang dianggap penting atau berharga dalam kehidupan. Pada umumnya nilai berwujud prinsip-prinsip yang abstrak, sifatnya bukan hal konkret atau bendawi, misalnya keadilan, cinta kasih, kehormatan, kejujuran. Orang proaktif memanfaatkan kebebasan untuk menentukan pilihannya yang sejalan dengan nilai-nilai hidupnya. Kalau orang menghargai kejujuran misalnya, maka orang yang bersangkutan akan cenderung selalu jujur, tidak berbohong, tidak mencuri, uang atau barang yang ditemukannya akan dikembalikan kepada yang empunya. Orang yang proaktif mengambil keputusan dengan berpedoman pada nilai-nilai hidupnya yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilakunya secara cermat, penuh kesadaran dan sensitif terhadap lingkungan sekitarnya.

3. Tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri)

Tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal adalah akibat dari berpikir dan bertindak proaktif. Orang yang proaktif jarang menyalahkan orang lain, keadaan lingkungan dan hal-hal di luar dirinya karena orang yang proaktif dapat membedakan mana yang dalam kendalinya, mana yang dalam kendali orang lain dan mana yang dalam kendali Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang proaktif sadar bahwa keputusannya membuat pilihan adalah sesuai dengan nilai-nilai, tujuan dan visinya sendiri. Dia tidak menyalahkan orang lain atau keadaan lingkungan untuk hal-hal yang menimpanya. Orang yang proaktif memiliki kesadaran bahwa pengalaman kehidupan yang dialaminya merupakan hasil dari perilakunya sendiri, yang dilakukannya atas dasar keputusan yang diambilnya secara sadar. Karena itu dirinyalah yang bertanggung jawab atas pilihannya dengan berani mengambil resiko atas apa yang terjadi sebagai akibat dari keputusannya.

Ciri-ciri Orang yang Proaktif


Kebiasaan proaktif adalah salah satu kebiasaan yang perlu dimiliki setiap orang. Adapun ciri-ciri orang yang proaktif (Covey, 1997) adalah:

  1. Orang yang proaktif dapat mengambil keputusan dengan akal dan inisiatifnya

Orang proaktif mampu menentukan sikap dan responnya. Misalnya sikap dan respon terhadap warna kulit, bentuk tubuh yang berbeda dengan orang lain , komentar kasar, kesalahan di masa lalu atau cuaca dan lain- lain. Dengan demikian orang yang proaktif mengalami kedamaian batin dan belajar tersenyum terhadap banyak hal ya ng tidak bisa dikendalikannya, meskipun tidak suka dengan hal-hal yang bersangkutan.

  1. Orang yang proaktif memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan nilai- nilai hidupnya

Orang proaktif memiliki nilai-nilai hidup yang selaras sehingga dia dapat mengubah kemunduran menjadi kemenangan yakni dengan merespon kejadian yang terjadi dengan positif dan bijaksana, sehingga ketika dia mengalami kesalahan, dia langsung mengakuinya, memperbaikinya dan belajar dari kesalaha nnya. Nilai-nilai hidup yang dimiliki orang proaktif membuatnya tidak mengenal putus asa , melainkan tetap bersyukur dan tetap kuat untuk tetap bangkit menjadi pribadi yang berharga. Orang proaktif menjadi pelaku perubahan untuk menciptakan hidup baru bagi dirinya sendiri. Dia dapat memilih mempengaruhi orang lain secara positif melalui tindakan-tindakan dan keteladanannya. D ia dapat bertindak sebagai manusia transisi yang secara sadar dapat mengabaikan perilaku reaktif dan mengubahnya dengan perilaku proaktif.

Seorang panutan dalam hal proaktivitas adalah Mahatma Gandhi yang mampu mempengaruhi dan menggerakkan orang-orang dan lingkungannya. Ketika Gandhi pertama kalinya dihukum penjara, ia bingung apa yang dilakukannya dan bagaimana agar sanggup bertahan. Pengalamannya lah yang menjadi dasar yang menerpa kebebasan Mahatma Gandhi untuk mengembangkan kekuatan dalam dirinya tentang privasi kehidupan yaitu nilai kesederhanaan. Nilai kesederhanaan membuat dia mampu mengilhami orang lain untuk juga berbuat hal yang sama (Mehta, 2002).

Orang yang proaktif punya kuasa untuk bangkit mengatasi apa pun yang terjadi dalam hidupnya meskipun tidak seperti Mahatma Gandhi tetapi mampu untuk menjadi pelaku perubahan dan menciptakan hidup baru bagi diri sendiri dan apa pun yang mungkin terjadi kemudian. Orang yang mau menjadi pelaku perubahan untuk menciptakan hidup baru bagi diri sendiri selalu mencari jalan untuk menjadikan segalanya terlaksana, bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya dan cepat pulih jika terjadi sesuatu yang buruk.

  1. Orang proaktif memiliki sikap percaya diri

Memiliki sikap percaya diri berarti memiliki sikap “aku bisa” misalnya berani ambil resiko, kreatif, banyak akal, berpikir sebelum bertindak, berfokus pada hal-hal yang bisa diubah dan tidak menguatirkan hal-hal yang tidak bisa diubah. Orang yang proaktif memahami bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan, harapan dan ide-idenya sendiri. Maka ia percaya pada dirinya, tahu apa yang dilakukannya karena sadar apa yang dituju. Ia adalah pribadi bahagia yang sadar bahwa ia mempunyai arti bagi sesama. Ia tahu akan keunggulan dan kelemahannya dan menerima baik keunggulan dan kelemahannya.

Orang proaktif terus memupuk rasa percaya diri. Setiap orang pernah dan pasti mengalami krisis kepercayaan diri dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan. Dengan menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional, orang semakin proaktif untuk dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Bila seorang individu mampu memupuk rasa perca ya dirinya, maka ia me nghayati misi hidupnya dan tujuan hidupnya , dia menciptakan citra di benaknya tentang sesuatu yang secara fisik akan diwujudkan kelak. Misalnya, seseorang yang percaya bahwa dirinya adalah korban keadaa n, maka ia akan menjadi korban sungguhan untuk membenarkan kepercayaan itu. Namun bila seseorang percaya bahwa dirinya mampu bertanggungjawab, maka ia akan memiliki kemampuan bertanggung jawab sesuai dengan keyakinannya sendiri. Orang yang proaktif terus memupuk rasa percaya dirinya sesuai dengan keyakinannya…

  1. Orang proaktif tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal diluar dirinya)

Orang proaktif sadar bahwa seseorang bertanggung jawab atas segala sikap dan tindakannya. Orang yang proaktif sadar bahwa dia sendirilah yang bertanggung jawab atas kes ukseksan atau kegagalannya dan dia mandiri karena tidak bergantung dengan keadaan dan orang lain. Contoh: seorang mahasiswa tidak mengikuti ujian semester karena sedang kurang enak badan, maka konsekuensinya ia bertanggung jawab jika nantinya ia tidak mendapat nilai…

  1. Orang proaktif bersikap asertif

Sikap asertif yaitu jujur mengekspresikan kebutuhan, perasaan dan pikiran dengan apa adanya tanpa menyakiti orang lain. Dengan bersikap asertif orang semakin proaktif untuk lebih menghargai diri sendiri dan orang lain karena mengembangkan kontrol diri, mengembangkan kemampuan untuk menolak tanpa merasa bersalah, berani meminta bantuan orang lain ketika membutuhkan.

  1. Orang proaktif mendahulukan hal yang harus diutamakan

Mendahulukan hal yang harus diutamakan bagi orang proaktif berarti melaksanakan kegiatan sehari-hari menurut prioritas yang muncul dari misi, peran serta tujuan hidup yang ditetapkan. Orang yang semakin proaktif mampu memilih yang terbaik.

  1. Orang proaktif memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa dikendalikan

Apabila mau mendapatkan nilai ujian yang optimal, maka orang semakin proaktif untuk menghasilkan hasil nyata yaitu nilai optimal. Tetapi bila usahanya tidak menghasilkan nilai optimal, orang proaktif bisa memperbaikinya tanpa mencari-cari kesalahan di luar dirinya. Ia akan menc ari solusi dengan melihat kemampuan yang ada pada dirinya.