Kata proaktif lazim digunakan dalam literatur manajemen. Namun masih banyak definisi menyimpang tentang proaktif. Menurut Covey, (1997) dalam bukunya “The Seven Habits Of Highly Effective People” (7 Kebiasaan Pokok Orang Yang Sangat Efektif), kata proaktif pertama kali dipopulerkan oleh Viktor Franklin.
Viktor Franklin seorang ahli yang menemukan prinsip dasar sifat manusia yang menggambarkan sebuah peta diri yang akurat dan darimana ia mulai mengembangkan ke biasaan pertama yang paling mendasar dari manusia yang sangat efektif pada lingkungan apa pun, yaitu kebiasaan proaktif.
Kata proaktif mengandung makna mengambil inisiatif dan bertanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi (Covey,1997). Proaktif berarti dapat membedakan mana yang dalam kendalinya, mana yang dalam kendali orang lain, dan mana yang dalam kendali Tuhan Yang Maha Esa.
Covey (1997) memaparkan bahwa proaktivitas adalah kebebasan mengambil prakarsa/ inisiatif dalam mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai hidup tanpa menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri). Misalnya seorang mahasiswa menerima kritik dari teman sekelasnya.
Kalau dia proaktif, dia memiliki pertimbangan untuk menerima atau tidak menerima kritik dari teman sekelasnya. Dia sadar akan kecenderungannya dan dapat memberikan respon yang tepat.
Kebiasaan proaktif merupakan sumber pendorong untuk berpikir tepat, jelas dan efektif dalam menentukan sikap dan tindakan. Orang menjadi semakin proaktif atau sebaliknya menjadi semakin reaktif tergantung dari sikap orang terhadap yang terjadi pada dirinya, dengan apa yang dilihat, didengar, disentuh (Covey, 1997). Orang yang proaktif memiliki sikap dalam membuat pilihan di kala mendapat rangsangan atau dengan kata lain mampu memberi jeda antara datangnya rangsangan dengan keputusan untuk memberi respon. Pada saat jeda tersebut orang yang proaktif dapat membuat pilihan dan mengambil respon yang dipandang terbaik bagi dirinya.
Kebiasaan proaktif berarti memilih dan menentukan sikap dan tindakan atas apa yang terjadi sesuai dengan nilai-nilai hidup, sehingga keadaan lingkungan tidak dapat mengendalikan atau menentukan apa yang akan terjadi.
Jadi pribadi yang proaktif mampu mengambil keputusan sendiri sesuai dengan keinginannya tanpa mengabaikan kepentingan orang lain, mengekspre sikan apa yang terbaik untuk diri sendiri tanpa harus cemas terhadap situasi lingkungan karena memiliki rasa percaya diri, memiliki kemampuan untuk menghargai diri sendiri, menjadi apa yang dibutuhkan dan menjadi pemimpin atas dirinya (Widanarti, 2003: 3).
Mengacu pada uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ke biasaan proaktif adalah kebiasaan mengambil keputusan sendiri, berdasarkan nilai- nilai hidup, tanpa menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar dirinya sendiri).
Komponen-komponen Kebiasaan Proaktif
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan perhatian pada beberapa komponen-komponen kebiasaan proaktif (Covey, 2001) yakni:
1. Mampu mengambil keputusan
Proaktif bukan sikap yang bersifat memaksa, melainkan mampu memfokuskan perhatian pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Orang yang proaktif memiliki prakarsa/ inisiatif. Mengambil prakarsa/ inisiatif bukan berarti mendesak, menjengkelkan atau berperilaku agresif. Poerwadarminta (1976), mendefinisikan prakarsa/ inisiatif sebagai usaha, tindakan, memulai berusaha.
Orang yang proaktif memiliki sikap “Aku bisa”, memiliki inisiatif untuk memilih dan memikirkan solusi agar terjadi apa yang dimauinya. Bila seseorang memakai daya inisiatifnya untuk memilih respon-responnya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut, ia adalah proaktif. Mengambil inisiatif berarti tidak pernah merasa dan menggunakan kata terpaksa. Dengan kata lain, orang proaktif mengganti kata terpaksa dengan kata memilih. Orang yang proaktif bebas menentukan keputusannya sendiri.
Viktor Franklin menyatakan bahwa kebebasan manusia yang paling dasar adalah kebebasan untuk memilih sikap sendiri, bagaimana pun situasinya (Covey, 1986, 1996, 1998). Dalam memilih respon, orang proaktif dapat mengendalikan sikap dan tanggapannya sendiri terhadap apa yang terjadi pada dirinya, apa yang didengar, dilihat dan dirasakan. Sebaliknya dengan orang yang reaktif. Orang yang reaktif cenderung berdalih bahwa sikap dan tindakan mereka disebabkan oleh hal-hal di luar kendali mereka. Dalam merespon rangsangan, mereka sering kali mengaitkan perilakunya dengan determinan yang bersifat genetik, psikis dan lingkungan.
Dengan determinan genetik, orang menghubungkan perilakunya dengan faktor asal keturunan. Contohnya,
“Saya seorang tipe menusia malam. Seluruh keluarga saya juga, sejak sekian generasi ke belakang. Jadi janganlah bicara kepada saya di pagi hari karena saya tidak suka.”
Dengan determinan psikis, orang mengkaitkan perilakunya dengan cara dia dibesarkan dan dididik dalam keluarganya. Contohnya,
“Orangtua saya membenci matematika, jadi saya juga membencinya. Sebagai akibatnya, saya sulit mengatur penerimaan dan pengeluaran saya.”
Dengan determinan lingkungan, orang menghubungkan perilakunya dengan kondisi yang berasal dari kekuatan-kekuatan dan keadaan eksternal. Contohnya,
“Dosen saya selalu mengkritik dan mengeluh. Ia membuat suasana hati saya tidak enak setiap hari.”
Unsur determinisme dapat berpengaruh, tetapi bukan penentu kebebasan memilih perilaku dan sikap.
2. Memilih berdasarkan nilai-nilai hidup
Nilai adalah hal-hal yang dianggap penting atau berharga dalam kehidupan. Pada umumnya nilai berwujud prinsip-prinsip yang abstrak, sifatnya bukan hal konkret atau bendawi, misalnya keadilan, cinta kasih, kehormatan, kejujuran. Orang proaktif memanfaatkan kebebasan untuk menentukan pilihannya yang sejalan dengan nilai-nilai hidupnya. Kalau orang menghargai kejujuran misalnya, maka orang yang bersangkutan akan cenderung selalu jujur, tidak berbohong, tidak mencuri, uang atau barang yang ditemukannya akan dikembalikan kepada yang empunya. Orang yang proaktif mengambil keputusan dengan berpedoman pada nilai-nilai hidupnya yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilakunya secara cermat, penuh kesadaran dan sensitif terhadap lingkungan sekitarnya.
3. Tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal di luar diri sendiri)
Tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal adalah akibat dari berpikir dan bertindak proaktif. Orang yang proaktif jarang menyalahkan orang lain, keadaan lingkungan dan hal-hal di luar dirinya karena orang yang proaktif dapat membedakan mana yang dalam kendalinya, mana yang dalam kendali orang lain dan mana yang dalam kendali Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang proaktif sadar bahwa keputusannya membuat pilihan adalah sesuai dengan nilai-nilai, tujuan dan visinya sendiri. Dia tidak menyalahkan orang lain atau keadaan lingkungan untuk hal-hal yang menimpanya. Orang yang proaktif memiliki kesadaran bahwa pengalaman kehidupan yang dialaminya merupakan hasil dari perilakunya sendiri, yang dilakukannya atas dasar keputusan yang diambilnya secara sadar. Karena itu dirinyalah yang bertanggung jawab atas pilihannya dengan berani mengambil resiko atas apa yang terjadi sebagai akibat dari keputusannya.
Ciri-ciri Orang yang Proaktif
Kebiasaan proaktif adalah salah satu kebiasaan yang perlu dimiliki setiap orang. Adapun ciri-ciri orang yang proaktif (Covey, 1997) adalah:
- Orang yang proaktif dapat mengambil keputusan dengan akal dan inisiatifnya
Orang proaktif mampu menentukan sikap dan responnya. Misalnya sikap dan respon terhadap warna kulit, bentuk tubuh yang berbeda dengan orang lain , komentar kasar, kesalahan di masa lalu atau cuaca dan lain- lain. Dengan demikian orang yang proaktif mengalami kedamaian batin dan belajar tersenyum terhadap banyak hal ya ng tidak bisa dikendalikannya, meskipun tidak suka dengan hal-hal yang bersangkutan.
- Orang yang proaktif memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan nilai- nilai hidupnya
Orang proaktif memiliki nilai-nilai hidup yang selaras sehingga dia dapat mengubah kemunduran menjadi kemenangan yakni dengan merespon kejadian yang terjadi dengan positif dan bijaksana, sehingga ketika dia mengalami kesalahan, dia langsung mengakuinya, memperbaikinya dan belajar dari kesalaha nnya. Nilai-nilai hidup yang dimiliki orang proaktif membuatnya tidak mengenal putus asa , melainkan tetap bersyukur dan tetap kuat untuk tetap bangkit menjadi pribadi yang berharga. Orang proaktif menjadi pelaku perubahan untuk menciptakan hidup baru bagi dirinya sendiri. Dia dapat memilih mempengaruhi orang lain secara positif melalui tindakan-tindakan dan keteladanannya. D ia dapat bertindak sebagai manusia transisi yang secara sadar dapat mengabaikan perilaku reaktif dan mengubahnya dengan perilaku proaktif.
Seorang panutan dalam hal proaktivitas adalah Mahatma Gandhi yang mampu mempengaruhi dan menggerakkan orang-orang dan lingkungannya. Ketika Gandhi pertama kalinya dihukum penjara, ia bingung apa yang dilakukannya dan bagaimana agar sanggup bertahan. Pengalamannya lah yang menjadi dasar yang menerpa kebebasan Mahatma Gandhi untuk mengembangkan kekuatan dalam dirinya tentang privasi kehidupan yaitu nilai kesederhanaan. Nilai kesederhanaan membuat dia mampu mengilhami orang lain untuk juga berbuat hal yang sama (Mehta, 2002).
Orang yang proaktif punya kuasa untuk bangkit mengatasi apa pun yang terjadi dalam hidupnya meskipun tidak seperti Mahatma Gandhi tetapi mampu untuk menjadi pelaku perubahan dan menciptakan hidup baru bagi diri sendiri dan apa pun yang mungkin terjadi kemudian. Orang yang mau menjadi pelaku perubahan untuk menciptakan hidup baru bagi diri sendiri selalu mencari jalan untuk menjadikan segalanya terlaksana, bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya dan cepat pulih jika terjadi sesuatu yang buruk.
- Orang proaktif memiliki sikap percaya diri
Memiliki sikap percaya diri berarti memiliki sikap “aku bisa” misalnya berani ambil resiko, kreatif, banyak akal, berpikir sebelum bertindak, berfokus pada hal-hal yang bisa diubah dan tidak menguatirkan hal-hal yang tidak bisa diubah. Orang yang proaktif memahami bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan, harapan dan ide-idenya sendiri. Maka ia percaya pada dirinya, tahu apa yang dilakukannya karena sadar apa yang dituju. Ia adalah pribadi bahagia yang sadar bahwa ia mempunyai arti bagi sesama. Ia tahu akan keunggulan dan kelemahannya dan menerima baik keunggulan dan kelemahannya.
Orang proaktif terus memupuk rasa percaya diri. Setiap orang pernah dan pasti mengalami krisis kepercayaan diri dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan. Dengan menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional, orang semakin proaktif untuk dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Bila seorang individu mampu memupuk rasa perca ya dirinya, maka ia me nghayati misi hidupnya dan tujuan hidupnya , dia menciptakan citra di benaknya tentang sesuatu yang secara fisik akan diwujudkan kelak. Misalnya, seseorang yang percaya bahwa dirinya adalah korban keadaa n, maka ia akan menjadi korban sungguhan untuk membenarkan kepercayaan itu. Namun bila seseorang percaya bahwa dirinya mampu bertanggungjawab, maka ia akan memiliki kemampuan bertanggung jawab sesuai dengan keyakinannya sendiri. Orang yang proaktif terus memupuk rasa percaya dirinya sesuai dengan keyakinannya…
- Orang proaktif tidak menyalahkan pihak-pihak eksternal (orang lain, situasi dan hal-hal diluar dirinya)
Orang proaktif sadar bahwa seseorang bertanggung jawab atas segala sikap dan tindakannya. Orang yang proaktif sadar bahwa dia sendirilah yang bertanggung jawab atas kes ukseksan atau kegagalannya dan dia mandiri karena tidak bergantung dengan keadaan dan orang lain. Contoh: seorang mahasiswa tidak mengikuti ujian semester karena sedang kurang enak badan, maka konsekuensinya ia bertanggung jawab jika nantinya ia tidak mendapat nilai…
- Orang proaktif bersikap asertif
Sikap asertif yaitu jujur mengekspresikan kebutuhan, perasaan dan pikiran dengan apa adanya tanpa menyakiti orang lain. Dengan bersikap asertif orang semakin proaktif untuk lebih menghargai diri sendiri dan orang lain karena mengembangkan kontrol diri, mengembangkan kemampuan untuk menolak tanpa merasa bersalah, berani meminta bantuan orang lain ketika membutuhkan.
- Orang proaktif mendahulukan hal yang harus diutamakan
Mendahulukan hal yang harus diutamakan bagi orang proaktif berarti melaksanakan kegiatan sehari-hari menurut prioritas yang muncul dari misi, peran serta tujuan hidup yang ditetapkan. Orang yang semakin proaktif mampu memilih yang terbaik.
- Orang proaktif memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa dikendalikan
Apabila mau mendapatkan nilai ujian yang optimal, maka orang semakin proaktif untuk menghasilkan hasil nyata yaitu nilai optimal. Tetapi bila usahanya tidak menghasilkan nilai optimal, orang proaktif bisa memperbaikinya tanpa mencari-cari kesalahan di luar dirinya. Ia akan menc ari solusi dengan melihat kemampuan yang ada pada dirinya.