Apa yang dimaksud dengan Sense of Humor?

sense of humor

Istilah humor pada awal abad 18 digunakan untuk mengeksprsikan rasa simpatik, toleransi, dan dukungan. Istilah humor juga digunakan bagi individu agar tidak terlalu serius atau hanyut dalam permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan adanya humor, individu dapat membuat jarak dan lebih objektif dalam memandang kondisi yang sedang dihadapi.

Sense of humor adalah kemampuan seseorang menggunakan humor sebagai cara menyelesaikan masalah, keterampilan menciptakan humor, kemampuan menghargai atau menanggapi humor.

Martin mendefinisikan sense of humor merupakan kemampuan setiap orang dalam mempersepsikan, mengekspresikan, dan menikmati humor.

Menurut Shade, terdapat lima elemen yang selalu ada dalam sense of humor seseorang, yaitu:

  • Penghargaan terhadap humor, bidang afektif setelah elemen yang mengandung humor dipahami.

  • Identifikasi humor, adalah pengenalan empat bentuk humor, yaitu: figural, verbal, visual, dan auditori.

  • Pemahaman humor, memerlukan aspek kognitif untuk memahami sebuah lelucon.

  • Respon terhadap kegembiraan humor, refleks fisik secara spontan terhadap stimulus humor, biasanya berbentuk senyuman dan/atau gelak tawa.

  • Produksi humor, merupakan kemampuan individu untuk memproduksi humor.

O’Connell menyatakan bahwa humor merupakan kemampuan untuk mengubah perseptual-kognitif secara tepat pada kerangka berpikir. Sense of humor dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bentuk katarsis yang cukup praktis, efektif, dan efisien sebab hampir setiap individu memiliki sense of humor ini, meskipun dengan kadar atau tingkatan yang berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya.

Aspek-aspek Sense of Humor


Adapun aspek-aspek sense of humor menurut Thorson, Powell, dan Brdar adalah sebagai berikut :

  • Menciptakan humor, yaitu membuat, menghasilkan humor dari buah pikiran sendiri, bukan sekedar mencontoh atau meniru.

  • Mengatasi masalah dengan humor, yaitu penggunaan humor sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang menimpa diri seorang individu.

  • Penghargaan terhadap humor, yaitu memberikan perhatian lebih terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan humor.

  • Sikap menyenangi humor, yaitu menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan humor.

Eysenck menyatakan bahwa batasan-batasan yang digunakan dalam sense of humor terdiri dari tiga, yaitu:

  • The Conformist Sense, yaitu tingkat kesamaan antara individu satu dengan yang lainnya dalam mengapresiasi materi-materi humor. Hal ini menunjukkan kemampuan individu dalam menanggapi atau pun memberikan penghargaan humor.

  • The Quantitative Sense, yaitu seberapa sering individu tersenyum dan tertawa, serta seberapa mudah individu merasa gembira. Hal ini menunjukkan kemampuan individu dalam menggunakan humor sebagai cara dalam menyelesaikan masalah, karena efek senyum dan tertawa akan mengurangi ketegangan dan kekakuan.

  • The Productive Sense, yaitu seberapa banyak individu menceritakan cerita-cerita lucu dan membuat individu lain gembira. Dalam hal ini menunjukkan kemampuan atau keterampilan individu dalam menciptakan suatu humor.

Teori Humor


Banyak teori yang telah mengembangkan tentang apa alasan orang tertawa dan yang mengontrol sense of humor. McGhee mengatakan bahwa beberapa teori mencoba menunjukkan bahwa humor disebabkan oleh perasaan individu, fungsi humor adalah untuk melepaskan emosi internal atau untuk melepaskan emosi yang menyenangkan.

Terdapat tiga teori humor terkemuka yang paling sering digunakan, yaitu (Whisonant, 1998):

  • Teori Ketidaksesuaian (incongruity theory)
    Teori ini mengatakan bahwa sesuatu disebut lucu karena kejadian (misalnya: lelucon, gerakan tubuh, pernyataan) bertentangan dengan dugaan kita dan karena pertentangan kognitif yang menciptakan ketidaksesuaian. Adanya dua pandangan lebih atau yang tidak sesuai dari suatu kejadian, dimana ketidaksesuaian itu muncul dalam satu objek yang komplek atau kumpulan orang atau sebuah kejadian yang ganjil, dimana ia menaruh perhatian terhadap objek tersebut.

  • Teori Superioritas (superiority theory)
    Teori ini menyatakan bahwa sesuatu disebut lucu karena individu dibuat merasa superior terhadap orang lain. Humor adalah sarana mendorong ego seseorang atau rasa harga diri orang lain.

  • Teori pembebasan atau pelepasan (relief theory)
    Teori pembebasan atau pelepasan disebut pula dengan teori psikoanalitis yang dipopulerkan oleh Freud. Berdasarkan teori ini, humor adalah sarana yang diterima secara sosial melepaskan emosi dan rasa gelisah. Setiap individu pasti memiliki rasa ketidaknyamanan, ketakutan, dan/atau rasa malu, dan humor menjadi sarana untuk mengurangi hal-hal tersebut.

Jenis-jenis Humor


Jenis-jenis humor menurut Setiawan dapat dibedakan menurut kriterium “bentuk ekspresi”. Sebagai bentuk ekspresi dari kehidupan kita, humor dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

  • Humor personal: kecenderungan tertawa pada diri sendiri, misalnya bila kita melihat sebatang pohon yang bentuknya mirip orang yang sedang buang air besar.

  • Humor dalam pergaulan: misalnya senda gurau antar teman, kelucuan yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di depan umum.

  • Humor dalam kesenian atau seni humor. Humor jenis ini dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

    1. humor lakuan, misalnya lawak, tari humor, dan pantomim lucu;
    2. humor grafis, misalnya kartun, karikatur, foto jenaka, dan patung lucu;
    3. humor literatur, misalnya cerpen lucu dan sajak jenaka.

Manfaat Humor


Meskipun mungkin tampak tidak serius dan sembrono, humor memiliki beberapa fungsi psikososial yang penting. Manfaat humor antara lain :

  • Memunculkan emosi positif
    Fredickson telah mengusulkan untuk “memperluas dan membangun” model psikologis fungsi emosi positif, termasuk humor yang berhubungan dengan kegembiraan. Tidak seperti emosi negatif seperti marah atau takut yang cenderung mempersempit fokus individu.

    Emosi positif dalam hal ini berfungsi untuk memperluas lingkup fokus perhatian individu, memungkinkan untuk lebih kreatif dalam pemecahan masalah dan berbagai peningkatan respon perilaku, membangun sumber daya fisik, intelektual, dan sosial yang tersedia bagi individu untuk menghadapi tantangan hidup.

    Manfaat psikologis lainnya dari humor yakni dapat menginduksi emosi positif dalam suatu masyarakat yang cenderung individual dan membangun hubungan sosial yang efektif.

  • Membangun komunikasi interpersonal
    Fungsi lain dari humor yang berkaitan dengan peran pentingnya dalam komunikasi interpersonal dan pembentukan, pemeliharaan, dan hubungan sosial. Pengalaman tertawa bersama-sama dapat meningkatkan perasaan tertarik antara masyarakat dan memperluas ikatan interpersonal dan kohesi kelompok.

    Selain itu, humor sering digunakan untuk mengkomunikasikan pesan yang mungkin sulit untuk disampaikan menggunakan modus yang lebih serius dari komunikasi. Pesan yang dinyatakan dalam cara yang lucu dapat ditarik kembali jika tidak baik diterima, sehingga kedua pembicara dan pendengar bisa saling memahami, itu yang penting.

  • Mengatasi stres dan kesulitan
    Fungsi selanjutnya dari humor adalah perannya dalam mengatasi stres dan kesulitan. Kemampuan menemukan humor, bahkan dalam situasi kehidupan yang paling sulit sering dilihat sebagai mekanisme koping.

    Karena inheren melibatkan keganjilan dan multitafsir, humor menyediakan cara bagi individu untuk menggeser perspektif tentang situasi stres, menilai kembali dari sebuah titik yang baru. Selain itu, emosi positif kegembiraan yang menyertai humor menggantikan perasaan kecemasan, depresi, atau kemarahan yang seharusnya terjadi.

    Lefcourt menjelaskan bahwa dengan adanya humor, individu merasakan kehadiran individu lain. Individu merasa dirinya tidak sendiri atau tidak terisolasi. Humor merupakan indikasi adanya penerimaan sosial terhadap diri individu.

    Terkadang, materi humor berhubungan dengan situasi stres yang sedang dialami oleh individu. Materi humor yang mencerminkan kondisi stres yang sedang dialami individu lain, membuat individu merasa dirinya tidak sendiri. Individu merasa bahwa ada individu lain yang merasakan hal (kondisi stres) yang serupa. Kesamaan terhadap kondisi yang disampaikan oleh individu lain melalui humor, membuat individu merasakan adanya perasaan dekat satu sama lain.

Chaplin (2004) menjelaskan bahwa humor adalah sikap menyenangkan, ramah- tamah, baik hati, dan sopan. Pangaribuan (2012) mengemukakan bahwa humor merupakan kesanggupan individu dalam merasakan dan memberikan respon yang bersifat komedi dalam lingkungan sekitar dan diri sendiri.

Hidayah dan Fitriani (2012) menambahkan bahwa selain mencakup kognitif dan apresiasi terhadap stimulus komedi, humor juga berkaitan dengan kemampuan individu dalam membuat sendiri stimulus humor tersebut.

Simpson dan Weiner (Liu, 2012) menjelaskan bahwa humor dapat diartikan sebagai kemampuan dalam bertindak, berbicara, atau menuliskan sesuatu yang mengarah pada hal yang bersifat hiburan.

Suyasa (2010) mengatakan bahwa humor memiliki peran dalam membangun interaksi dengan orang lain, sebab humor mampu mengurangi tekanan atau stres yang dialami oleh individu. Selain itu, dengan humor setiap individu mampu menerima perbedaan masing-masing. Liu (2012) menambahkan bahwa humor berada pada mekanisme pertahanan diri yang tertinggi menurut Freud dan beberapa psikolog.

Martin, Lefcourt, Kuiper, dan Dance (Yue, Hao, & Goldman, 2010) mendefinisikan humor sebagai frekuensi individu memunculkan respon tersenyum, tertawa dan perilaku lain yang dimunculkan dalam berbagai situasi sebagai bentuk hiburan.

Sukoco (2014) mengemukakan bahwa sense of humor adalah kemampuan individu dalam merespon suatu kejadian dengan melihat sisi hiburannya sebagai cara dalam menurunkan tingkat stres yang dialami. Thorson dan Powell (Martin, 2001) memaparkan bahwa sense of humor merupakan salah satu cara mempersepsikan dunia, sebagai suatu gaya tertentu, dan sebagai bentuk perlindungan diri dalam melakukan hubungan interpersonal. Wardani (2012) menambahkan bahwa sense of humor merupakan salah satu faktor penting yang mampu memberikan pengaruh pada kebermaknaan hidup individu.

Suyasa (2010) berasumsi bahwa berkomunikasi dengan individu lain yang disertai dengan humor dipandang sebagai kondisi yang mampu membuat individu merasa lebih akrab satu sama lain, atau munculnya kohesi sosial.

Humor juga mengisyaratkan adanya penerimaan sosial terhadap diri individu. Parman (2013) menyimpulkan bahwa sense of humor adalah kemampuan individu untuk memahami, mengungkapkan, atau membuat humor, dan digunakan sebagai bentuk katarsis atau menyelesaikan berbagai masalah yang dialami, sehingga dapat memandang dirinya lebih realistik. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sense of humor merupakan kepekaan individu dalam memberikan respon terhadap peristiwa yang dialami menjadi suasana yang dapat bersifat menghibur, dan dapat menjadi coping ketika individu mengalami masalah.

Aspek-aspek Sense of humor


Menurut Thorson dan Powell (1997) aspek–aspek dari sense of humor, adalah :

1. Humor Production

Menciptakan humor yaitu membuat, menghasilkan humor dari buah pikiran sendiri, dan bukan hanya mencontoh atau meniru.

2. Coping Humor

Mengatasi masalah dengan humor, yaitu penggunaan humor sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang menimpa diri seorang individu.

3. Humor Appreciation

Penghargaan terhadap humor, yaitu memberikan perhatian lebih terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan humor.

4. Humor Tolerance

Sikap menyenangi humor, yaitu menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan humor.

Jenis-jenis Humor


Yue, Hao, dan Goldman (2010) menyatakan bahwa humor terbagi menjadi dua jenis berdasarkan perbedaan kesehatan mental individu, yaitu humor adaptif dan humor maladaptif. Humor adaptif berhubungan dengan tingginya self-esteem, rendahnya tingkat depresi dan kecemasan, dan penilaian self-competence yang dimiliki individu. Humor maladaptif dihubungkan dengan menurunnya self-esteem, tingginya depresi dan kecemasan, menurunnya penilaian terhadap self-competence individu.

Setiawan (Rahmanadji, 2007) menjabarkan beberapa jenis humor yang dibedakan berdasarkan bentuk ekspresi, yaitu :

  • Humor Personal

Lebih mengarah pada perilaku tertawa pada diri sendiri seperti jika melihat pohon berbentuk mirip orang yang sedang buang air besar.

  • Humor dalam pergaulan

Terjadi ketika adanya senda gurauan atau lelucon yang dibahas diantara teman saat mendengar ceramah atau pidato di depan umum.

  • Humor dalam kesenian

Terbagi lagi menjadi tiga, yaitu; 1) Humor lakuan, seperti pantomim; 2) Humor grafis, seperti kartun, karikatur, foto jenaka dan lain-lain; 3) Humor literatur, seperti cerpen, sajak jenaka, dan sebagainya.

Humor sebagai komunikasi, terbagi atas tiga jenis komunikasi menurut Manser (Rahmanadji, 2007), yaitu :

  1. Komunikator bermaksud untuk mengatakan hal yang lucu, sedangkan komunikan bertindak sebagai orang yang menerima lelucon tersebut.

  2. Komunikator tidak bermaksud untuk melucu, namun komunikan memberikan respon lucu dengan tertawa atau hanya tersenyum.

  3. Komunikator bermaksud untuk melucu, namun komunikannya tidak memberikan respon lucu dengan tidak tertawa atau tersenyum.

Setiawan (Rahmanadji, 2007) menjelaskan jenis humor yang ditinjau dari segi inderawi, yaitu humor bersifat verbal, visual, dan auditif. Jenis humor dari segi materi yaitu humor politis, seks, sadis, dan teka-teki.

Jenis humor dari segi etis terbagi atas humor sehat atau berpendidikan, dan humor tidak sehat. Jenis humor dari segi estetis terbagi atas humor tinggi, yang disampaikan secara langsung dan tidak langsung, dan humor rendah yang disampaikan secara kasar atau terlalu eksplisit.

Baughman (dalam Komaryatun dan Hannah, 2008) mengemukakan bahwa sense of humor merupakan kualitas manusia yang sangat berharga untuk membantu dalam memahami ketidak sesuaian. Menurut Hurlock (1993) melalui sense of humor yang dimiliki individu dapat memperoleh perpesktif yang lebih baik tentang diri sendiri. Individu yang memiliki sense of humor dapat mengembangkan pemahaman diri dan memandang dirinya secara realistik.

Meskipun menyukai apa yang dilihatnya, dengan sense of humor yang dimiliki individu dapat melakukan pengembangan, penerimaan diri dan menambah kematangan psikisnya. Sense of humor yang baik dapat dikatakan hanya dimiliki oleh individu yang berkepribadian yang matang (Kartono, 1979). Hal ini di karenakan individu yang berkepribadian matang mengerti kapan saat tepat untuk menganggap sesuatu itu lucu atau tidak lucu, perlu di tertawakan atau tidak ditertawakan.

Menurut Sarwono (1996) kesan lucu menuntut persyaratan tertentu, yaitu terdapat sense of humor atau kepekaan terhadap humor pada individu yang merlihat kejadian humor. Jika individu tidak cukup peka, maka kejadian seperti apapun tidak akan menimbulkan kesan lucu. Sense of humor berbeda pada setiap orang dan di pengaruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan, latar belakang sosial budaya, sehingga tidak tergantung pada stimulus luar saja.

Sense of humor juga merupakan faktor internal untuk menciptakan ataupun menghargai sesuatu humor tanpa stimulus dari luar. Akan tetapi faktor interal ini lebih dipengaruhi suatu hormon tanpa stimulasi dari luar. Akan tetapi faktor internal ini lebih di pengaruhi oleh faktor eksternal (Hartanti, 2002).

Setiawan (dalam Cahyono, 2002 ) menyatakan bahwa rasa humor adalah suatu rasa atau kesadaran dalam individu yang merangsang untuk tertawa atau cenderung tertawa. Menurut Martin (dalam Karimah, 2011) rasa humor merujuk pada perbedaan-perbedaan kebiasaan individual dalam semua jenis perilkau, pengalaman, afektif sikap, dan kemampuankemampuan yang berhubungan dengan kegembiraan, galak, melucu, tawa dan semacamnya.

Alport (dalam Karimah, 2011) beranggapan bahwa rasa humor merupakan kemampun individu untuk menertawakan diri sendiri. Dengan menertawakan kelemahan-kelemahan dan keinginan yang tidak dapat di trima secara sosial, individu dapat melihat dirinya secara objektif.

Sedangkan sense of humor menurut Thorson dan Powell adalah multidimensi dan di dalamnya termasuk kemampuan untuk membuat humor, mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme coping dan untuk mencapai tujuan sosial.

Secara umum Martin mengartikan sense of humor sebagai perbedaan kebiasaan individual dalam segala bentuk perilaku, pengalaman, perasaan, sikap dan kemampuan yang dihubungkan dengan hiburan, kesenangan, tertawa, candaan dan sejenisnya.

Jenis – jenis Humor

Jenis humor menurut Arwah Setiawan (Rahmanadji, 2007) berdasarkan kriteria sebagai bentuk ekspresi dalam kehidupan kita, humor dapat dibagi menjadi tiga jenis:

  1. Humor personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri sendiri. Misalnya seseorang tertawa ketika melihat sebatang pohon yang bentuknya mirip orang sedang buang air besar.

  2. Humor dalam pergaulan, misalnya sendau gurau di antara teman dan kelucuan yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di muka umum.

Humor dalam kesenian atau seni humor dapat di bagi menjadi 3 yaitu:

  1. Humor lakuan, merupakan humor yang dihasilkan dari tingkah laku seseorang, misalnya: lawak, tari humor, pantomime lucu.

  2. Humor grafis, merupakan humor yang dihasilkan dari gambar, misalnya: kartun, karikatur, foto jenaka, patung lucu.

  3. Humor literature, misalnya: cerpen lucu, isei saritis, sajak jenaka dan semacamnya.

Sense Of Humor

Humor berasal dari kata umor yaitu you-moors (cairan-mengalir). Menurut Driver humor merupakan sifat dari sesuatu atau suatu situasi yang kompleks yang menimbulkan keinginan untuk tertawa. Di dalam kamus Encyclopedia Britannica, humor adalah suatu stimulus yang cenderung mengundang refleks tertawa. James berpendapat bahwa humor adalah sesuatu yang bersifat dapat menimbulkan atau menyebabkan pendengaran atau penglihatannya merasa tergelitik perasaan lucu, sehingga terdorong untuk tertawa.

Kepekaan humor adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan humor sebagai cara menyelesaikan masalah, keterampilan menciptakan humor, kemampuan menghargai atau menanggapi humor. Sedangkan sense of humor menurut Thorson dan Powell adalah multidimensi dan di dalamnya termasuk kemampuan untuk membuat humor, mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme coping dan untuk mencapai tujuan sosial.

Sedangkan sense of humor menurut Thorson dan Powell adalah multidimensi dan di dalamnya termasuk kemampuan untuk membuat humor, mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme coping dan untuk mencapai tujuan sosial.

Referensi

http://digilib.uinsby.ac.id/3942/2/Bab%202.pdf