Retinopati diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi diabetes melitus, di mana kadar gula yang tinggi pada akhirnya mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah retina mata, terutama di jaringan-jaringan yang sensitif terhadap cahaya. Kondisi ini dapat diderita oleh siapapun yang menderita diabetes tipe 1 maupun 2, terutama mereka yang gula darahnya tidak terkontrol dan telah menderita diabetes dalam jangka waktu yang lama.
Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati yang mengenai prekapiler retina, kapiler dan venula, sehingga menyebabkan oklusi mikrovaskuler dan kebocoran vaskuler, akibat kadar gula darah yang tinggi dan lama. Retinopati diabetik dapat menyebabkan penurunan visus dan kebutaan, terutama akibat komplikasi seperti edema makula, perdarahan vitreus, ablasio retina traksional dan glaukoma neovaskular.
Retinopati diabetik adalah penyebab kebutaan ke 5 terbesar secara global (WHO, 2007). Setidaknya terdapat 171 juta penduduk dunia yang menyandang diabetes melitus, yang akan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2030 menjadi 366 million. Setelah 15 tahun, sekitar 2% penyandang diabetes dapat menjadi buta, dan sekitar 10% mengalami gangguan penglihatan berat. Setelah 20 tahun, retinopati diabetik dapat ditemukan pada 75% lebih penyandang diabetes.
Terdapat dua tahap retinopati diabetik yaitu non-proliferative diabetic retinopathy (NPDR) dan proliferative diabetic retinopathy (PDR).
Penglihatan buram terjadi terutama bila terjadi edema makula
Floaters atau penglihatan mendadak terhalang akibat komplikasi perdarahan vitreus dan / atau ablasio retina traksional
Faktor Risiko
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol dengan baik
Hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik
Hiperlipidemia
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Riwayat diabetes mellitus (tipe I / tipe II).
Mata tenang dengan atau tanpa penurunan visus.
Pada pemeriksaan funduskopi pupil lebar pada retina dapat ditemukan perdarahan retina, eksudat keras, pelebaran vena, dan mikroaneurisma (pada NPDR), yang pada kondisi lebih lanjut disertai neovaskularisasi di diskus optik atau di tempat lain di retina (pada PDR).
Pada keadaan berat dapat ditemukan neovaskularisasi iris (rubeosis iridis).
Refleks cahaya pada pupil normal, pada kerusakan retina yang luas dapat ditemukan RAPD (Relative Aferent Pupilary Defect), serta penurunan refleks pupil pada cahaya langsung dan tak langsung normal.
Pemeriksaan Penunjang Tidak ada
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, teruttama funduskopi.
Diagnosis banding
Oklusi vena retina
Retinopati hipertensi
Komplikasi
Perdarahan vitreus
Edema makula diabetik
Ablasio retina traksional
Glaukoma neovaskular
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Setiap pasien yang terdiagnosis diabetes melitus perlu segera dilakukan pemeriksaan mata, sekalipun belum ada keluhan mata.
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda retinopati, pasien harus diperiksa ulang dalam waktu 1 tahun (follow-up).
Apabila didapatkan tanda-tanda retinopati, pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis mata.
Konseling dan Edukasi
Kontrol gula darah dan pengendalian faktor sistemik lain (hipertensi, hiperlipidemia) penting untuk memperlambat timbulnya atau progresifitas retinopati diabetik.
Setiap pasien diabetes perlu menjalani pemeriksaan mata awal (skrining), diikuti pemeriksaan lanjutan minimal 1 kali dalam setahun.
Menjelaskan bahwa bila dirujuk, kemungkinan memerlukan terapi fotokoagulasi laser, yang bertujuan mencegah progresifitas retinopati diabetik. Pada kondisi berat (perdarahan vitreus, ablasio retina) kemungkinan perlu tindakan bedah.
Kriteria Rujukan
Setiap pasien diabetes yang ditemukan tanda-tanda retinopati diabetik sebaiknya dirujuk ke dokter mata.
Peralatan
Snellen chart
Oftalmoskop
Tropikamid 1% tetes mata untuk melebarkan pupil
Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Dubia ad malam
Referensi
Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.
World Health Organization. Global initiative for the elimination of avoidable blindness. Action Plan 2006–2011 (World Health Organization, 2012)
Ehlers JP, Shah CP, editors. The Wills Eye Manual-office and emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2008.