Apa yang dimaksud dengan resorpsi akar gigi?

Resorpsi akar adalah suatu proses fisiologis atau patologis yang menyebabkan hilangnya sementum atau sementum dan dentin dari gigi.

Resorpsi akar gigi merupakan rusaknya jaringan sementum yang dapat berlanjut hingga jaringan dentin gigi. Resorpsi akar adalah pengrusakan atau penghancuran yang menyebabkan kehilangan struktur gigi. Hal ini disebabkan oleh kerja sel tubuh yang menyerang bagian dari gigi.

Bila kerusakan meluas ke seluruh gigi, dinamakan resorpsi gigi.

Kerusakan akar yang parah dapat terjadi bila kerusakan sudah mencapai pulpa, sehingga sangat sulit untuk dirawat dan biasanya memerlukan ekstraksi gigi. Resorpsi akar terjadi akibat diferensiasi makrofag menjadi odontoklas yang akan meresorpsi sementum permukaan akar serta dentin akar. Tingkat keparahannya bervariasi dapat dilihat dari bukti-bukti berupa lubang mikroskopis yang dapat menyebabkan kehancuran pada permukaan akar.

Resorpsi akar dapat disebabkan oleh tekanan pada permukaan akar gigi. Tekanan tersebut dapat berasal dari trauma, erupsi gigi ektopik yang mengenai akar gigi tetangga, infeksi, beban oklusal yang berlebihan , pertumbuhan tumor yang agresif, maupun yang tidak dapat diketahui penyebabnya atau idiopatik. Menurut Weiland, penyebab yang paling umum adalah kekuatan ortodonti.

Akar gigi dilindungi oleh sementum. Sementum merupakan struktur yang menyerupai tulang. Namun sementum lebih resisten terhadap resorpsi daripada tulang. Ada sejumlah teori yang menjelaskan mengapa ini terjadi. Hipotesis yang paling umum adalah bahwa sementum lebih keras dan lebih termineralisasi dibandingkan dengan tulang. Sementum juga bersifat antiangiogenik, sehingga dapat mencegah akses osteoklas. Walaupun demikian, bila kekuatan besar diberikan pada apeks gigi, sementum juga dapat mengalami resorpsi.

Berdasarkan tingkat keparahannya, resorpsi akar gigi dapat dibagi menjadi 3 tipe yakni resorpsi permukaan (surface resorption), resorpsi inflamasi (inflammatory resorption) dan replacement resorption.

  • Resorpsi permukaan adalah resorpsi yang berjalan secara terbatas,area yang terkena kecil dan diikuti dengan perbaikan spontan dari daerah yang berdekatan dengan area resorpsi tersebut.

  • Resorpsi inflamasi, area yang terkena sudah lebih luas hingga ke tubulus dentin.

  • Replacement resorption merupakan resorpsi dengan derajat yang lebih parah, dimana tulang telah menggantikan materi gigi yang teresorpsi dan diikuti dengan terjadinya ankilosis (cit Brezniak).


Gambar Resorpsi akar gigi

Tingkat keparahan resorpsi permukaan akar gigi juga diklasifikasikan oleh Graber. Berbeda dengan Brezniak, Graber membagi keparahan resorpsi akar gigi menjadi resorpsi permukaan akar superfisial dan resorpsi akar apikal. Resorpsi akar superfisial adalah resorpsi akar dengan area teresorpsi kecil dan bersifat reversibel sedangkan resorpsi akar apikal bersifat irreversible dan menyebabkan panjang gigi menjadi berkurang.

Selain resorpsi akar gigi yang bersifat patologis, resorpsi akar dapat juga bersifat fisiologis, seperti misalnya resorpsi akar gigi sulung yang terjadi sebagai bagian dari proses erupsi gigi permanen pengganti. Dalam hal ini resorpsi umumnya terjadi dimulai dari area apikal gigi sulung hingga area servikal gigi sulung tersebut.

Klasifikasi Resorpsi Akar


Resorpsi akar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu resorpsi akar internal yang dimulai dari pulpa, dan resorpsi akar eksternal yang dimulai dari luar gigi.

1. Resorpsi Internal

Resorpsi internal diduga terjadi akibat pulpitis kronis. Tronstad (1988) berpendapat adanya jaringan nekrotik menyebabkan resorpsi internal menjadi progresif. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga cenderung hanya dapat didiagnosa sewaktu pemeriksaan radiografi rutin. Pulpitis kronis dapat terjadi akibat trauma , karies atau prosedur iatrogenik seperti preparasi gigi yang salah, ataupun idiopatik. Resorpsi internal jarang terjadi, namun dapat muncul pada setiap gigi, baik gigi yang telah direstorasi ataupun gigi yang bebas karies.

Defeknya bisa terdapat di mana saja di dalam saluran akar. Bila hal tersebut terjadi pada ruang pulpa, dinamakan ”pink spot” karena pulpa yang membesar terlihat melalui mahkota. Resorpi internal biasanya berjalan lambat. Namun bila tidak dirawat, maka lesi akan menjadi progresif dan menyebabkan perforasi dinding saluran akar sehingga pulpa menjadi mati. Penghancuran dentin yang parah dapat menyebabkan gigi fraktur. Perawatan untuk resorpsi internal tanpa perforasi adalah dengan perawatan saluran akar. Kasus ini memiliki prognosis yang baik dan resorpsi tidak akan terjadi lagi.

Pink spot pada incisivus sentral kiri atas
Gambar Pink spot pada incisivus sentral kiri atas

2. Resorpsi Eksternal

Resorpsi akar dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik umum maupun lokal. Adanya perubahan keseimbangan antara osteoblas dan osteoklas pada ligamen periodontal dapat menghasilkan sementum tambahan pada permukaan akar (hipersementosis) atau menyebabkan hilangnya sementum bersama dengan dentin, yang dinamakan resorpsi eksternal.

Resorpsi dapat didahului oleh peningkatan suplai darah ke suatu daerah yang berdekatan dengan permukaan akar. Proses inflamasi mungkin disebabkan oleh infeksi, kerusakan jaringan pada ligamen periodontal, atau gingivitis hiperplastik pasca trauma dan epulis. Osteoklas diduga berasal dari derivat monosit darah. Inflamasi meningkatkan permeabilitas dari pembuluh darah, sehingga memungkinkan pelepasan monosit yang akan bergerak ke tulang atau permukaan akar yang cedera.

Penyebab lain dari resorpsi meliputi tekanan, bahan kimia, penyakit sistemik dan gangguan endokrin. Menurut Tronstad, resorpsi akar eksternal dapat dibagi menjadi enam jenis.

  1. Resorpsi Permukaan
    Resorpsi permukaan merupakan temuan patologis yang umum terjadi pada permukaan akar. Aktivitas osteoklas merupakan respon terhadap injuri pada ligamen periodontal atau sementum. Resorpsi permukaan biasanya dapat dilihat melalui Scanning Electron Microscopy (SEM). Permukaan akar menunjukkan resorption lacunae superfisial. Kondisi ini dapat mengalami perbaikan spontan berupa pembentukan sementum baru.

    Resorption Lacunae
    Gambar Resorption Lacunae

  2. Resorpsi Akibat Inflamasi
    Resorpsi akibat inflamasi diduga terjadi karena infeksi jaringan pulpa. Daerah yang terinfeksi biasanya berada di sekitar foramen apikal dan canalis lateralis. Sementum, dentin, dan jaringan periodontal yang berdekatan juga dapat terlibat. Pada pemeriksaan radiografi terlihat adanya radiolusen pada daerah tersebut. Saluran akar dan tubulus dentin terinfeksi dan nekrosis, serta respon inflamatori dengan aktivitas osteoklas terjadi di dentin dan tulang. Pertambahan aktivitas osteoklas yang berada di dentin pada sebelah kanan menunjukkan pengaruh bakteri yang berada di tubulus dentin.

    Resorpsi inflamasi
    Gambar Resorpsi inflamasi A.Foto radiografi resorpsi akar eksternal akibat infeksi pulpa. B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat infeksi pulpa

  3. Resorpsi Penggantian
    Resorpsi penggantian biasanya terjadi pada trauma yang berat. Resorpsi penggantian sering terjadi setelah replantasi, terutama bila replantasi terlambat dilakukan. Cedera pada permukaan akar biasanya berat, sehingga penyembuhan dengan sementum tidak dapat terjadi, yang menyebabkan kontak langsung antara tulang alveolar dan permukaan akar. Proses ini dapat bersifat reversibel apabila permukaan akar yang terlibat kurang dari 20%. Karena osteoklas berkontak langsung dengan dentin, maka resorpsi dapat terus berlangsung tanpa stimulasi hingga tulang alveolar mengggantikan dentin.

    Istilah ankylosis dapat digunakan pada kasus ini karena tulang alveolar melekat langsung ke dentin.Secara radiografis, ruang ligamen periodontal tidak akan terlihat karena penggabungan tulang dengan dentin. Pada kasus ini, saluran akar harus diobturasi untuk mencegah resorpsi akar akibat infeksi pulpa.

    Resorpsi penggantian
    Gambar Resorpsi penggantian A. Foto radiografi dari gigi ankylosis akibat resorpsi penggantian. B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat infeksi pulpa

  4. Resorpsi Akibat Tekanan
    Tekanan pada akar gigi dapat menyebabkan resorpsi yang merusak jaringan ikat diantara dua permukaan. Tekanan dapat disebabkan oleh gigi yang erupsi atau impaksi, pergerakan ortodonti, trauma karena oklusi, atau jaringan patologis seperti kista atau neoplasma.

    Ilustrasi resorpsi akar akibat dorongan dari gigi impaksi
    Gambar Ilustrasi resorpsi akar akibat dorongan dari gigi impaksi

    Resorpsi akibat tekanan, misalnya akibat perawatan ortodonti dapat terjadi pada apeks gigi , dengan cedera berasal dari tekanan pada sepertiga apeks sewaktu menggerakkan gigi. Akibatnya dapat terjadi pemendekkan akar gigi. Rangsangan terhadap aktivitas osteoklas di apeks akibat tekanan berlebihan selama perawatan ortodonti dapat menyebabkan terjadinya resorpsi akar. Osteoklas dapat meluas sampai ke dentin dan mengenai tubulus dentin tanpa adanya bakteri.

    Menurut Newman, gigi yang paling sering mengalami resorpsi akibat tekanan adalah gigi insisivus karena gigi insisivus lebih sering digerakkan. Tekanan yang diberikan dapat membangkitkan pelepasan sel-sel monosit dan pembentukan osteoklas sehingga terjadi resorpsi. Apabila penyebab tekanan dihilangkan, maka resorpsi dapat dihentikan.

    Resorpsi akibat perawatan ortodonti
    Gambar Resorpsi akibat perawatan ortodonti A. Foto radiografi dari resorpsi akar akibat perawatan ortodonti. B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat perawatan ortodonti

  5. Resorpsi Sistemik
    Resorpsi sistemik adalah resorpsi yang diakibatkan adanya gangguan sistemik. Jenis ini dapat terjadi pada sejumlah penyakit dan gangguan endokrin, seperti : Paget’s disease, calcinosis, Gaucher’s disease dan Turner’s syndrome. Selain itu, resorpsi ini dapat terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi.

  6. Resorpsi Idiopatik
    Etiologi resorpsi akar idiopatik sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas. Pada beberapa kasus dapat terjadi resorpsi akar yang penyebabnya bukan karena faktor sistemik maupun lokal . Resorpsi ini dapat terjadi pada satu gigi maupun beberapa gigi. Laju resorpsi bervariasi dari lambat (bertahun-tahun), sampai cepat dan agresif (beberapa bulan) yang melibatkan sejumlah besar kerusakan jaringan. Letak dan bentuk defek resorpsi juga bervariasi. Resorpsi idiopatik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu resorpsi apikal dan resorpsi servikal. Resorpsi apikal biasanya lambat dan dapat berhenti secara spontan, yang mungkin akan mempengaruhi satu atau beberapa gigi, dengan pemendekan akar secara bertahap, dan apeks gigi tetap bulat. Sedangkan resorpsi servikal terdapat pada bagian servikal gigi. Defek dapat melebar dan berbentuk lekukan dangkal.

    Foto periapikal resorpsi servikal idiopatik
    Gambar Foto periapikal resorpsi servikal idiopatik

    Tipe ini dapat juga disebut sebagai resorpsi perifer, resorpsi tersembunyi, pseudo pink spot, atau ekstrakanal invasif. Defek dapat juga dijumpai pada permukaan eksternal gigi yang kemudian berlanjut ke dentin berupa ramifikasi. Hal ini tidak mempengaruhi dentin dan predentin pada sekitar pulpa. Resorpsi tipe ini sering dianggap keliru sebagai resorpsi internal. Resorpsi servikal dapat disebabkan oleh inflamasi kronis ligamen periodontal atau trauma. Resorpsi servikal paling baik ditangani dengan pembedahan dan pembuangan jaringan granulasi. Defek tersebut lalu dibentuk untuk direstorasi.

    Usia rata-rata pasien yang mengalami resorpsi idiopatik pada wanita adalah berusia 32 tahun, sedangkan laki-laki berusia 44 tahun. Resorpsi idiopatik lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Resorpsi akar idiopatik yang terdapat pada beberapa gigi biasanya asimptomatik. Resorpsi ini biasanya dapat diketahui dari foto radiografi. Beberapa pasien mengeluhkan tambalan longgar, restorasi lepas, goyangnya gigi, dan juga nyeri yang berhubungan dengan gigi dan jaringan sekitarnya, namun nyeri terhadap perkusi dan palpasi bukan merupakan gejala awal. Penyebab resorpsi ini tidak tunggal, melainkan berkaitan dengan kondisi lain seperti adanya inflamasi periapikal, tumor atau kista, kekuatan mekanis yang berlebihan atau reimplantasi gigi.

Resorpsi Akar Gigi
Gambar Eksternal Resorpsi Akar Gigi

Faktor Risiko Resorpsi Akar Gigi


Resorpsi akar gigi terjadi akibat ketidakseimbangan kemampuan resistensi dan perbaikan jaringan periodontal terhadap gaya yang terjadi pada akar gigi. Studi literatur yang dilakukan oleh Brezniak dan Wasserstein menyatakan, resorpsi akar gigi ini kemungkinan terjadi akibat adanya faktor biologis, faktor lokal kondisi gigi dan jaringan pendukung serta faktor mekanis.

  • Faktor biologis antara lain adalah adanya kelainan metabolik atau adanya penyakit sistemik, faktor usia, faktor gender dan faktor genetik.

  • Faktor lokal, antara lain kondisi gigi dan jaringan pendukung yang kurang menguntungkan. Faktor-faktor tersebut meliputi adanya trauma, kondisi tertentu pada struktur gigi dan akar, densitas tulang alveolar, adanya gigi yang hilang serta impaksi dari gigi sebelahnya.

  • Faktor mekanis yang diduga berperan dalam terjadinya resorpsi akar gigi dalam hal ini adalah tekanan ortodontik.

Faktor Biologis

Telah banyak penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh faktor-faktor biologis terhadap terjadinya resorpsi akar gigi. Penelitian tentang pengaruh usia terhadap terjadinya resorpsi akar gigi telah banyak dilakukan. Namun dengan hasil yang berbeda-beda.

Henry (1951), Massler (1954) serta Sameshima (2001) menemukan pasien dewasa lebih rentan terjadi resorpsi akar gigi. Hal ini dihubungkan dengan penurunan respon aktivitas seluler yang terjadi pada orang dewasa, dimana membran periodontalnya menjadi kurang vaskuler, kepadatan tulang bertambah dan adanya pelebaran sementum. Tahun 1990, Harris dalam penelitiannya pada sekelompok orang dewasa dan anak muda menyimpulkan bahwa semakin dewasa seseorang, risiko terjadi resorpsi akar tidak otomatis menjadi semakin besar. Itu semua tergantung pada keadaan seseorang di awal perawatan.

Sedangkan McFadden (1989), Beck (1994) serta Nigul (2006) menyatakan usia pasien ternyata tidak berpengaruh terhadap terjadinya resorpsi akar gigi.

Faktor lain yang diduga berperan terhadap terjadinya resorpsi akar gigi adalah faktor jenis kelamin. Penelitian yang dilakukan oleh Massler (1954), Harris (1997), Sameshima (2001) serta Nigul (2006) menyatakan tidak ada perbedaan resorpsi akar yang terjadi pada pria dan wanita.

Selain usia dan jenis kelamin, diduga faktor genetik berperan dalam terjadinya resorpsi akar gigi. Newman pada tahun 1975 mencoba meneliti pengaruh faktor genetik terhadap terjadinya resorpsi akar gigi. Hasil penelitian menyatakan terjadinya resorpsi akar gigi mungkin dipengaruhi oleh faktor genetik, namun pola penurunannya masih belum jelas.

Hubungan faktor genetik dengan terjadinya resopsi akar gigi juga diteliti lebih lanjut oleh Al Qawasmi pada tahun 2003. Dinyatakan bahwa penurunan produksi 1L-1β berhubungan dengan terjadinya resorpsi akar gigi. 1L-1β merupakan protein proinflammatory cytokines yang dihasilkan oleh gen IL-1 dan berperan dalam proses resorpsi tulang. Dikatakan bahwa penurunan produksi 1L-1β akan menyebabkan proses resorpsi pada tulang kortikal berkurang sehingga tekanan pada akar gigi menjadi lebih lama dan diduga menyebabkan resorpsi akar gigi.

Faktor Lokal

Seperti telah disebutkan sebelumnya, selain faktor biologis terdapat beberapa keadaan gigi dan jaringan pendukung yang diduga berperan dalam terjadinya resorpsi akar gigi. Gigi yang mengalami trauma diduga memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya resorpsi akar gigi dibanding gigi tanpa trauma.26 Hal yang berbeda terjadi pada penelitian gigi vital dan gigi nonvital terhadap terjadinya resorpsi akar gigi. Gigi vital ternyata diduga memiliki risiko mengalami resorpsi akar yang lebih besar dibanding dengan gigi nonvital yang telah dirawat saluran akar.

Pada gigi yang telah dirawat endodontik memiliki jaringan dentin yang lebih keras dibandingkan dengan gigi vital. Hal ini mungkin merupakan penjelasan mengapa gigi yang telah dirawat endodontik lebih sedikit yang mengalami resorpsi akar gigi (cit Graber).

Faktor lokal lainnya adalah bentuk ujung akar serta panjang akar. Beberapa penelitian menemukan bahwa bentuk ujung akar merupakan faktor resiko dalam terjadinya resorpsi akar. Sameshima menyatakan gigi dengan ujung akar yang dilaserasi lebih berisiko terhadap terjadinya resorpsi akar. Kemudian diikuti oleh akar gigi dengan ujung akar berbentuk pipet dan akar yang meruncing. Sebaliknya akar dengan ujung yang tumpul lebih resisten terhadap terjadinya resorpsi akar. Hal yang sama juga dinyatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Mirabella (1995) dan Nigul (2006).

Gigi dengan akar yang panjang lebih rentan terhadap terjadinya resorpsi akar karena gigi dengan akar yang panjang membutuhkan gaya yang lebih besar untuk bergerak dan perpidahan akar yang terjadi juga lebih besar selama pergerakan tipping dan torquing. Hendrix (1994) membandingkan panjang akar pada pasien sebelum dan sesudah dirawat ortodontik berdasarkan tahap pembentukan akar pada saat perawatan. Ditemukan bahwa pasien dengan akar yang belum menutup, mengalami pemanjangan akar selama tahap perawatan aktif, meskipun tidak mencapai panjang akar yang normal.

Hal itu disebabkan karena pada gigi dengan pembentukan akar yang belum sempurna memiliki lapisan predentin yang tebal. Lapisan predentin merupakan jaringan yang tidak terkalsifikasi sehingga tidak teresorpsi oleh sel-sel peresorpsi. Dengan kata lain, pada gigi dengan ujung akar yang belum menutup memiliki proteksi atau resistensi terhadap terjadinya resorpsi akar gigi lebih baik.

Faktor lokal lainnya yang diduga berperan adalah impaksi gigi sebelahnya. Impaksi gigi kaninus seringkali menyebabkan akar gigi insisif lateral menjadi teresorpsi, bahkan terkadang akar gigi insisif sentral juga ikut teresorpsi. Gigi insisif lateral merupakan gigi yang paling sering mengalami resorpsi akar gigi akibat kaninus impaksi karena bentuk akarnya yang konus. Impaksi gigi kaninus yang posisinya lebih ke medial dengan angulasi horizontal lebih sering menyebabkan resorpsi pada gigi insisif lateral.

Jaringan periodontal yang kurang baik karena adanya trauma, seperti pada pada trauma oklusi, adanya kebiasaan parafungsi serta adanya kebiasaan buruk seperti tongue thrusting dan nailbiting diduga dapat menyebabkan resorpsi akar gigi. Pada keadaan tersebut, jaringan periodontal mengalami kelebihan beban secara terus menerus, akibatnya sementum mengalami kerusakan dan lapisan dentin dibawahnya akan terbuka. Harris (1993) pernah melaporkan bahwa gigi geligi yang masih lengkap kurang berisiko terhadap resorpsi akar gigi dibandingkan dengan gigi geligi yang sudah tidak lengkap atau dengan kata lain sudah mengalami kehilangan gigi.

Faktor Mekanis

Selain faktor biologis dan faktor lokal yang telah diuraikan, faktor mekanis yang dalam hal ini berupa tekanan ortodontik diduga berperan dalam terjadinya resorpsi akar gigi. Besarnya gaya,cara pemberian gaya, durasi perawatan serta arah tekanan ortodontik diduga berperan terhadap terjadinya resorpsi akar gigi.
Selain durasi pemberian tekanan, besarnya tekanan ortodontik juga dihubungkan dengan kejadian resorpsi akar gigi. Berbagai perbedaan besar tekanan dan hubungannya dengan resorpsi akar telah diteliti (cit Brezniak, 1993).

Salah satunya adalah oleh Harry (1982) yang menemukan bahwa distribusi resorpsi akar gigi berhubungan langsung dengan besarnya tekanan pada permukaan akar gigi. Dan perkembangan daerah resorpsi akar gigi dikatakan lebih cepat sejalan dengan meningkatnya besar tekanan ortodontik yang dipakai. Disimpulkan, makin besar tekanan ortodontik akan lebih menyebabkan resorpsi akar gigi.

Dilaporkan oleh Cheng bahwa terjadi proses perbaikan atau reparasi diri sementum sesudah masa retensi 4 (empat) minggu pada pemakaian tekanan orthodontik besar. Sedangkan pada pemakaian tekanan orthodontik ringan, reparasi diri sudah berjalan sebelum masa retensi 4 (empat) minggu.

M.R. Harry (1982) telah melakukan penelitian mengenai terjadinya resorpsi akar gigi akibat tekanan ortodontik yang dihubungkan dengan durasi perawatan. Hasilnya memperlihatkan bahwa durasi pemberian tekanan ortodontik yang semakin lama, akan memperparah terjadinya resorpsi pada permukaan seluler sementum akar gigi. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Sheldon Baumrind (1996), yang menyatakan bahwa resorpsi akar gigi insisif satu akan bertambah 0.38 mm per tahun.

Di Jepang, Li-Hua Lu (1999) menemukan bahwa tekanan intrusi pada gigi tikus percobaan yang diberikan pada waktu yang lama dapat meningkatkan frekwensi resorpsi akar gigi.

Faktor mekanik lain sehubungan dengan tekanan ortodontik yang juga harus diperhatikan adalah cara pemberian tekanan. Py Owman– Mall pada tahun 1995 meneliti hubungan cara pemberian gaya secara kontinyu dan diskontinyu dengan terjadinya resorpsi akar. Hasilnya dinyatakan bahwa tekanan yang bersifat kontinyu memberikan pergerakan gigi yang lebih banyak daripada tekanan ortodontik yang bersifat diskontinyu. Namun tidak ada perbedaan dalam hal terjadinya resorpsi akar. Kemudian pada penelitian lain ditemukan bahwa pada cara pemberian tekanan secara diskontinyu justru memberikan kesempatan untuk perbaikan sementum dengan terbentuknya sementum sekunder. Periode istirahat pada pemberian gaya diskontinyu akan memperbaiki sirkulasi pada jaringan pendukung, sehingga memungkinkan terjadinya perbaikan jaringan sementum.

Faktor mekanis lainnya yang dapat menyebabkan resorpsi akar adalah tipe pergerakan gigi. Dikatakan bahwa pergerakan intrusi dan torquing merupakan pergerakan gigi yang paling sering berhubungan dengan terjadinya resorpsi akar. Kemungkinan resorpsi akar gigi meningkat pada gerakan intrusi karena gaya pada mahkota gigi terkonsentrasi pada bagian apikal gigi dan jaringan periodontal dibawahnya. Sedangkan gerakan torquing gigi anterior pada tulang alveolar yang tipis dan densitas tulang yang padat harus dilakukan dengan hati-hati, karena aplikasi gaya yang mengenai tulang alveolar dengan densitas tulang yang padat dapat menyebabkan resorpsi akar.

King (2011) mendapati bahwa pergerakan tipping akar gigi 150 mengakibatkan resorpsi akar gigi lebih besar dari pada pergerakan tipping akar gigi 2,50.67 Wu (2011) melaporkan bahwa pada pergerakan rotasi, kejadian resorpsi akar gigi lebih banyak terjadi pada pemakaian tekanan orthodontik yang berat.

Sedangkan pada pergerakan ekstrusi, dilaporkan oleh Montenegro (2011), yaitu bahwa makin besar tekanan ekstrusi yang digunakan maka resorpsi akar makin besar pula.