Apa yang dimaksud dengan Ragam Bahasa?

image

Dalam kehidupan masyarakat, tidak semuanya berbicara dengan satu bahasa yang sama. Sehingga ada ragam bahasa yang digunakan oleh masyarakat.

Apa yang dimaksud dengan Ragam Bahasa?

Ragam bahasa adalah suatu istilah yang sering sekali dipakai untuk menunjukkan salah satu variasi pemakaian bahasa.

Nababan (1991) menyatakan bahwa

Istilah ragam bahasa (langue variety) mencakup bahasa yang sistemnya tergantung pada situasi dan keadaan berbahasa yaitu peristiwa berbicara, penutur-penutur bahasa, tempat berbicara, masalah yang dibicarakan, tujuan berbicara, media berbahasa (tulisan atau lisan) dan sebagainya

Dalam beberapa masyarakat ada semacam kesepakatan untuk membedakannya antara dua macam ragam bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya (Chaer, 2012). Yang pertama ragam bahasa tinggi (T) adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi formal. Ragam ini disebut juga ragam baku atau ragam standar. Misalnya pidato, surat resmi, dan buku pelajaran.

Kedua, ragam bahasa rendah (R ) adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi tidak formal. Ragam ini juga disebut ragam tidak baku atau ragam nonstandar. Misalnya di rumah atau di warung.

Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta menurut medium pembicaraan (KBBI, 2003).

Sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh sama penutur bahasa tersebut. Namun, karena penutur bahasa tersebut, meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia homogen, wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak seragam atau bervariasi. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer dan Agustina, 2004)

Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungan yang tidak sama maka bahasa yang mereka gunakan bervariasi atau beragam, di mana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar.

Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam (Chaer, 1994).

Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam (Chaer dan Agustina, 2004).

Hortman dan Stork dalam Chaer dan Agustina (2004) membedakan variasi berdasarkan kriteria latar belakang geografis dan sosial penutur, medium yang digunakan, pokok pembicaraan.

Halliday dalam Chaer dan Agustina (2004) membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakaian yang disebut dialek, dan pemakai yang disebut register. Kemudian, Chaer dan Agustina (2004) membedakan variasi bahasa menjadi empat, yaitu variasi dari segi penutur, variasi dari segi pemakai, variasi dari segi keformalan, dan variasi dari segi sarana.

Variasi bahasa dilihat dari segi penutur terdiri dari :

  1. Idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan yang berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya

  2. Dialek yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada dalam satu tempat, wilayah, atau area tertentu

  3. Kronolek atau dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu

  4. Sosiolek atau dialek sosial yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya (Chaer dan Agustina, 2004).

Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya memunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Namun, variasi berdasarkan bidang kegiatan ini tampak pula dalam tataran morfologi dan sintaksis (Chaer dan Agustina, 2004)

Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos dalam Chaer dan Agustina (2004) membagi variasi atau ragam bahasa ini atas lima macam gaya (Style) yaitu gaya atau ragam baku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate). Berikut penjelasannya :

1. Ragam Baku

Variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi, misalnya, dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akte notaris, dan surat-surat keputusan.

2. Ragam Resmi atau Formal

Variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya.

3. Ragam Usaha atau Ragam Konsultatif

Variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan raat atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.

4. Ragam Santai atau Ragam Kasual

Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang- bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya.

5. Ragam Akrab atau Ragam Intim

Variasi bahasa yang biasa digunakan oleh penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga atau antarteman yang sudah karib.

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini, dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis atau juga ragam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya dalam bertelepon dan bertelegraf (Chaer dan Agustina, 2004).

Masyarakat bilingual atau multilingual yang memiliki dua bahasa atau lebih harus memiliki bahasa atau variasi bahasa mana yang harus digunakan dalam sebuah situasi. Dalam novel digambarkan interaksi antartokoh layaknya kehidupan sosial dalam dunia nyata. Oleh karena itu, keberagaman tokoh, latar, dan situasi sangat mempengaruhi banyaknya variasi bahasa yang digunakan oleh pengarang.

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda - beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara. orang yang dibicarakan. serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman, sekarang ini masyarakat mengalami perubahan sehingga bahasa pun mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Dalam hal ini banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien sehingga dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu, yaitu disebut ragam standar (Subarianto, 2000).

Adapun pengertian ragam bahasa menurut beberapa ahli, yaitu sebagai berikut :

  1. Ragam bahasa menurut Bachman (1999) Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kavvan bicara. orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
  2. Ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999) Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pekok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan takbaku. Dalam situasi remi. seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya, dalam situasi takresmi, seperti di rumah, di taman, atau di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
  3. Ragam bahasa menurut Fishmaned (1968) Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.

Penyebab timbulnya ragam bahasa
Ragam bahasa timbul seiring dengan timbulnya perubahan di dalam masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluamya. Oleh karena banyaknya variasi, agar tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu, dalam hal ini disebut ragam standar (Subarianto, 2000).

Ada beberapa faktor sebagai penyebab timbulnya ragam bahasa yang ada di Indonesia, yakni seperti di bawah ini :

  1. Faktor Budaya Setiap daerah mempunyai perbedaan kultur atau daerah hidup yang berbeda, seperti di wilayah Jawa dan Papua serta beberapa wilayah Indonesia lainnya.
  2. Faktor Sejarah Setiap daerah mempunyai kebiasaan (adat istiadat) dan bahasa nenek moyang sendiri-sendiri dan berbeda-beda, antara daerah satu dengan daerah lainnya.
  3. Faktor Perbedaan Demografi Setiap daerah memiliki dataran yang berbeda, seperti wilayah di daerah pantai, pegunungan yang biasanya cenderung mengunakan bahasa yang singkat jelas dan dengan intonasi volume suara yang besar dan tingi. Berbeda dengan daerah pemukiman padat penduduk yang menggunakan bahasa lisan yang panjang lebar disebabkan lokasinya yang saling berdekatan dengan intonasi volume suara yang kecil.
    Selain Faktor tersebut ragam bahasa juga terjadi karena perkembangan zaman, di samping perbedaan cara penyampaiannya atau logat bahasanya.

Jenis-jenis ragam bahasa
a. Ragam Bahasa Dilihat dari Cara Penuturan
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat. yaitu, sebagai berikut

  1. Ragam Dialek
    Ragam dialek/daerah adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bangsawan di tempat tertentu (lihat Kridalaksana. 1993:42). Dalam istilah lama disebut dengan logat. Logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal (lihat Sugono, 1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/ pada posisi awal nama-nama kota, seperti mBandung. mBayuwangi, atau realisai pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an.
  2. Ragam Terpelajar
    Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewamai penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari haliusa asing.
  3. Ragam Resmi
    Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi. seperti pertemuan – pertemuan, peraturan – peraturan, dan perundangan – undangan. Ciri-ciri ragam bahasa resmi adalah sebagai berikut.
    • Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten.
    • Menggunakan imbuhan secara lengkap.
    • Menggunakan kata ganti resmi.
    • Menggunakan kata baku.
    • Menggunakan EYD.
    • Menghindari unsur kedaerahan.
  4. RagamTidak Resmi
    Ragam tidak resmi adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi, seperti dalam pergaulan, atau percakapan pribadi. Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebaiikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa resmi atau tidak resmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, berarti semakin resmi bahasa yang digunakan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat keformalannya, semakin rendah tingkat kebakuan bahasa yang digunakan (Sugono, 1998:12-13).

b. Ragam Bahasa Dilihat Dari Cara Berkomunikasi
Macam-macam ragam bahasa dilihat dari cara berkomunikasi dibagi menjadi tiga, yaitu seperti dibawah ini

  1. Ragam Lisan Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap (organ of speech). Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti tata bahasa. kosakata, dan lafal dalam pengucapannya. Dalam hal ini dengan memperhatikan hal-hal tersebut, pembicara dapat mengatur tinggi rendah suara atau tekanan yang dikeluarkan, mimik/ekspresi muka yang ditunjukkan, serta gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide sang pembicara.
  2. Ragam Tulis
    Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam bahasa tulis, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan pemilihan kosakata, dalam hal ini kita dituntut untuk tepat dalam pemilihan unsur tata bahasa seperti bentuk kata, susunan kalimat, pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan juga penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide kita.

c. Ragam Bahasa Dilihat dari Topik Pembicaraan

  1. Ragam Sosial
    Ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Misalnya, ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab dapat dikatakan sebagai ragam sosial. Selain itu, ragam sosial berhubungan pula dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan.
  2. Ragam Fungsional
    Ragam fungsional (profesional) adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lungkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Ragam fungsional dapat menjadi bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.
  3. Ragam Jurnalistik
    Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persuratkabaran (dunia pers = media massa celak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa. Dalam hal ini termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi), dan multimedia (internet). Ragam bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang dibentuk oleh spesifikasi materi yang disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas.
  4. Ragam Sastra
    Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur. konotatif, kreatif, dan inovatif. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran. fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan lahir dan batin, peristiwa dan khayalan dengan bentuk istimewa. Dalam hal ini istimewa karena kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannva. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian, di samping sebagai alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat di mana perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.

Tidak ada guyub tutur yang seragam seluruhnya. Demikian pula halnya dengan bahasanya. Ketidakseragaman itu tampak pada waktu seseorang melakukan komunikasi dengan lawan atau kawan bicaranya. Misalnya, ia dapat mempersilakan seorang tamu yang datang ke rumahnya dengan cara berbeda-beda. Untuk tamu yang ia hormati ia mempersilakan tamunya dengan santun, “Silakan masuk.” Kepada tamu yang juga adalah teman akrabnya ia bisa saja menyilakan dengan lebih santai, “Masuk!” atau “Ayo, masuk saja langsung!” Dengan kata lain, meskipun sesama anggota sebuah guyub tutur sating berkomunikasi dalam bahasa yang sama, itu tidak berarti bahwa di dalam persamaan itu tidak ada perbedaan. Ringkasnya, bahasa itu beragam-ragam.

Joos (1964)-berdasarkan pengamatannya pada bahasa lnggris-membedakan ragam bahasa menjadi lima gaya, yakni gaya beku (fozen), resmi (formal), konsultatif (consultative), santai (casual), dan akrab (intimate).

  1. Gaya beku adalah ragam yang sudah tetap bentuknya seperti bahasa yang dipakai dalam undang-undang atau surat keputusan atau (contoh dalam bahasa Jawa) bahasa yang dipakai dalam adegan awal pertunjukan wayang kulit. Gaya resmi adalah ragam baku yang dipakai dalam upacara-upacara resmi kenegaraan; struktur bahasanya tertata rapi.
  2. Gaya konsultatif adalah ragam yang paling umum dipakai dalam percakapan sehari-hari. Kalimat yang dipakai dalam gaya konsultatif ini tidak sekaku atau serapi yang dipakai dalam gaya resmi.
  3. Gaya santai ragam yang dipakai pada situasi santai; kalimat yang dipakai sering mengalami pelesapan subjek atau predikat.
  4. Gaya akrab adalah ragam yang dipakai di antara mereka yang akrab hubungannya. Kalimat yang dipakai seringkali berupa ungkapan yang ringkas-ringkas saja sampai ke tingkat yang paling minim seperti “Ho-oh.” atau “He-eh” untuk “Ya.” Halliday (1968) membedakan ragam bahasa (speech variety) menurut pemakainya dan menurut pemakaiannya.

Ragam bahasa menurut pemakaiannya disebut register, sedangkan ragam bahasa menurut pemakainya disebut dialek (lihat juga Chesire, 1992). Selanjutnya hal sosial dan maksud komunikasi; tenor mengacu pada hubungan antara para peserta komunikasi; dan cara mengacu pada sarana komunikasi. Sebagai contoh untuk bidang, misalnya, tulisan ini, yang sedang Anda baca ini, secara keseluruhan membahas pengertian sosiolinguistik dan diterbitkan dengan maksud untuk menjadi bahan ajar bagi pembacanya. Sebagai contoh dari tenor adalah hubungan yang terbentuk antara saya, yang menulis buku ini, dan Anda sebagai para pembacanya. Cara komunikasi dapat berupa komunikasi lisan atau tertulis.