Apa yang dimaksud dengan Proses Sosial?


Proses sosial merupakan cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan berinteraksi. Apakah yang dimaksud proses sosial itu ?

1 Like

Menurut Maclver :
Proses sosial adalah pola perilaku dimana relasi sosial antar anggota kelompok menghasilkan karakteristik yang khas. Karakteristik yang khas tersebut bisa berupa perubahan kondisi ke atas atau ke bawah, berkembang atau mundur, disintegrasi atau integrasi.

Menurut Ginsbers :
Ginsbers mendefinisikan proses sosial sebagai cara-cara interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok, termasuk dalam membangun kerja sama, konflik, diferensiasi, integrasi, pengembangan, dan pengeroposan hubungan sosial.

Menurut Arti Luas :
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yan telah ada. Dengan kata lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dan hukum, dan seterusnya. Bentuk umum proses sosial adalah interkasi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama (Soekanto, 1999:66), baik antara orang dengan orang, orang dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.

Bentuk proses sosial yang timbul akibat interaksi sosial adalah:

  • Proses asosiatif terdiri dari kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan
  • Proses disosiatif terdiri dari persaingan dan kontravensi/konflik (Soekanto, 1999:77-78; Susanto, 1987:53).

Proses sosial pada anak besar sering disebut sebagai usia berkelompok atau disebut juga awal melakukan hubungan sosial yang sesungguhnya di luar ikatan lingkungan keluarga. Kisaran usia anak besar sekitar 6 sampai 10 atau 12 tahun (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991:101). Anak-anak membuat kelompok atau geng dengan alasan dua atau tiga teman tidaklah cukup bagi mereka. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, sebab hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dan berolahraga atau melakukan aktivitas lainnya untuk mendapatkan kegembiraan.

Sistematika yang pernah dikembangkan oleh Kimball Young mengenai bentuk-bentuk proses sosial adalah :

  • Oposisi (opposition) yang mencakup persaingan (competition) dan pertentangan atau pertikaian.
  • Kerjasama (Cooperation) yang menghasilkan akomodasi (accomodation).
  • Diferensiasi (Differentiation) yang merupakan suatu proses di mana orang perorangan di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berbeda dengan orang-orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan. Diferensiasi menghasilkan sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.

Proses Sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu, sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Secara garis besar, proses sosial bisa dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu proses sosial yang asosiatif, dan proses sosial yang disosiatif.

Proses Sosial Asosiatif

Proses Sosial Asosiatif. Proses sosial bisa disebut asosiatif apabila proses itu mengindikasikan adanya “gerak pendekatan atau penyatuan”. Berikut ini adalah empat bentuk khusus proses sosial yang asosiatif, yakni:

  • Kooperasi, berasal dari dua kata latin, co yang berarti bersama-sama, dan operani yang berarti bekerja. Kooperasi, dengan demikian, berarti kerja sama. Kooperasi merupakan perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman, sekalipun motifnya sering dan bisa tertuju pada kepentingan diri sendiri.

  • Akomodasi, adalah suatu proses ke arah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Akomodasi ini terjadi pada orang- orang atau kelompok-kelompok yang mau tak mau harus bekerja sama, sekalipun dalam kenyataannya mereka masing- masing selalu memiliki paham yang berbeda dan bertentangan. Tanpa akomodasi dan kesediaan berakomodasi, dua pihak yang berselisih paham tak akan mungkin bekerja sama untuk selama-lamanya. Akomodasi sering terjadi di dalam masyarakat, sehingga betapa pun seriusnya perbedaan pendapat sepasang suami-istri, misalnya, masih tetap saja mereka bisa bertahan hidup dan tinggal bersama dalam satu rumah (atau bahkan satu ranjang) sampai akhir hayatnya.

  • Asimilasi, merupakan proses yang lebih berlanjut apabila dibandingkan dengan proses akomodasi. Pada proses asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan, sehingga pihak-pihak atau warga-warga dari dua-tiga kelompok yang tengah berasimilasi akan merasakan adanya kebudayaan tunggal yang dirasakan sebagai milik bersama.

  • Amalgamasi, merupakan proses sosial yang melebur dua kelompok budaya menjadi satu, yang pada akhirnya melahirkan sesuatu yang baru. Tak usah dikatakan lagi, amalgamasi itu jelas akan melenyapkan pertentangan- pertentangan yang ada di dalam kelompok. Sebuah contoh dari khazanah sejarah dapat ditunjukkan. Pertentangan- pertentangan antara suku-suku bangsa Anglo-Saxon dan Normandia telah berakhir ketika terjadi perkawinan campuran antara kedua suku bangsa tersebut. Perkawinan campuran antara kedua kelompok besar ini telah melahirkan proses amalgamasi yang berhasil.

Proses Sosial Disasosiatif

Proses sosial disasosiatif dapat ditemukan pada setiap masyarakat. Bentuk dan coraknya tentu saja akan bervariasi, tergantung dari keadaan budaya masyarakat yang bersangkutan. Proses sosial disasosiatif dapat diuraikan menjadi tiga bentuk, yakni:

  • Kompetisi. Proses ini adalah proses sosial yang mengandung perjuangan untuk memperebutkan tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya terbatas, yang semata-mata bermanfaat untuk mempertahankan suatu kelestarian hidup. Pada pokoknya, apa yang disebut kompetisi ini dapat dibedakan ke dalam dua tipe umum. Pertama, kompetisi personal, yaitu kompetisi yang bersifat pribadi antara dua orang. Kedua, kompetisi impersonal, yaitu kompetisi tak pribadi yang berlangsung (bukan antara orang-orang yang mendukung kepentingan- kepentingan pribadi) antara dua kelompok; sebagai contoh dapat disebutkan persaingan antara dua perusahaan, yang tentu saja juga menyangkut orang-orang, tetapi tidak menyangkut perkara-perkara pribadinya, melainkan menyangkut kedudukan-kedudukan mereka selaku pejabat atau pemegang peranan di dalam perusahaan itu.

  • Konflik. Konflik sebagai suatu proses ternyata dipraktikkan juga secara luas di dalam masyarakat. Berbeda hal dengan kompetisi yang selalu berlangsung di dalam suasana “damai”, konflik adalah suatu proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuknya yang ekstrem, konflik itu dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi (jadi bersifat defensif), akan tetapi juga bertujuan sampai ke taraf pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya. Dari catatan sejarah kita dapat melihat bagaimana orang-orang Roma berkonflik dan memusnahkan penduduk Carthago; dan bagaimana migran-migran Eropa membinasakan eksistensi suku-suku Indian.

  • Kontravensi, berasal dari kata latin, conta dan venire, yang berarti menghalangi atau menantang. Dalam kontravensi dikandung usaha untuk merintangi pihak lain mencapai tujuan. Yang diutamakan dalam kontravensi adalah menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain. Hal ini didasari oleh rasa tidak senang karena keberhasilan pihak lain yang dirasa merugikan, walaupun demikian tidak terdapat maksud untuk menghancurkan pihak lain.