Apa yang dimaksud dengan Plan Quality Management ?


Image source : www.quality2013.eu

Plan Quality Management umumnya dilakukan untuk mengidentifikasi kualitas persyaratan, dan standar proyek serta penyampaiannya. Plan Quality Management harus dilakukan dengan proses perencanaan lainnya misalnya, perubahan dalam deliverables yang mungkin memerlukan penyesuaian jadwal, dan biaya serta analisis risiko untuk menunjukkan bagaimana dampaknya terhadap keseluruhan rencana. Perencanaan mutu sangat penting dalam manajemen proyek dan Rencana Manajemen Mutu (Plan Quality Management ) untuk memastikan bahwa segala sesuatu ada sebelum proyek dilaksanakan.

Apa yang dimaksud dengan Plan Quality Management dan apa saja manfaatnya?

1 Like

Manajemen kualitas proyek (Project quality management) merupakan semua proses dan aktivitas yang diperlukan untuk menentukan dan mencapai kualitas proyek. Manajemen kualitas proyek mencakup semua aktivitas fungsi manajemen keseluruhan yang menentukan kebijakan mutu, tujuan dan tanggung jawab, serta menerapkannya dalam sistem mutu. Manajemen kualitas proyek mencakup tiga proses, antara lain.

  1. Plan Quality Management
  2. Perform Quality Assurance
  3. Control Quality

Plan Quality Management merupakan proses manajemen proyek yang mengidentifikasi persyaratan kualitas dan standar proyek serta penyampaiannya yang kemudian mendokumentasikan hasilnya. Perencanaan mutu harus dilakukan secara paralel dengan proses perencanaan lainnya. Misalnya, diusulkan perubahan dalam penyampaian untuk memenuhi standar kualitas yang teridentifikasi, yang mungkin memerlukan penyesuaian biaya atau jadwal dan analisis risiko yang rinci. Perencanaan mutu sangat penting dalam manajemen proyek dan Plan Quality Management untuk memastikan bahwa segala sesuatu ada sebelum proyek dilaksanakan. Masukan (Inputs), alat dan teknik (tools and techniques), dan keluaran (ouputs) dari proses ini digambarkan pada gambar dibawah ini.

perencanaan manajemen kualitas

perencanaan manajemen kualitas

Manfaat dari proses ini adalah panduan dan mengarahkan bagaimana kualitas harus dikelola dan divalidasi sepanjang proyek berlangsung. Untuk membuat Plan Quality Management, masukan seperti rencana manajemen proyek (Project Management Plan), daftar pemangku kepentingan (Stakeholder Register), daftar risiko (Risk Register), dokumentasi persyaratan (Requirements Documentation), aset proses organisasi (Organizational Process Assets), dan faktor lingkungan perusahaan ( Enterprise Environmental Factors). Proses manajemen proyek ini diperlukan untuk menciptakan rencana manajemen mutu, metrik kualitas, dan daftar periksa. Hal ini juga dapat menyebabkan pembaruan dokumen proyek.

Referensi :
A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOKĀ® Guide) - Fifth Edition
A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOKĀ® Guide) - 2000 Edition
Managing Project Quality: Project Skills - Paul Newton
PROJECT QUALITY MANAGEMENT: Plan Quality Management
Project Management Knowledge: Plan Quality Management
Project Quality Management
Image source : Figure 8-3 & 8-4 (A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOKĀ® Guide) - Fifth Edition)

1 Like

Tujuan utama dalam sebuah proyek akan memiliki beberapa jawaban dan semuanya benar. Jawaban itu sebenernya mengarah ke satu hal yaitu kebahagiaan klien. Dengan kata lain, semakin bahagia klien, semakin sukses proyek Anda. Tapi, bagaimana kita membuat klien senang? cara yang aman untuk kepuasan dan kebahagiaan klien adalah membangun proses yang jelas sebagai bagian dari keseluruhan Quality Management Plan.

QMP memungkinkan klien mendapatkan rasa aman dalam pemberikan hasil yang dijanjikan. Dengan kata lain itu adalah formal blueprint, di mana Anda menggambarkan dan memetakan sistem dan kegiatan yang akan dieksekusi untuk memenuhi kriteria klien. Dari sudut pandang Anda, QMP memungkinkan Anda untuk memegang kendali ketika harus mengeksekusi dan memberikan tingkat kualitas yang diinginkan.

QMP harus berisi proses dan teknik yang akan Anda gunakan untuk mengungkap persyaratan kualitas. Seringkali, persyaratan kualitas dan kriteria tidak diketahui ketika Anda membuat rencana yang sebenarnya.

QMP adalah segmen dari keseluruhan rencana proyek yang penting bagi klien dan masa depan Anda. Memang sepertinya banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan. Namun, manajer proyek yang cerdas akan selalu mencari alat yang dapat membantu mereka mengoptimalkan alur kerja tanpa merusak kualitas.

Rencana manajemen kualitas merupakan proses untuk mengidentifikasi kebutuhan atau standar untuk projek dan pendukungnya, dan mendokumentasikan bagaimana projek akan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Manfaat utama dari proses ini adalah memberikan panduan dan arahan tentang bagaimana kualitas akan dikelola dan divalidasi selama proyek berlangsung.

Inputan

  • Rencana projek manajemen
  • Stakeholder register
  • Risk register
  • Dokumentasi kebutuhan
  • Faktor lingkungan perusahaan
  • Asset proses organisasi

Tools & technique

  • Cost benefit analisis
  • Cost of quality
  • Seven basic quality tools
  • Benchmarking
  • Design of experiments
  • Statistical sampling
  • Additional quality planning tools
  • Meeting

Output

  • Quality management plan
  • Process improvement plan
  • Quality metrics
  • Quality checklist
  • Project documents updates

Plan Quality Management adalah proses mengidentifikasi persyaratan kualitas dan atau standar untuk proyek dan produk, serta mendokumentasikan bagaimana proyek akan menunjukkan pemenuhan.

Terdapat input, tools dan teknik, serta output pada Plan Quality Management:

plan quality

Input:

Informasi tentang baseline kinerja dan stakeholder serta daftar resiko yang membentuk latar belakang manajemen mutu, tetapi substansi utama dari manajemen mutu berasal dari persyaratan, yang menerjemahkan harapan pelanggan ke dalam berbagai persyaratan teknis yang akan dipenuhi oleh proyek. Inputnya adalah:

  1. Project Management Plan
    Unsur-unsur dari Project Management Plan berikut ini digunakan dalam pengembangan Plan Quality Management:

    • Scope Baseline (berisi project scope, pernyataan/statement, WBS, dan kamus WBS)
    • Jadwal dari Baseline
    • Biaya awal
  2. Stakeholder Register
    Mengidentifikasi stakeholder mana yang memiliki minat, mempunyai dampak, atau kualitas. Stakeholder register adalah output dari mengidentifikasi stakeholder.

  3. Risk Register
    Berisi informasi tentang ancaman dan peluang yang dapat mempengaruhi kualitas. Risk Register adalah output dari mengidentifikasi risiko.

  4. Requirements Documentation
    Menangkap berbagai persyaratan (proyek, produk dan kualitas) yang harus dipenuhi oleh proyek sesuai dengan harapan stakeholder. Ini merupakan output dari mengumpulkan persyaratan.

  5. Enterprise Environmental Factors (EEF)
    Faktor lingkungan perusahaan yang berisi:

    • Peraturan pemerintah.
    • Aturan, standar, pedoman khusus untuk area aplikasi proyek.
    • Kondisi kerja atau kondisi operasi proyek yang dapat mempengaruhi kualitas.
    • Persepsi budaya yang dapat mempengaruhi ekspektasi kualitas.
  6. Organizational Process Assets (OPA)
    Aset proses organisasi yang berisi:

    • Kebijakan organisasi, prosedur, pedoman tantang kualitas.
    • Basisdata historis
    • Pelajaran yang dapat dipelajari

Tools & Teknik:
Untuk merancang dan menerapkan kegiatan yang berkualitas, harus memiliki alat tolak ukur. Berikut ini adalah alat dan teknik dalam Plan Quality Management:

  1. Cost-benefit analysis
    Membandingkan biaya setiap aktivitas kualitas dengan manfaat yang diharapkan.

  2. Cost of quality (COQ)
    Merupakan alat untuk membenarkan biaya kegiatan kualitas kepada manajemen dan kepada para Stakeholder yang tertarik. Membandingkan biaya keseluruhan untuk melakukan aktivitas kualitas (biaya kesesuaian) dengan manfaat yang diharapkan dalam hal pengurangan biaya ketidaksesuaian, yaitu biaya yang akan dikeluarkan jika kegiatan tersebut tidak dilaksanakan.

  3. Seven basic quality tools
    Terdapat 7 jenis alat yang digunakan untuk memecahkan masalah tentang kualitas:

    • Cause and effect diagrams (atau diagram fishbone atau Ishikawa), untuk menemukan akar penyebab masalah kualitas.
    • Flowchart, untuk menganalisis proses sebagai langkah menuju perbaikannya.
    • Checksheets, untuk mengumpulkan data tentang masalah kualitas.
    • Pareto diagrams, untuk mengidentifikasi beberapa sumber yang bertanggung jawab untuk masalah kualitas.
    • Histograms, untuk menggambarkan distribusi statistik dari data kualitas.
    • Control Charts, untuk menentukan apakah proses tersebut stabil atau dapat diprediksi.
    • Scatter diagrams, digunakan untuk menunjukkan korelasi antar variabel.
  4. Benchmarking
    Membandingkan proyek yang direncanakan dengan proyek-proyek sebanding untuk memberikan dasar dalam mengukur kinerja serta untuk mengidentifikasi praktik terbaik dan menghasilkan ide-ide untuk perbaikan.

  5. Design of experiments (DOE)
    Metode statistik untuk mengidentifikasi dan kemudian secara sistematis mengubah semua faktor penting yang mempengaruhi kualitas produk.

  6. Statistical sampling
    Memilih bagian dari populasi yang menarik untuk diperiksa.

  7. Additional quality planning tools
    Berisi:

    • Brainstorming
    • Force field analysis
    • Nominal group technique
    • Quality management and control tools
  8. Meetings
    Tim proyek dapat mengadakan pertemuan untuk mengembangkan rencana manajemen kualitas.

Output:
Hasil utama dari Plan Quality Management adalah rencana manajemen mutu yang digunakan untuk menyusun rencana Project Management Plan. Terdapat output penting lainnya dalam Plan Quality Management, yaitu:

  1. Quality management plan
    Menjelaskan bagaimana kebijakan kualitas dari organisasi akan dilaksanakan dan bagaimana tim proyek manajemen berencana untuk memenuhi persyaratan kualitas.

  2. Process improvement plan
    Berisi rincian langkah-langkah untuk menganalisis manajemen proyek dan pengembangan produk untuk mengidentifikasi aktivitas mana yang memberi nilai tambah.

  3. Quality metrics
    Menggambarkan atribut dari proyek atau produk dan bagaimana proses pengendalian kualitas akan mengukur hal tersebut. Digunakan dalam proses penjaminan mutu serta kontrol kualitas.

  4. Quality checklists
    Memverifikasi bahwa serangkaian langkah yang diperlukan telah dilakukan. Harus memasukkan kriteria yang dapat diterima termasuk dalam scope baseline.

  5. Project documents updates
    Berisi:

    • Daftar Stakeholder
    • Matrik tentang penugasan serta tanggung jawab
    • WBS dan Kamus WBS

Sumber:

Menurut Gazpers (1997), manajemen kualitas dapat dikatakan sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan, dan tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas, seperti perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, penjaminan kualitas, dan peningkatan kualitas.

Pada dasarnya, manajemen kualitas (quality management) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continuous performance improvement) di setiap level operasi atau proses, dalam setiap era fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.

ISO 8402 (quality vocabulary) mendefinisikan manajemen kualitas sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan, dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti berikut ini.

  1. Perencanaan Kualitas (Quality Planning)
    Perencanaan adalah penetapan dan pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta penerapan sistem kualitas.

  2. Pengendalian Kualitas (Quality Control)
    Pengendalian kualitas adalah teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.

  3. Jaminan Kualitas (Quality Assurance)
    Jaminan kualitas adalah semua tindakan terencana dan sistematis yang diimplementasikan dan didemonstrasikan untuk memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk akan memuaskan kebutuhan untuk kualitas tertentu.

  4. Peningkatan Kualitas (Quality Improvement)
    Peningkatan kualitas adalah tindakan-tindakan yang diambil untuk meningkatkan nilai produk pelanggan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas melalui struktur organisasi. Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management) dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi.

Meskipun manajemen kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun substansi dari manajemen kualitas, antara lain:

  1. berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan,

  2. berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua sumber daya manusia, pemasok-pemasok (supplier), dan para pelanggan (customers) di lingkungan perusahaan (coporate environment).

Makna dari kedua hal di atas bahwa manajemen kualitas merupakan sebuah kemampuan atau kapabilitas yang melekat dalam sumber daya manusia serta merupakan proses yang dapat dikontrol dan bukan hanya suatu kebetulan. Joseph M. Juran (1967) memperkenalkan konsep trilogi kualitas, yaitu:

  1. perencanaan kualitas (quality planning),
  2. pengendalian kualitas (quality control),
  3. perbaikan atau peningkatan kualitas (quality improvement).

Pandangan Juran tentang isu-isu utama yang berkaitan dengan manajemen kualitas, antara lain sebagai berikut.

  1. Siklus pengembangan produk seharusnya dipersingkat melalui perencanaan partisipatif, rekayasa selalu diiringi dengan pelatihan pada perencana dalam metode dan alat-alat manajemen kualitas.

  2. Hubungan dengan pemasok seharusnya diperbaiki. Banyaknya pemasok seharusnya dikurangi.

  3. Pelatihan seharusnya berorientasi pada hasil, bukan berorientasi pada alat. Tujuan utama pelatihan seharusnya mengubah perilaku karyawan, bukan hanya melatih atau mendidik.

  4. Dalam manajemen kualitas jasa, perlu diperhatikan juga strategi produk jasa.

Sehubungan dengan kualitas jasa pelayanan, Sumayang (2003) menjelaskan bahwa perusahaan harus menempatkan pelanggan paling utama, yaitu dengan cara:

  1. perusahaan harus memenuhi keinginan para pelanggan,
  2. sistem yang dibangun seolah-olah dilakukan oleh pelanggan,
  3. perusahaan juga harus memperhatikan bahwa manusia merupakan unsur penyampaian jasa pelayanan yang sangat penting, sehingga service quality harus dilaksanakan oleh orang yang mampu melaksanakannya.

Kerangka Kerja Manajemen Kualitas Jasa di Perusahaan Jasa


Jasfar (2005) menjelaskan bahwa pada tingkatan manajemen, kebijaksanaan ditentukan agar dapat diikuti oleh karyawan.

  1. Menganalisis Permintaan Pasar
    Dalam menganalisis permintaan pasar, menentukan persyaratan, dan pengukuran kualitas jasa yang akan ditawarkan dan diikuti dengan analisis internal persepsi mengenai kualitas serta cara kinerja mereka sudah harus diantisipasi.

  2. Merancang Kegiatan
    Dalam merancang kegiatan untuk mempersiapkan segala sesuatu dari dalam, yang meliputi kesiapan dan pemahaman karyawan tentang hal-hal yang harus dilakukan, termasuk pemahaman dari manajer yang terlibat pada setiap lini atau yang disebut sebagai pemasaran internal. Pada tingkatan karyawan, kualitas ataupun standar kinerja harus dibuat dengan cara-cara yang telah ditentukan oleh organisasi.

  3. Interaksi antara Karyawan dengan Konsumen
    Interaksi antara karyawan dengan konsumen memperlihatkan tanda-tanda bahwa dari sudut pandang pasar, konsumen ataupun peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan, disesuaikan dengan keinginan konsumen.

  4. Menentukan Kualitas
    Pada level konsumen ditentukan kualitas yang dapat diterima (acceptable) atau tidak diterima. Konsumen mengharapkan kualitas jasa tertentu dan menginginkan kualitas yang diharapkannya sesuai dengan kinerja perusahaan dan pengalaman mereka dalam mengonsumsi jasa tersebut. Semuanya itu sangat bergantung pada hal-hal yang mereka terima dan cara mereka menerima jasa tersebut melalui interaksi dengan organisasi.

Pentingnya Sistem Manajemen Kualitas


Gelombang globalisasi ekonomi akibat AFTA, GATTS, APEC, WTO, dan sebagainya telah menciptakan kancah kompetisi yang semakin bebas dan ketat. Proteksi yang sebelumnya menjadi benteng bagi produk barang dan jasa dalam negeri, akan hilang diterjang arus liberalisasi.

Produk barang dan jasa luar negeri akan bebas masuk ke pasar domestik. Menghadapi situasi seperti ini, terdapat dua pilihan bagi para pelaku usaha jasa konstruksi dan jasa konsultansi, yaitu masuk dalam arena kompetisi atau keluar arena kompetisi. Kedua keputusan tersebut memiliki konsekuensi yang sama beratnya.

Memasuki arena kompetisi tanpa kekuatan dan strategis sama dengan bunuh diri. Keluar dari arena kompetisi tidak berarti luput dari hempasan gelombang globalisasi, mungkin dampaknya lebih dahsyat daripada ikut bertarung pada era kompetisi tersebut.

Strategi kompetisi yang paling dapat diandalkan oleh pelaku usaha jasa konstruksi dan jasa konsultansi adalah strategi kualitas. Oleh karena itu, para pelaku usaha jasa konstruksi dan konsultansi harus terus berusaha untuk mengembangkan konsepsi dan teknologi kualitas, sejalan dengan kecenderungan globalisasi. Di antara alternatif pilihan yang ada, tampaknya sistem manajemen kualitas ISO 9000 dan Total Quality Management (TQM) adalah pilihan yang tepat dan efektif bagi para pelaku usaha jasa konstruksi dan konsultansi.

TQM mengembangkan konsep kualitas dari sudut pandang pengguna jasa konstruksi dan jasa konsultansi yang mengartikan kualitas adalah kesesuaian. Apabila suatu konstruksi prasarana atau infrastruktur dibangun, dibiayai dan digunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna jasa (pemerintah dan masyarakat) sesuai dengan persyaratan, dapat dikatakan berkualitas.

Persyaratan yang dimaksudkan adalah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna jasa. Dalam konsep TQM, pengguna jasa bukan hanya diartikan sebagai pembeli bangunan, melainkan jugasebagai proses berikutnya dan pihak yang menentukan persyaratan.

Usaha-usaha peningkatan dan pengendalian kualitas pada awalnya hanya dalam lingkup penyedia jasa dan pengguna jasa sehingga diperlukan pihak ketiga yang sifatnya independen. Kehadiran pihak ketiga ini dianggap lebih objektif dan dapat diterima kedua belah pihak sehingga memunculkan lembaga akreditasi di beberapa negara dengan menggunakan produk standar, seperti ASTM, JIS, BS, dan sebagainya.

Untuk memberikan jaminan pada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan global (termasuk pelayanan jasa konstruksi/ konsultansi) bagi pihak pengguna jasa, diperlukan pihak ketiga yang independen dan dapat diterima semua pihak. Demikian sedikit kupasan mengenai hubungan globalisasi, jasa konstruksi, dan konsultansi dengan manajemen kualitas.

Referensi

Rusdiana. 2014. Manajemen Operasi. Bandung : CV Pustaka Setia.