Pyoderma merupakan suatu infeksi bakteri yang dapat terjadi pada berbagai lapisan kulit. Infeksi kulit ini sering terjadi pada anjing dan jarang terjadi pada anjing (Moriello, 2013). Pyoderma ini terjadi ketika pertahanan alami kulit menurun sehingga memungkinkan bakteri kulit berkembang biak.
Bakteri-bakteri yang biasanya tidak hidup di kulit juga dapat berkoloni ketika pertahanan kulit sedang menurun. Organisme lain, seperti organisme ragi dan jamur, juga bisa mengambil keuntungan dari perubahan kulit yang mengalami pyoderma dan membentuk infeksi mereka sendiri (Paterson, 2008).
Pyoderma adalah fenomena infeksi kulit oleh kuman penghasil nanah. Klasifikasi pyoderma tergantung pada etiologi, tempat dalam tubuh, dan kedalamannya di dalam kulit. Kulit anjing yang normal pada awalnya ditempati oleh mikrokokus (dalam bentuk koloni), sedikit difteroid dan clostridia. Kadang-kadang kuman staphylococcus aureus, proteus dan kuman gram negatif sebagai penghuni sementara dari populasi kuman kulit. Hampir selalu terjadi bila ada luka kulit, baik internal maupun eksternal, akan mengusik keseimbangan kuman, hingga staphylococcus aureus atau kuman pathogen lainnya seperti proteus dan pseudomonas berbiak dalam jumlah banyak, hingga terjadi pyoderma (Subronto, 2013).
Pyoderma dapat terjadi karena adanya infeksi dari berbagai macam jenis bakteri. Bakteri yang menyebabkan pyoderma antara lain Staphylococcus intermedius, Staphylo-coccus ureus, Staphylococcus hyicus, Pasteurella multocida, atau Pseudo-monas aeroginosa (Paterson 2008). Selain itu, infeksi kulit ini dapat terjadi sebagai akibat komplikasi dari alergi kulit (alergi kutu, alergi lingkungan, dan alergi makanan), ketidakseimbangan hormon (hipotiroidism, Cushing’s disease), dan kondisi lain yang berkaitan dengan sistem imun (Ward E, 2009).
Patogenesis
Pyoderma adalah infeksi bakteri pada kulit. Ini terjadi ketika pertahanan alami kulit menurun sehingga memungkinkan bakteri kulit berkembang biak. Bakteri-bakteri yang biasanya tidak hidup di kulit juga dapat berkoloni ketika pertahanan kulit sedang menurun. Organisme lain, seperti organisme ragi dan jamur, juga bisa mengambil keuntungan dari perubahan kulit yang mengalami pyoderma dan membentuk infeksi mereka sendiri (Subronto, 2013).
Penyebab pyoderma di bedakan menjadi dua yaitu infeksi primer dan infeksi sekunder. Infeksi sekunder dapat di sebabkan oleh berbagai lesi kulit atau terkait dengan proses penyakit, baik itu sistemik maupun hanya kulit saja. Tempat predileksi terdapat di antara jari-jari kaki, axilla dan selakangan, titik-titik tekanan, cacat anatomic dan perpindahan mukosa dengan kulit.Infeksi kuman di permudah oleh adanya trauma kulit, luka akibat garukan karena gatal(pruritus), luka saat mencukur rambut, kulit kering, ektoparasit, dan perubahan hormonal.Dari kuman-kuman yang di usahakan di temukan dalam pyoderma Staphylococcus aureus merupakan yang tertinggi (Carlotti, 2012).
Gejala Klinis
Gejala klinis yang muncul pada infeksi pyoderma superfisial secara umum adalah terbentuknya pustula pada kulit, merah, bengkak (berisi pus berwarna putih pada bagian tengahnya, gatal, dan kerontokan rambut.Bagian tubuh yang paling sering mengalami pyoderma superfisial biasanya pada bagian leher, kepala, dan proksimal ekstremitas.Sedangkan gejala klinis yang muncul pada deep pyoderma adalah rasa sakit, bau, terdapat eksudat darah dan pus, erythema, kebengkakan, dan ulserasi pada kulit.Infeksi deep pyoderma sering terjadi pada bagian interdigital, hock, dan tungkai bagian lateral (Moriello, 2013).
Gejala klinis untuk impetigo ialah lesi berupa pustule dalam jumlah banyak, terutama daerah yang tidak berbulu.Gejala klinis untuk folikulitis superficial ialah lesi berupa papulae dan berkerak yang jumlahnya banyak, kondisi radang kulit ini lebih berat dari pada impetigo.Pada bagian yang hilang bulunya mungkin timbul hiperpigmentasi, menyebabkan rasa gatal yang sangat yang mungkin hal ini berkaitan dengan hipersensitivitas terhadap kuman, alopesia, eritema, keropeng di bagian bawah tubuh anjing (Martino et al, 2012).
Gejala klinis furunkulosis yaitu ketika folikulitis ini pecah dan kuman menyebar, maka terjadilah furunkulosis, ukuran lesinya pun menjadi lebih besar dan keluar nanah, sering terjadi di daerah moncong anjing. Gejala klinis untuk cellulitis di tandai dengan radang difus, luas di sertai oedem dan kadang juga nanah.
Gejala klinis untuk hidradenitis supuratif berupa radang bernanah dari kelenjar keringat dan lapisan kulit di dekatnya, eritema bernanah, granulomatous di ketiak dan selakangan.Dan pyoderma juvenil memiliki gejala klinis berupa bibir dan kelopak mata bengkak, kelenjar limfe bengkak dan tidak jarang bernanah, cellulitis, folikulitis yang disertai keopeng dan nanah (Kelany dan Husein, 2011).
Diagnosis
Diagnosis pada pyoderma biasanya didasarkan pada anamnesis dan sejarah medis dari hewan tersebut. Selain itu dapat juga dilakukan uji tambahan seperti uji darah, kulturkulit, dan uji sensitivitas terhadap antibiotik serta uji kultur fungi pada kulit.Dapat juga dilakukan pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan laboratorium (Kelany dan Husein, 2011).