Apa yang dimaksud dengan Pioderma?

Pioderma atau Kulit Bernanah

Pioderma atau Kulit Bernanah adalah penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus, beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus. Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah.

Apa yang dimaksud dengan Pioderma ?

Pioderma adalah infeksi kulit (epidermis, dermis dan subkutis) yang disebabkan oleh bakteri gram positif dari golongan Stafilokokus dan Streptokokus. Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, insidennya menduduki peringkat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaaan sosial ekonomi. Penularannya melalui kontak langsung dengan agen penyebab.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

Pasien datang mengeluh adanya koreng atau luka di kulit

  1. Awalnya berbentuk seperti bintil kecil yang gatal, dapat berisi cairan atau nanah dengan dasar dan pinggiran sekitarnya kemerahan. Keluhan ini dapat meluas menjadi bengkak disertai dengan rasa nyeri.
  2. Bintil kemudian pecah dan menjadi keropeng/koreng yang mengering, keras dan sangat lengket.

Faktor risiko:

  1. Higiene yang kurang baik
  2. Defisiensi gizi
  3. Imunodefisiensi (CD4 dan CD8 yang rendah)

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

  • Folikulitis adalah peradangan folikel rambut yang ditandai dengan papul eritema perifolikuler dan rasa gatal atau perih.

  • Furunkel adalah peradangan folikel rambut dan jaringan sekitarnya berupa papul, vesikel atau pustul perifolikuler dengan eritema di sekitarnya dan disertai rasa nyeri.

  • Furunkulosis adalah beberapa furunkel yang tersebar.

  • Karbunkel adalah kumpulan dari beberapa furunkel, ditandai dengan beberapa furunkel yang berkonfluensi membentuk nodus bersupurasi di beberapa puncak.

  • Impetigo krustosa (impetigo contagiosa) adalah peradangan yang memberikan gambaran vesikel yang dengan cepat berubah menjadi pustul dan pecah sehingga menjadi krusta kering kekuningan seperti madu. Predileksi spesifik lesi terdapat di sekitar lubang hidung, mulut, telinga atau anus.

  • Impetigo bulosa adalah peradangan yang memberikan gambaran vesikobulosa dengan lesi bula hipopion (bula berisi pus).

  • Ektima adalah peradangan yang menimbulkan kehilangan jaringan dermis bagian atas (ulkus dangkal).

Pyoderma Faciale
Gambar Pyoderma Faciale

pyoderma gangrenosum
Gambar pyoderma gangrenosum

Pemeriksaan Penunjang

  1. Pemeriksaan dari apusan cairan sekret dari dasar lesi dengan pewarnaan Gram
  2. Pemeriksaan darah rutin kadang-kadang ditemukan leukositosis.

Penegakan diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

  1. Folikulitis
  2. Furunkel
  3. Furunkulosis
  4. Karbunkel
  5. Impetigo bulosa dan krustosa
  6. Ektima

Komplikasi

  1. Erisipelas adalah peradangan epidermis dan dermis yang ditandai dengan infiltrat eritema, edema, berbatas tegas, dan disertai dengan rasa panas dan nyeri. Onset penyakit ini sering didahului dengan gejala prodromal berupa menggigil, panas tinggi, sakit kepala, mual muntah, dan nyeri sendi. Pada pemeriksaan darah rutin dapat dijumpai leukositosis 20.000/mm3 atau lebih.

  2. Selulitis adalah peradangan supuratif yang menyerang subkutis, ditandai dengan peradangan lokal, infiltrate eritema berbatas tidak tegas, disertai dengan rasa nyeri tekan dan gejala prodromal tersebut di atas.

  3. Ulkus

  4. Limfangitis

  5. Limfadenitis supuratif

  6. Bakteremia (sepsis)

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

  1. Terapi suportif dengan menjaga higiene, nutrisiTKTP dan stamina tubuh.

  2. Farmakoterapi dilakukan dengan:
    a. Topikal:

    • Bila banyak pus/krusta, dilakukan kompres terbuka dengan permanganaskalikus (PK) 1/5.000 atau yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali.
    • Bila tidak tertutup pus atau krusta, diberikan salep atau krim asam fusidat 2% atau mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari.

    b. Antibiotik oral dapat diberikan dari salah satu golongan di bawah ini:

    • Penisilin yang resisten terhadap penisilinase, seperti: oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin dan flukloksasilin.

      • Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg/hari, selama 5-7 hari, selama 5-7 hari.
      • Dosis anak: 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis, selama 5-7 hari.
    • Amoksisilin dengan asam klavulanat.

      • Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg
      • Dosis anak: 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, selama 5-7 hari
    • Klindamisin 4 x 150 mg per hari, pada infeksi berat dosisnya 4 x 300-450 mg per hari.

    • Eritromisin: dosis dewasa: 4 x 250-500 mg/hari, anak: 20-50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis, selama 5-7 hari.

    • Sefalosporin, misalnya sefadroksil dengan dosis 2 x 500 mg atau 2 x 1000 mg per hari.

  • Insisi untuk karbunkel yang menjadi abses untuk membersihkan eksudat dan jaringan nekrotik.

Konseling dan Edukasi

Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan penyakit dengan menjaga kebersihan diri dan stamina tubuh.

Kriteria Rujukan

Pasien dirujuk apabila terjadi:

  1. Komplikasi mulai dari selulitis.
  2. Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5-7 hari.
  3. Terdapat penyakit sistemik (gangguan metabolik endokrin dan imunodefisiensi).

Peralatan

Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan Gram

Prognosis

Apabila penyakit tanpa disertai komplikasi, prognosis umumnya bonam, bila dengan komplikasi, prognosis umumnya dubia ad bonam.

Sumber :
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer

Referensi

  1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders Elsevier.
  3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik. Jakarta.

Pyoderma merupakan suatu infeksi bakteri yang dapat terjadi pada berbagai lapisan kulit. Infeksi kulit ini sering terjadi pada anjing dan jarang terjadi pada anjing (Moriello, 2013). Pyoderma ini terjadi ketika pertahanan alami kulit menurun sehingga memungkinkan bakteri kulit berkembang biak.

Bakteri-bakteri yang biasanya tidak hidup di kulit juga dapat berkoloni ketika pertahanan kulit sedang menurun. Organisme lain, seperti organisme ragi dan jamur, juga bisa mengambil keuntungan dari perubahan kulit yang mengalami pyoderma dan membentuk infeksi mereka sendiri (Paterson, 2008).

Pyoderma adalah fenomena infeksi kulit oleh kuman penghasil nanah. Klasifikasi pyoderma tergantung pada etiologi, tempat dalam tubuh, dan kedalamannya di dalam kulit. Kulit anjing yang normal pada awalnya ditempati oleh mikrokokus (dalam bentuk koloni), sedikit difteroid dan clostridia. Kadang-kadang kuman staphylococcus aureus, proteus dan kuman gram negatif sebagai penghuni sementara dari populasi kuman kulit. Hampir selalu terjadi bila ada luka kulit, baik internal maupun eksternal, akan mengusik keseimbangan kuman, hingga staphylococcus aureus atau kuman pathogen lainnya seperti proteus dan pseudomonas berbiak dalam jumlah banyak, hingga terjadi pyoderma (Subronto, 2013).

Pyoderma dapat terjadi karena adanya infeksi dari berbagai macam jenis bakteri. Bakteri yang menyebabkan pyoderma antara lain Staphylococcus intermedius, Staphylo-coccus ureus, Staphylococcus hyicus, Pasteurella multocida, atau Pseudo-monas aeroginosa (Paterson 2008). Selain itu, infeksi kulit ini dapat terjadi sebagai akibat komplikasi dari alergi kulit (alergi kutu, alergi lingkungan, dan alergi makanan), ketidakseimbangan hormon (hipotiroidism, Cushing’s disease), dan kondisi lain yang berkaitan dengan sistem imun (Ward E, 2009).

Patogenesis

Pyoderma adalah infeksi bakteri pada kulit. Ini terjadi ketika pertahanan alami kulit menurun sehingga memungkinkan bakteri kulit berkembang biak. Bakteri-bakteri yang biasanya tidak hidup di kulit juga dapat berkoloni ketika pertahanan kulit sedang menurun. Organisme lain, seperti organisme ragi dan jamur, juga bisa mengambil keuntungan dari perubahan kulit yang mengalami pyoderma dan membentuk infeksi mereka sendiri (Subronto, 2013).

Penyebab pyoderma di bedakan menjadi dua yaitu infeksi primer dan infeksi sekunder. Infeksi sekunder dapat di sebabkan oleh berbagai lesi kulit atau terkait dengan proses penyakit, baik itu sistemik maupun hanya kulit saja. Tempat predileksi terdapat di antara jari-jari kaki, axilla dan selakangan, titik-titik tekanan, cacat anatomic dan perpindahan mukosa dengan kulit.Infeksi kuman di permudah oleh adanya trauma kulit, luka akibat garukan karena gatal(pruritus), luka saat mencukur rambut, kulit kering, ektoparasit, dan perubahan hormonal.Dari kuman-kuman yang di usahakan di temukan dalam pyoderma Staphylococcus aureus merupakan yang tertinggi (Carlotti, 2012).

Gejala Klinis

Gejala klinis yang muncul pada infeksi pyoderma superfisial secara umum adalah terbentuknya pustula pada kulit, merah, bengkak (berisi pus berwarna putih pada bagian tengahnya, gatal, dan kerontokan rambut.Bagian tubuh yang paling sering mengalami pyoderma superfisial biasanya pada bagian leher, kepala, dan proksimal ekstremitas.Sedangkan gejala klinis yang muncul pada deep pyoderma adalah rasa sakit, bau, terdapat eksudat darah dan pus, erythema, kebengkakan, dan ulserasi pada kulit.Infeksi deep pyoderma sering terjadi pada bagian interdigital, hock, dan tungkai bagian lateral (Moriello, 2013).

Gejala klinis untuk impetigo ialah lesi berupa pustule dalam jumlah banyak, terutama daerah yang tidak berbulu.Gejala klinis untuk folikulitis superficial ialah lesi berupa papulae dan berkerak yang jumlahnya banyak, kondisi radang kulit ini lebih berat dari pada impetigo.Pada bagian yang hilang bulunya mungkin timbul hiperpigmentasi, menyebabkan rasa gatal yang sangat yang mungkin hal ini berkaitan dengan hipersensitivitas terhadap kuman, alopesia, eritema, keropeng di bagian bawah tubuh anjing (Martino et al, 2012).

Gejala klinis furunkulosis yaitu ketika folikulitis ini pecah dan kuman menyebar, maka terjadilah furunkulosis, ukuran lesinya pun menjadi lebih besar dan keluar nanah, sering terjadi di daerah moncong anjing. Gejala klinis untuk cellulitis di tandai dengan radang difus, luas di sertai oedem dan kadang juga nanah.

Gejala klinis untuk hidradenitis supuratif berupa radang bernanah dari kelenjar keringat dan lapisan kulit di dekatnya, eritema bernanah, granulomatous di ketiak dan selakangan.Dan pyoderma juvenil memiliki gejala klinis berupa bibir dan kelopak mata bengkak, kelenjar limfe bengkak dan tidak jarang bernanah, cellulitis, folikulitis yang disertai keopeng dan nanah (Kelany dan Husein, 2011).

Diagnosis

Diagnosis pada pyoderma biasanya didasarkan pada anamnesis dan sejarah medis dari hewan tersebut. Selain itu dapat juga dilakukan uji tambahan seperti uji darah, kulturkulit, dan uji sensitivitas terhadap antibiotik serta uji kultur fungi pada kulit.Dapat juga dilakukan pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan laboratorium (Kelany dan Husein, 2011).