Apa yang dimaksud dengan persemaian atau penyemaian?

Penyemaian adalah kegiatan memproses benih menjadi bibit. Sederhananya, penyemaian adalah proses menyemai benih. Teknik semai tidak langsung atau biasa disebut si Anak Magang sebagai “pra semai ” adalah teknik penyemaian dengan perlakuan pendahuluan, atau bahasa kerennya skarifikasi.

Persemaian


persemaian

Penyemaian adalah kegiatan memproses benih menjadi bibit. Sederhananya, penyemaian adalah proses menyemai benih. Persemaian merupakan tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih atau bagian tanaman lain menjadi bibit yang siap di tanam di lapangan. Benih yang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang baik akan menghasilkan bibit yang baik, tetapi benih yang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang kurang sesuai akan menghasilkan bibit yang kurang baik. Bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila teknik persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku.

Dalam mempersiapkan sarana dan prasarana persemaian, ada prinsip-prinsip yang mendasarinya dan harus diperhatikan. Menurut Buku “Prinsip-Prinsip Cerdas Usaha Pembibitan Tanaman Hutan”, prinsip-prinsip dasar tersebut diantaranya :

  • Prinsip 1

    Pembangunan persemaian diawali dengan memilih lokasi persemaian dan merancang tata letak untuk memaksimalkan efisiensi ruang dan efisiensi kerja agar keperluan modal dan tenaga kerja menjadi minimal. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah membersihkan lahan agar tercipta area yang rata, aerasi dan drainase yang lancar, serta pencahayaan sinar matahari yang terkelola sesuai kebutuhan.

  • Prinsip 2

    Air untuk penyiraman bibit harus tersedia sepanjang tahun. Sumber air harus bebas dari bahan pencemar. Peralatan dan teknik penyiraman yang digunakan hendaknya dapat menjamin intensitas dan kuantitas penyiraman yang tepat.

  • Prinsip 3

    Bedeng tabur merupakan tempat tumbuhnya kecambah yang rentan dari kerusakan sehingga bedeng tabur harus memiliki lingkungan yang beraerasi baik, terbebas dari hama penyakit, terjaga kelembapannya, dan tidak terpapar langsung oleh sinar matahari dengan intensitas tinggi.

  • Prinsip 4

    Bedeng sapih merupakan tempat bibit dirawat untuk tumbuh sehat sampai usia siap tanam, sehingga memerlukan pasokan air dan sinar matahari yang cukup. Bedeng sapih harus memungkinkan bibit mendapatkan pilihan tingkat naungan tertentu atau mendapatkan intensitas matahari penuh.

  • Prinsip 5

    Area administrasi hendaknya berada dekat pintu masuk dan dikondisikan agar pekerja maupun konsumen merasa nyaman dan dapat melihat area kerja di mana bibit dibesarkan dan dipelihara.

Persemaian Sementara dan Persemaian Tetap


Pada umumnya persemaian digolongkan menjadi dua jenis atau tipe yaitu persemaian sementara dan persemaian permanen. Persemaian sementara ( Flying nursery ) merupakan jenis persemaian yang berukuran kecil dan terletak di dekat daerah yang akan ditanami. Persemaian sementara ini biasanya dilakukan paling lama lima tahun atau hanya untuk beberapa periode panen. Sedangkan persemaian permanen atau tetap adalah persemaian yang lokasinya menetap di suatu tempat. Persemaian ini biasanya berukuran besar dan untuk melayani areal penanaman yang luas. Persemaian permanen dilakukan untuk memproduksi bibit dalam jangka waktu yang lama.

Persemaian sementara dan persemaian permanen masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian. Persemaian sementara memiliki beberapa keuntungan seperti lokasi persemaian yang dekat dengan lokasi penanaman sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit dan mudah pengurusannya, ongkos pengangkutan bibit relatif murah karena jarak antara lokasi persemaian dan lokasi penanaman dekat. Selain itu, kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena persemaian selalu berpindah tempat setelah tanah menjadi miskin dalam artian lahan yang digunakan untuk persemaian semakin sedikit jumlahnya. Sementara itu, persemaian sementara memiliki kerugian diantaranya lokasi persemaian yang tersebar sehingga pengawasan cukup sulit, biaya pembuatan areal persemaian cukup tinggi karena tersebarnya pekerjaan dengan hasil yang sedikit. Ketrampilan pekerja sulit ditingkatkan karena sering berganti pekerja untuk mengerjakan suatu areal.Selain itu, persemaian sementara seringkali mengalami kegagalan karena tenaga kerja kurang terlatih dan selalu berganti.

persemaian sementara
Gambar 1. Persemaian Sementara

Selain persemaian sementara, persemaian permanen memiliki keuntungan dan kerugian. keuntungan persemaian permanen karena lahan persemaian cukup luas dan menetap, proses penyemaian dapat dikerjakan secara mekanis. Kesuburan tanah dapat dipelohara dengan baik sehingga menghasilkan produktivitas tinggi. Karena jangka waktu lahan persemaian yang lama, tenaga kerja tetap dan terpilih sehingga bibit yang dihasilkan jauh lebih baik. Karena lokasinya menetap dan tidak tersebar, pengawasan dan pemeliharaan bibit menjadi lebih efektif dan efisien dan tenaga kerja yang tetap dan terlatih sehingga dihasilkan produktivitas bibit tinggi, kualitas bibit jauh lebih baik dan pertumbuhannya lebih seragam. Selain memiliki keuntungan, persemaian permanen juga memiliki kerugian diantaranya lokasi persemaian yang jauh dari lokasi penanaman sehingga selama pengangkutan bibit berisiko tinggi mengalami kerusakan. Ongkos pengangkutan bibit relatif mahal dikarenakan jarak antara lokasi persemaian dengan lokasi penanaman jauh. Selain itu, persemaian permanen membutuhkan biaya yang tinggi untuk investasi.

persemaian tetap
Gambar 2. Persemaian Tetap

Skala Pembibitan


Persemaian mempunyai ukuran yang bermacam-macam, mulai dari yang berukuran sangat besar dengan produksi yang dihasilkan mencapai jutaan hingga persemaian skala rumah tangga yang hanya memproduksi beberapa ribu bibit. Skala persemaian mempengaruhi kuantitas produksi, metode produksi, sarana, teknologi, inovasi, kualitas, manajemen, dan sistem penjualannya. Penentuan skala persemaian tergantung oleh banyak pertimbangan terutama pola manajemen, dana, dan orientasi pasarnya. Usaha pembibitan volume besar membutuhkan seorang manajer fulltime, dan pengeluaran modal yang besar, sedangkan usaha pembibitan volume kecil bisa menjadi pekerjaan paruh waktu dan membutuhkan investasi modal yang kecil. Secara umum skala pembibitan kehutanan yang selama ini berkembang dapat dibedakan menjadi 4, yaitu sebagai berikut :

  1. Pembibitan skala kecil.
    Pembibitan yang dilakukan untuk keperluan penanaman pohon sebagai pengisi lahan pertanian, penghijauan perumahan, atau penanaman hutan dalam skala kecil yang jumlah benih kurang dari 10.000 batang pertahun. Pembibitan ini dapat dilakukan di lahan sekktar rumah tanpa membutuhkan infrastruktur yang kompleks. Persemaian ini dapat dilakukan pada lahan dengan luasan kurang dari 0,5 hektar.

  2. Pembibitan skala menengah
    Pembibitan yang dilakukan untuk keperluan program-program pemerintah yang jumlah benih 10.000 – 100.000 batang pertahun

  3. Pembibitan skala besar
    Pembibitan yang dilakukan untuk keperluan pemerintah, program-program pengembangan hutan rakyat dan rehabilitasi hutan dan lahan. Jumlah benih pada pembibitan ini 100.000 – 500.000 batang pertahun.

  4. Pembibitan skala sangat besar
    Pembibitan yang dilakukan untuk keperluan kontrak kerja dengan perusahaan besar yang jumlah benihnya lebih dari 500.000 batang pertahun. Pembibitan ini menggunakan lahan lebih dari 2 hektar dan telah menggunakan teknologi persemaian yang maju dalam operasionalnya.

Lokasi Pembibitan


Lokasi merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dipertimbangkan saat akan mendirikan areal persemaian. Lokasi persemaian sebaiknya dipilih yang strategis dan mudah dicapai baik pada musim kemarau maupun musim penghujan sehingga biaya pengangkutan bibit dapat ditekan. Persemaian dianggap telah memiliki aksesibilitas yang baik apabila lokasi persemaian berada dekat dengan jalan umum dan mobil sekelas truk dapat masuk ke halaman persemaian untuk mengangkut bibit. Luas lokasi juga penting untuk diperhatikan dan disesuaikan dengan jumlah bibit yang akan dihasilkan serta cara pembibitan apakah menggunakan polybag atau polytube.

Pemilihan lokasi persemaian dapat didasarkan pada kedekatan dengan lokasi bahan baku seperti lokasi yang menyediakan tanah subur dan bahan media lainnya seperti pasir, pupuk kandang, dan kompos. Lokasi persemaian yang dekat dengan konsumen juga dapat menjadi pilihan yang baik untuk menghemat pengangkutan bibit dan meminimalkan kerusakan saat transportasi bibit. Dari segi budidaya, lokasi yang baik untuk persemaian adalah lokasi yang mendapatkan sinar matahari penuh sejak pagi hingga sore hari. Walaupun begitu, akan lebih baik jika pada area-area tertentu masih terdapat pohon-pohon yang dapat menyediakan tempat teduh yang nyaman bagi pekerja persemaian. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam menentukan lokasi persemaian adalah tersedianya sumber air untuk kegiatan penyiraman bibit. Sumber air dapat berupa sumur, sungai, atau kolam yang dapat menyediakan air sepanjang tahun. Calon lokasi persemaian hendaknya juga merupakan lahan yang sedikit miring. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya genangan air, banjir, atau erosi berat ketika hujan lebat. Kemiringan lahan sebaiknya kurang dari lima derajat untuk mendapatkan aliran udara dan drainase air permukaan yang optimal.

Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia adalah faktor yang paling penting dan berpengaruh dalam kegiatan penyemaian karena manusia yang disebut tenaga kerja yang mengendalikan proses penyemaian, mulai dari pemilihan lokasi, pemilihan bibit hingga proses menyemai dilakukan oleh manusia. Persemaian hendaknya berada pada lokasi yang memungkinkan untuk dengan mudah mendapatkan tenaga kerja yang andal. Penting memiliki pekerja yang mampu menjaga bibit, bahan, serta peralatan dengan aman dan dalam kondisi yang baik. Oleh karena itu, pekerja yang ideal untuk dipekerjakan hendaknya memiliki ketelatenan, ketelitian, dan kecintaan pada tanaman. Pemahaman tentang prinsip-prinsip persemaian dan terampil dalam menjalankan tugas, jujur, dan bertanggung jawab merupakan karakter penting yang harus dimiliki oleh pekerja agar diperoleh bibit yang berkualitas, pola kerja yang efisien, dan keuntungan yang dapat diprediksi dengan baik.

Pelaksanaan Persemaian


Penanaman di lapangan umumnya dilakukan pada musim hujan sedangkan musim hujan untuk setiap daerah berbeda sehingga permulaan pembuatan persemaian disesuaikan dengan kondisi setempat. Selain itu umur bibit siap tanam dari setiap jenis berbeda-beda, ada yang 5 bulan, 6 bulan bahkan ada yang 12 bulan. Oleh karena itu, permulaan pembuatan persemaian juga disesuaikan dengan jenis bibit yang akan dihasilkan.

Teknik Pembibitan


Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara generatif dan vegetatif. Pengadaan bibit secara generatif yaitu perbanyakan bibit tanaman dilakukan melalui benih, kemudian dikecambahkan pada media tabur selanjutnya disapih pada media sapih sehingga bibit siap tanam dilapangan. Selain itu dapat juga dilakukan dengan menggunakan anakan alam. Pengadaan bibit secara vegetatif yaitu pengadaan bibit dilakukan melalui perbanyakan bagian tanaman induknya, seperti stek dan okulasi.

Pengadaan Bibit secara Generatif

Pembibitan secara generatif dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu berasal dari benih dan cabutan alam. Pengadaan bibit asal benih diperuntukan bagi tanaman hutan yang menghasilkan benih yang dapat disimpan lama (ortodok). Sedangkan teknik cabutan digunakan untuk memperbanyak tanaman yang menghasilkan benih yang tidak bisa disimpan lama (rekalsitran).

A. Pembuatan bibit asal benih

Dalam pembuatan bibit asal benih, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bibit asal benih yaitu teknik penaburan benih dan penyapihan semai.

Teknik Penaburan

  • Skarifikasi
    Sebelum penaburan dilakukan, beberapa jenis benih perlu diberi perlakuan pendahuluan (skarifikasi) terlebih dahulu yaitu perlakuan yang diberikan kepada benih untuk mempercepat mulai berkecambah dan perkecambahan yang serempak. Beberapa cara skarifikasi yang biasa dilakukan : meretakan tempurung benih, merendam benih sampai kulit benih lunak, merendam-jemur sampai kulit benih retak.

  • Teknik penaburan
    Penyiapan media tabur yaitu campuran pasir dan tanah yang disterilkan terlebih dahulu dengan cara dijemur sampai kering dan dicampur nematisida. Penaburan benih yaitu benih ditanam dengan membenamkan 2/3 badan benih kedalam media yang sudah disiram air dengan posisi bagian pangkal dimana tangkai buah melekat dibenamkan. Penempatan bedeng tabur dilakukan pada kondisi ruang atau tempat dengan suhu cukup tinggi (29–32˚C) dan kelembaban tinggi (>75%). Apabila suhu udara terlalu rendah, bedeng/bak tabur ditutup sungkup plastik. Pemeliharaan bedeng tabur dilakukan dengan selalu membersihkan bedeng dari gulma dan disiram setiap hari agar media tidak sampai kering.

  • Teknik penyapihan
    Kegiatan yang dapat dilakukan pada teknik penyapihan meliputi :

    • Penyiapan media dalam polybag
    • Pemindahan semai dari bak /bedeng tabor ke polybag, dengan cara mencungkil media disekitar dan di bawah semai beserta akar-akarnya. semai yang siap disapih adalah yang telah memiliki minimal sepasang daun muda yang telah membuka penuh.

B. Pembuatan bibit asal cabutan anakan alam

Anakan alam yang digunakan sebagai bahan pembuat bibit diambil dari lapangan dengan cara dicabut sehingga sering disebut dengan cabutan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bibit asal cabutan, yaitu :

  • Bahan cabutan berupa anakan alam yang tumbuh di areal tanaman yang memiliki tinggi 10-20 cm atau memiliki 2-3 pasang daun.

  • Anakan sebaiknya dicabut pada musim hujan

  • Untuk mengurangi penguapan dalam perjalanan, bagian akar diberi bahan pelembab seperti lumut, serbuk sabut kelapa atau arang sekam padi basah kemudian dibungkus dengan pelepah pisang atau karung.

  • Sebelum disapih ke dalam polybag, akar dan daunnya dipotong dan disisakan sepertiga bagian.

  • Diletakkan pada tempat yang teduh.

  • Setelah satu minggu, dipindahkan ke bedeng semai yang telah disiapkan dengan naungan 50 %.

  • Setelah berumur 3-4 bulan di persemaian bibit siap ditanam.

Pengadaan Bibit secara Vegetatif

Teknik pengadaan bibit secara vegetatif umumnya digunakan untuk memperbanyak tanaman yang sulit berbuah, musim buah tidak menentu, dan klon-klon unggul hasil pemuliaan maupun seleksi alam.

A. Teknik perakaran stek

Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif untuk ditumbuhkan menjadi tanaman dewasa secara mandiri dan terlepas dari tanaman induknya. Penggolongan stek berdasarkan bahan tanaman terdiri dari: stek pucuk, stek batang, dan stek akar. Faktor yang mempengaruhi perbanyakan stek diantaranya:

Sumber bahan stek

  • Asal bahan stek
    Bahan tanaman yang berasal dari bagian tanaman dekat dengan akar lebih juvenil dari pada bahan tanaman yang berada pada tajuk yang lebih tinggi. (Hartman et al, 1990)

  • Tipe tunas dari bahan stek
    Bahan stek berasal dari batang atau tunas orthotrop dari pohon donor yang berkualitas baik sehingga bibit stek dapat tumbuh tegak dan cepat di lapang.

  • Kebun pangkas
    Untuk menghasilkan bahan stek yang juveni dengan jumlah banyak dan berkesinambungan diperlukan kebun pangkas yang dikelola dengan teknik tertentu (Irsyal & Smits, 1988). Lokasi kebun pangkas sebaiknya dekat atau dalam areal persemaian.

Media

  • Media padat
    Syarat utama media pengakaran harus porus, drainase dan aerasi baik, serta steril. Media pengakaran stek dapat menggunakan pasir, cocopeat, vermikulit (Hartmann at al. 1990)

  • Media cair
    Pembiakan stek juga dapat dilakukan dengan menggunakan media air, yang dikenal dengan sistem water rooting. Sistem ini dikembangkan oleh Wanariset I Samboja (Balai Penelitian Kehutanan Samarinda), Kalimantan Timur untuk jenis-jenisDipterocarpaceae. Untuk memberikan oksigen yang diperlukan dalam proses pembentukan akar ke dalam air digunakan kompresor sebagai sistem aerasinya. Sedangkan bak airnya dapat digunakan bak yang terbuat dari semen.

Kondisi lingkungan

Keberhasilan pembibitan secara vegetatif salah satunya ditentukan oleh kondisi lingkungan / iklim mikro tempat pengakaran stek. Untuk itu pengakaran stek dilakukan pada ruangan (rumah tumbuh atau ruang pengakaran) yang dapat menjaga kondisi lingkungan agar tetap optimal. Ruang pengakaran stek yang secara operasional sudah digunakan oleh beberapa perusahaan dan lembaga penelitian antara lain adalah Rumah Tumbuh ADH-1, Sistem KOFFCO, MS (Model Sungkup).

  • Rumah Tumbuh ADH-1
    Rumah tumbuh ini dikembangkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan (BP2TP) di Kebun Percobaan Nagrak. Model ini merupakan ruang pengakaran stek sistem penyinaran matahari. Rumah Tumbuh ADH-1 memiliki kondisi pada siang hari (jam 08.00 – 16.00) suhu 25˚C – 30˚C, kelembaban nisbi udara 85%-90% dan intensitas cahaya 300 – 10.000 lux (Pramono et.al. 1999).

  • Sistem KOFFCO
    Sistem ini dikembangkan oleh Pusat Litbang Hutan dan Konservasi, terutama digunakan untuk pembibitan jenis-jenis Dipterocarpaceae. Sistem ini memanfaatkan rumah kaca yang dilengkapi dengan sensor pengatur suhu. Pada saat suhu tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan maka akan terjadi pengkabutan secara otomatis. Sistem KOFFCO memiliki suhu < 30˚C , kelembaban > 95% dan intensitas cahaya 5.000 – 20.000 lux (Shakai, et al. 1995).

  • Model Sungkup (MS)
    Model Sungkup (MS) ini dikembangkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hutan Palembang. Untuk pembuatan MS ini diperlukan plastik transparan sebagai sungkup, yang dapat dibuka dan ditutup. Untuk menopang sungkup digunakan rangka kayu atau besi berbentuk persegi setinggi 100 cm (Longman, 1993), atau berbentuk setengah lingkaran setinggi 60 cm (Djam’an et al , 2003).

B. Okulasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan okulasi adalah :

Bahan tanaman

  • Batang pokok (Root stocks ) di dalam polybag

  • Mata tunas yang berasal dari tanaman lain yang sudah diketahui keunggulannya seperti produksi biji yang banyak atau bentuk batang yang baik.

  • Pada metode ini dilakukan beberapa tahapan okulasi yaitu mulai dari penyediaan kemudian. Di lain sisi, disiapkan pula bahan mata tunas

Teknik penempelan okulasi

  • Iris batang pokok (root stock) untuk menyisipkan mata tunas

  • Sisipkan atau tempelkan mata tunas pada root stocks kemudian diikat, bagian atas (pucuk) dari root stock dibiarkan tumbuh.

  • Ada beberapa jenis yang membutuhkan sungkup untuk menjaga kelembaban

  • Beri sungkup untuk setiap tanaman, bisa menggunakan kantong plastik putih transparan agar dapat dikontrol tanpa harus membuka sungkupnya.

Penyapihan dan pemeliharaan okulasi

Setelah beberapa minggu, apabila mata tunas sudah terlihat menempel dengan ditandai pecahnya mata tunas atau paling tidak masih berwarna hijau dan segar maka batang bagian atas dari root stocks dipotong guna memberi kesempatan kepada tunas baru untuk tumbuh sempurna. Apabila mata tunas sudah terlihat tumbuh sempurna sungkup dapat dibuka untuk memberi kesempatan beradaptasi dengan lingkungan. Setelah tunas-tunas baru tumbuh dengan baik dan berkayu, maka tanaman ini sudah siap untuk di tanam di lapangan.

Pemeliharaan Persemaian


Pemeliharaan persemaian terdiri dari beberapa kegiatan :

  1. Penyiraman
    Cara penyiraman yang biasa dikerjakan ialah penyiraman dengan tangan, yaitu menggunakan gembor, dilakukan 2 kali setiap hari, pada pagi hari (sekitar pukul 06-08) dan sore hari (sekitar pukul 15.00-17.00) . Penyiraman harus dilakukan hati-hati, terutama di bedengan/bak untuk menghindari agar kecambah yang masih lemah tidak rusak.

  2. Penyiangan
    Penyiangan ialah menghilangkan rumput atau tumbuh-tumbuhanlain (liar) yang tidak diinginkan tumbuh bersama semai maupun di sela sela polybag. Tujuannya ialah membebaskan semai dari persaingan dengan tumbuhan liar dalam hal memperoleh cahaya, udara, airdan unsur-unsur hara.

  3. Pemupukan
    Pemupukan dilakukan pada umur 1 bulan setelah penyapihan dengan menggunakan pupuk NPK, dan diulang pada umur 2 bulan, dengan dosis 2 gr per bibit.

  4. Pewiwilan
    Pewiwilan dilakukan setelah tinggi bibit minimal 20 cm dengan membuang daun-daun tua, kering, busuk, atau berpenyakit, dan sisakan 3 pasang daun teratas.

  5. Pemotongan
    Pemotongan akar rutin dilakukan agar akar tidak keluar dari polybag dan menembus ke dalam tanah. Pemotongan terakhir minimal 1-2 minggu sebelum bibit didistribusikan.

  6. Jarak
    Jarak antar bibit perlu dijarangkan apabila antar bibit sudah saling bersinggungan atau daunnya saling menutupi.

  7. Penyulaman
    Penyulaman apabila ada bibit yang mati atau hampir seluruh bagian tanaman terserang hama, penyakit.

  8. Pemberantasan hama dan penyakit
    Ulat penggulung daun dapat dikendalikan menggunakan insektisida berbahan aktif permetrin dan BPMC atau insektisda hayati berbahan aktif Bacillus thuringiensis. Kutu putih dapat dikendalikan menggunakan insektisida sistemik yang mengandung senyawa organophospor. Dapat juga menggunakan cuka kayu (wood venegar) yang dicampur dengan insektisida hayati berbahan aktif Bacillus thuringiensi.

Pengangkutan Bibit


Pengangkutan bibit merupakan pekerjaan pemindahan bibit dari persemaian ke lokasi penanaman. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan bibit :

  1. Bibit yang akan diangkut terlebih dahulu harus disiram
  2. Jumlahnya harus sesuai dengan tata waktu penanaman
  3. Pengangkutan hendaknya dilakukan pagi hari atau sore hari
  4. Bila perjalanan terlalu lama agar tetap dijaga kelembabannya
  5. Untuk pengangkutan dalam jumlah banyak dianjurkan memakai rak

Ciri Bibit Yang Baik


Kegiatan terahir dari pembuatan bibit adalah seleksi bibit sebelum diangkut ke lapangan. Seleksi ini bertujuan untuk memilih bibit yang baik dan memenuhi syarat untuk ditanam di lapangan. Ciri bibit yang baik adalah :

  1. Batang kokoh, berkayu berwarna kecoklatan
  2. Batang tunggal, tumbuh tegak, antara diameter dan tinggi tampak seimbang.
  3. Pucuk sehat, daun segar dan tidak terserang hama atau penyakit.
  4. Media porus dan akarnya kuat mengikat media. Jika bibit dicabut dari polybag maka media dan akar akan membentuk gumpalan yang utuh (kompak).
REFERENSI

Kurniaty, Rina dan Danu. 2012. Teknik Persemaian-Balai PenelitianTeknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor : Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.

Pramono, Agus Astho dkk. 2016. Prinsip-Prinsip Cerdas Usaha Pembibitan Tanaman Hutan. Jakarta : Penebar Swadaya.

1 Like