Apa yang dimaksud dengan Perilaku Membolos?

Membolos

Apa yang dimaksud dengan Perilaku Membolos ?

Perilaku membolos dapat dimaksudkan sebagai salah satu bagian dari kenakalan remaja. Masalah ini berkaitan dengan pelanggaran norma hukum dan norma-norma sosial. Dalam hal ini peserta didik yang melakukan pelanggaran terhadap aturan atau norma atau tata tertib yang diterapkan di sekolah.

Perilaku adalah pengaruh hubungan antara organisme dengan lingkungannya terhadap perilaku, intrapsikis yaitu proses-proses dan dinamika mental atau psikologis yang mendasari perilaku. Sedangkan membolos adalah “bentuk perilaku meninggalkan aktivitas yang seharusnya dilakukan dalam waktu tertentu dan tugas atau peranan tertentu tanpa pemberitahuan yang jelas.

Menurut Kun Maryati dan Juju Suryawati menjelaskan bahwa perilaku membolos merupakan salah satu bentuk dari penyimpangan perilaku, penyimpangan itu terjadi karena adanya proses labeling (pemberian julukan, cap, atau merk yang dianggap tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial) yang diterima seseorang yang membuatnya melakukan penyimpangan. Sedangkan menurut Imam musbikin, membolos adalah “pergi meniggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah”.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat diketahui bahwa perilaku membolos adalah tindakan yang dilakukan oleh peserta didik dalam bentuk pelanggaran tata tertib yaitu meninggalkan sekolah pada jam pelajaran berlangsung atau tidak masuk sekolah tanpa izin dari guru dan orang tua bertujuan untuk menghindari jam pelajaran efektif. Membolos sebagai perilaku individu yang absen dari sekolah tanpa izin dan tanpa sepengetahuan dari orang tua, meninggalkan sekolah pada jam sekolah berlangsung dan membolos dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran.

Membolos merupakan tindakan yang tidak baik dan seharusnya tidak dilakukan oleh peserta didik karena membolos merupakan tindakan yang tidak bermoral. Perilaku tidak bermoral adalah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. Perilaku tidak bermoral disebabkan karena ketidak setujuan individu dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Pada peserta didik yang membolos, mereka kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri terhadap tata tertib sekolah. Sehingga mereka melanggar tata tertib yang ada di sekolah, padahal perilaku tersebut tidak sesuai dengan harapan sosial.

Perilaku membolos disebut juga perilaku yang tidak disiplin. Disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok. Disiplin ini digunakan bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berada di sekitar peserta didik. Peserta didik yang membolos merupakan peserta didik yang tidak disiplin karena melanggar peraturan tata tertib sekolah. Perilaku menyimpang seperti membolos merupakan hasil dari pendidikan anak yang diperoleh dari lingkungan dari pada kesalahan bawaan.

Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Membolos


Perilaku membolos peserta didik tidak terjadi begitu saja, tetapi perilaku yang telah membudaya tersebut didukung oleh faktor-faktor yang menguatkan timbulnya perilaku membolos peserta didik, diantaranya karena peserta didik memiliki atau mempunyai kesempatan untuk membolos dari sekolah atau kondisi lingkungan sekitar yang mendukung sehingga perilaku membolos itu sering kali terjadi. Perilaku membolos ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

  1. Faktor pribadi , setiap anak mempunyai kepribadian khusus. Kepribadian ini bisa menjadi sumber munculnya perilaku menyimpang.

  2. Faktor keluarga , keluarga merupakan faktor unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih awal-awal perkembangan yang menjadi landasan perkembangan kepribadian selanjutnya.

  3. Faktor lingkungan masyarakat , pada lingkungan masyarakat inilah remaja dihadapkan berbagai bentuk kenyataan yang ada dalam kehidupan masyarakat yang berbeda-beda, akibatnya remaja terpengaruh dengan adanya yang terjadi dalam masyarakat yang mana kurang landasan agamanya, dan masyarakat yang acuh terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.

  4. Faktor lingkungan sekolah , bisa menyebabkan timbulnya kenakalan remaja, yang mana penyebab terjadinya kenakalan remaja di picu dari adanya pengaruh teman-temannya.

Menurut Prayitno dan Erman Amti, penyebab peserta didik membolos dari sekolah yaitu sebagai berikut:

  • Tak senang dengan sikap dan perilaku guru;
  • Merasa kurang mendapatkan perhatian guru;
  • Merasa dibeda-bedakan oleh guru;
  • Proses belajar mengajar yang membosankan;
  • Merasa gagal dalam belajar;
  • Kurang berminat terhadap mata pelajaran;
  • Terpengaruh oleh teman yang suka membolos;
  • Takut masuk karena tidak membuat tugas.

Menurut M. Surya, kebiasaan membolos dapat bersumber dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, yaitu sebagai berikut:

  1. Secara internal , kebiasaan membolos bersumber dari kondisi di dalam diri peserta didik yang antara lain berkaitan erat dengan faktor kecakapan potensial maupun aktual, kematangan perkembangan, sikap dan kebiasaan, minat, kestabilan emosional, pengalaman, kemandirian, kualitas kepribadian, dan sebagainya.

  2. Faktor eksternal yang mempengaruhi timbulnya kebiasaan membolos dapat bersumber dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan pergaulan sebaya. Faktor keluarga yang menjadi sumber timbulnya kebiasaan membolos, yaitu suasana keluarga yang kurang mendukung, keterbatasan sarana dalam keluarga, kurangnya keharmonisan hubungan dalam keluarga. Lingkungan sekolah yang kurang baik dapat menjadi sumber timbulnya kebiasaan membolos seperti suasana kelas kurang menyenangkan, sikap guru yang kurang baik, hubungan antar peserta didik yang kurang baik, lingkungan sekolah yang kurang baik, materi pelajaran yang kurang menarik.

Berdasarkan beberapa faktor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor dari perilaku membolos yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik bisa berupa karakter peserta didik yang memang suka membolos, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal dari rutinitas-rutinitas yang membosankan di rumah. Sementara faktor eksternal merupakan faktor yang dipengaruhi dari luar diri peserta didik, misalnya kebijakan sekolah yang tidak berdamai dengan kepentingan peserta didik, guru tidak profesional, fasilitas penunjang sekolah yang tidak memadai, dan lain sebagainya.

Jenis-Jenis Perilaku Membolos


Dorothy H. Kalter dalam Kartini Kartono, menjelaskan bahwa terdapat dua jenis perilaku membolos, yaitu:

  1. Anak absen di sekolah tanpa sebab yang sah dan tanpa izin orang tua atau pimpinan sekolah . Mereka pergi sesuka hati tanpa melihat orang tua, tetangga, atau guru dan kepala sekolah. Mereka mungkin meninggalkan pelajaran pada jam sekolah sambil mengeluh bahwa mereka “merasa tidak enak badan” atau bahwa orang tua menyuruh mereka pulang cepat. Karena adanya kemungkinan bahwa orang tua akan diberitahu bila seorang anak meninggalkan sekolah pada waktu jam sekolah, maka si pembolos biasanya tidak masuk sekolah sepanjang hari.

  2. Seorang anak meninggalkan sekolah sepengetahuan dan seizin orang tua . Ini sering kali terjadi dengan anak yang berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah, yang orang tuanya hanya sedikit menghargai pendidikan atau yang ingin anaknya membantu di rumah atau meninggalkan sekolah untuk segera mungkin mencari pekerjaan. Sebagian besar anak putus sekolah berasal dari kelompok ini.

Menurut Kartini Kartono, perilaku membolos yang dilakukan peserta didik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Membolos satu jenis mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran.

    Perilaku membolos satu jenis atau beberapa jenis mata pelajaran dilakukan oleh peserta didik dengan berbagai macam alasan, antara lain: malas, belum membuat tugas atau belum mengerjakan PR pelajaran tersebut, tidak suka pada guru atau pelajarannya.

  2. Membolos seharian.

    Membolos ini adalah jenis perilaku tidak masuk sekolah tanpa alasan yang dapat diterima atau tanpa ada kejelasan.

Upaya Mengatasi Perilaku Membolos Pada Peserta Didik Dengan Pendekatan Konseling Individual


Dalam usaha mencegah terjadinya perilaku menyimpang Syamsul Munir Amin membentuk langkah-langkah positif yang dapat diambil untuk mencegah perilaku menyimpang pada remaja melalui tindakan-tindakan sebagai berikut:

  1. Pendidikan normal dalam program work study , program ini dilancarkan untuk mendorong peserta didik untuk berkarya.

  2. Community planning yaitu perencanaan masyarakat dalam hubungan dengan penampungan kegiatan remaja dalam bentuk organisasi kegiatan sekolah, perkumpulan olah raga, kesenian dan lain sebagainya.

  3. Didirikan perkumpulan remaja atau biro konsultasi dengan tujuan menyadarkan atau mendidik agar mereka mampu menyelesaikan problem yang dihadapi.

  4. Kerjasama antara konselor dengan pihak terkait yang ada disekolah, dengan mengadakan diskusi tentang problem yang terjadi pada peserta didik dalam rangka pencegahan dan penyelesaian.

Azwar (2003) menyebutkan bahwa perilaku adalah reaksi terhadap stimulus yang bersifat sederhana maupun kompleks. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan reaksi seorang individu terhadap adanya stimulus guna mencapai suatu tujuan.

Gunarsa (1981) menyebutkan bahwa perilaku membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Pengertian lain menyebutkan bahwa perilaku membolos dapat diartikan sebagai anak yang tidak masuk sekolah dan anak yang meninggalkan sekolah belum usai tanpa izin (Supriyo, 2008).

Gejala Siswa Membolos

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004) ada beberapa gejala siswa membolos antara lain yaitu :

  • Berhari-hari tidak masuk sekolah

  • Tidak masuk sekolah tanpa izin

  • Sering keluar pada jam pelajaran tertentu

  • Tidak masuk kembali setelah minta izin

  • Masuk sekolah berganti hari

  • Mengajak teman-teman untuk keluar pada mata pelajaran yang tidak disenangi

  • Minta izin keluar dengan berpura-pura sakit atau alasan lainnya

  • Mengirimkan surat izin tidak masuk dengan alsan yang dibuatbuat

  • Tidak masuk kelas lagi setelah jam istirahat

Faktor-faktor Penyebab Siswa Membolos

Perilaku membolos pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Prayitno (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa untuk membolos antara lain yaitu :

  • Tidak senang dengan sikap dan perilaku guru

  • Merasa kurang mendapatkan perhatian dari guru

  • Merasa dibeda-bedakan oleh guru

  • Merasa dipojokkan oleh guru

  • Proses belajar mengajar membosankan

  • Merasa gagal dalam belajar

  • Kurang berminat terhadap pelajaran

  • Terpengaruh oleh teman yang suka membolos

  • Takut masuk karena tidak membuat tugas

  • Tidak membayar kewajiban (SPP) tepat pada waktunya.

Perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa pada dasarnya tidak hanya dilatar belakangi karena faktor sekolah saja tetapi ada faktor lain yang juga menjadi penyebab perilaku membolos. Menurut Supriyo (2008) ada kemungkinan-kemungkinan penyebab dan latar belakang timbulnya kasus ini, antara lain:

  • Orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya

  • Orang tua terlalu memanjakan anaknya

  • Orang tua terlalu buas terhadap anaknya

  • Pengaruh teman

  • Pengaruh mass media (film, wanita.)

  • Anak yang belum sadar tentang kegunaan sekolah

  • Anak yang belum ada tanggung jawab terhadap studinya

Dampak Negatif Perilaku Membolos

Perilaku membolos apabila tidak segera di atasi maka dapat menimbulkan banyak dampak negatif. Supriyo (2008) menyatakan bahwa apabila orang tua tidak mengetahui dapat berakibat anak berkelompok dengan teman yang senasib dan membutuhkan kelompok/ group yang menjurus ke hal-hal yang negatif (gang), peminum, ganja, obat-obat keras, dan lain-lain. Dan akibat yang paling fatal adalah anak akan mengalami gangguan dalam perkembangannya dalam usaha untuk menemukan identitas dirinya (manusia yang bertanggung jawab).

Sementara menurut Prayitno (2004) perilaku membolos dapat menimbulkan beberapa dampak negatif antara lain yaitu:

  • Minat terhadap pelajaran akan semakin berkurang

  • Gagal dalam ujian

  • Hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang dimilki

  • Tidak naik kelas

  • Penguasaan terhadap materi pelajaran tertinggal dari teman-teman lainnya

  • Dikeluarkan dari sekolah

Perilaku membolos adalah tindakan dimana seseorang tidak masuk kerja atau sekolah atau dapat dikatakan ia melarilak atau meloloskan diri yang sebenarnya pada waktu tersebut ia tidak sedang libur. Perilaku tersebut tidak hanya sekedar mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tetapi perilaku tersebut juga tergolong sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja.

Menurut Gunarsa membolos adalah perrgi meninggalkan sekolah tanpa alasan yang tepat pada jam pelajaran dan tidak izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah. Perilaku membolos tidak masuk sekolah tanpa alasan tertentu baik pada saat jam pelajaran sedang berlangsung pada waktu masuk kelas, dan ketika sekolah sedang berlangsung. Membolos merupakan suatu perilaku yang melanggar norma-norma sosial. Karena siswa yang membolos akan cenderung melakukan tindakan negatif, sehingga akan merugikan diri sendiri dan masyarakat sekitar.

Membolos dapat diartikan tidak masuk sekolah tanpa keterangan, tidak masuk ke sekolah selama beberapa hari, dari rumah berangkat tapi tidak sampai ke sekolah, dan meninggalkan sekolah pada jam saat pelajaran berlangsung. Dilihat dari ragam dan volumenya, siswa yang sering bolos ini sangat bervariasi, ada yang bolos hampir setiap hari, ada yang bolos sekali–kali dan ada pula yang bolos hanya pada hari–hari tertentu saja, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang bolos sekolah ialah siswa yang dengan sengaja tidak masuk sekolah, karena tidak mau masuk dengan alasan- alasan tertentu termasuk di dalamnya adalah siswa yang selalu tidak hadir atau absen, baik pada hari–hari tertentu seperti hari-hari pasar, atau pada hari–hari biasa, sering terlambat masuk kelas dan pulang sebelum waktunya.

Perilaku membolos, selain dapat menjadi sumber masalah sosial, perilaku tersebut juga dapat menghambat pencapaian prestasi yang optimal dani siswa. Hal tersebut dikarenakan siswa ketinggalan mata pelajaran, kemungkinan mendapatkan sanksi yang menyebabkan siswa bersangkutan tidak dapat mengikuti ujian atau nilai tidak keluar, serta memboroskan waktu dan biaya. Selain merugikan diri siswa, perilaku membolos pada siswa juga berpengaruh bagi eksistensi sekolah, yaitu meningkatkan perilaku membolos pada siswa akan menyebabkan tingkat kelulusan siswa yang tepat waktu semakin meningkat dan hal tersebut dapat mempengaruhi akreditas.

Perilaku membolos pada siswa dipengaruhi sikap orang tua, teman sebaya, dan aktifitas lain. Sikap orang tua yang tidak tegas, seperti mentolerir anak-anaknya dalam membolos karena diajak pergi dapat menimbulkan preseprsi orang tua mengizinkan mereka membolos asal tidak tahu sering. Membolos juga dapat di pengaruh orang lain, khususnya terbawa teman sebaya yang sudah dahulu membolos.

Hal ini disebabkan siswa yang masih tergolong remaja bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menetukan perilaku remaja. Karena remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok maka, dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan , dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga.

Faktor-Faktor Perilaku Membolos

Perilaku membolos pada siswa juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal seperti problem pribadi. Permasalahan yang dihadapi individu akan menimbulkan ketidaknyamanan diri sehingga mempengaruhi kondisi fisk,psikis dan perilakunya. Dalam kondisi tersebut akan munculnya perilaku irasional , seperti keyakinan bahwa membolos sekolah merupakan hal logis.dan bisa ditolerir. Selain itu permasalahan yang dihadapi individu akan menyebabkan individu lebih sensitif sehingga munculnya perasaan negatif akan lebih besar.

1. Faktor internal

Menurut Gunarsa, sebab anak membolos dan tidak kesekolah dibagi dalam 2 kelompok yaitu:

  • Pada umumnya adan tidak kesekolah karena sakit

  • Ketidakmampuan anak dalam mengikuti pelajaran sekolah

  • Kemampuam intelektual yang tarafnya lebih tinggi dari teman-temannya

  • Dari banyaknya kasus disekolah, ternyata faktor pada anak yait kekurangan motivasi belajar yang jelas mempengaruhi anak.

2. Faktor eksternal

Keadaan Keluarga

Keadaan keluarga tidak selalu memudahkan anak didik dalam menggunakan waktu untuk belajar sekehendak hatinya. Banyak keluarga yang masih memerlukan bantuan anaknya untuk melaksanakan tuga-tugas rumah, bahkan tidak jarang pula terlibat ada anak didik yang membantu orang tua mencari nafkah.

Sikap Orang tua

Sikap orang tua yang masa bodoh terhadap sekolah, yang tentunya kurang membantu mendorong anak untuk hadir kesekolah. Orang tua dengan mudah memberi surat keterangan sakit kesekolah, padahal anak membolos untuk menghindari ulangan.

Lingkungan Sekolah

  • Hubungan anak dengan sekolah dapat dilihat dari anak-anak lain yang menyebabkan ia tidak senang disekolah, lalu membolos

  • Kemungkinan anak memiliki kelainan dengan teman-temannya yang lain seperti cacat.

  • Kemungkinan anak tidak disenangi oleh anak sekelasnya karena termasuk kelompok minoritas atau anak kesayangan gurunya.

  • Anak tidak senang ke sekolah karena tidak senang dengan gurunya

  • Guru mungkin menakutkan bagi siswa

  • Sikap guru yang membeda-bedakan siswa atau menganak emaskan siswanya

  • Sikap guru yang tidak mau menjawab pertanyaan siswanya

  • Ada persoalan atau masalah antara anak didik dan guru.