Apa yang dimaksud dengan Perawatan gigi dengan intervensi minimum?

Minimal intervensi perawatan gigi

Minimal intervensi perawatan gigi pada kedokteran gigi didefinisikan sebagai suatu perawatan terhadap karies dengan mengambil jaringan gigi yang terdemineralisasi saja dan mengarah kepada pemeliharaan sturktur gigi yang sehat sebanyak mungkin.

Perawatan gigi dengan intervensi minimum adalah merupakan suatu filosofi perawatan profesional yang menangani deteksi paling dini yang pertama terjadi dan merawat penyakit sejak dini dalam level mikro, yang diikuti dengan perawatan invasif yang minimum guna memperbaiki kerusakan yang ireversibel yang disebabkan oleh penyakit tersebut.

Konsep perawatan gigi dengan intervensi minimum adalah sebagai berikut :

  • Tegakkan diagnosis karies sedini mungkin
  • Klasifikasi kedalaman karies dan perkembangannya
  • Penilaian risiko karies individual (tinggi, sedang, rendah)
  • Reduksi bakteri kariogenik untuk menghilangkan risiko demineralisasi lebih jauh dan kavitasi dan menghentikan lesi aktif
  • Remineralisasi lesi dini
  • Intervensi bedah minimum pada lesi karies
  • Memperbaiki ketimbang mengganti restorasi yang cacat
  • Menilai hasil manajemen penyakit secara berkala

DIAGNOSIS DINI


Tujuan perawatan gigi dengan intervensi minimum adalah pertama, untuk menghentikan penyakit dan kemudian memulihkan struktur dan fungsi yang hilang. Guna mencapai tujuan ini, diagnosis penyakit yang akurat merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Berdasarkan teori intervensi minimum, karies dimulai karena ada ketidak seimbangan antara remineralisasi dan demineralisasi di permukaan gigi dan kemudian berkembang menjadi lesi awal yang reversibel (belum membentuk kavitas) dan kemudian menjadi lesi ireversibel (terbentuk kavitas). Penting untuk dicatat bahwa aktivitas karies tidak bisa ditentukan pada satu tingkatan saja, melainkan harus dimonitor secara berkala dengan membuat radiograf dan pemeriksaan klinis. Perkembangan teknologi mutakhir seperti metode konduksi elektrik, fluoresensi laser kuantitatif, fluoresensi laser, tuned aperture computed tomography, dan tomografi koherensi optikal dapat membantu mendiagnosis lesi lebih dini. Untuk diagnosis lengkap bersama deteksi lesi karies, harus pula dinilai aktivitas karies yang mungkin malah lebih penting.

KLASIFIKASI KARIES BERDASARKAN LOKASI DAN UKURAN LESI


Mengingat pentingnya lokasi dan ukuran lesi karies dalam perawatan, Mount dan rekan membuat klasifikasi karies dental yang baru dengan menggabungkan faktor lokasi dan ukuran lesi. Landasan sistem klasifikasi yang ditawarkan Mount dan Hume adalah bahwa klasifikasi ini hanya penting untuk membuat jalan masuk ke dalam lesi dan membuang daerah yang terinfeksi dan rusak hingga mencapai daerah yang tidak mungkin terjadi remineralisasi.

Pertama, lesi diklasifikasi berdasarkan lokasinya:

  • Lokasi 1: Pit dan fisur
  • Lokasi 2: Daerah kontak antara 2 gigi
  • Lokasi 3: Daerah servikal yang bersentuhan dengan jaringan gingiva.

Kedua, klasifikasi mengidentifikasikan lesi karies berdasarkan ukurannya yang beragam:

  • Ukuran 0: Lesi karies tanpa kavitasi; lesi ini dapat diremineralisasi.
  • Ukuran 1: Kavitas kecil, dapat disembuhkan dengan remineralisasi.
  • Ukuran 2: Kavitasi moderat tidak meluas sampai ke kuspa
  • Ukuran 3: Kavitasi yang meluas dengan sedikitnya satu kuspa yang tidak terdukung dentin dan butuh perlindungan dari beban oklusal.
  • Ukuran 4: Karies yang luas dengan setidaknya satu kuspa atau tepi insisal hilang.

Perbedaan antara klasifikasi karies GV Black dan G Mount

Klasifikasi GV Black

  • Syarat spesifik untuk disain preparasi amalgam.
  • Desain preparasi tidak membatasi perluasan karies aktif sampai berbagai jaringan gigi

Klasifikasi MI dari G Mount (1997)

  • Rekomendasi langsung untuk perawatan tepat berdasarkan kode klasifikasi.
  • Mempertimbangkan lokasi dan ukuran lesi karies

Klasifikasi ini menunjukkan perbedaan perkembangan karies di lokasi dan ukuran karies yang berbeda yang membantu menentukan perawatan lesi karies baru utamanya untuk tujuan pemantauan dan intervensi.

Prosedur invasif minimum mengharuskan untuk “membiarkan groove tetap utuh walaupun di permukaan terlihat ada noda, kecuali jika terdapat karies di permukaan tersebut”. Jika groove utuh, groove dapat dilapisi/ditutup di akhir prosedur… Untuk perawatan karies proksimal, dapat dibuat preparasi konservatif “slot” daripada memilih desain yang ditawarkan Black.

Gigi yang kuspanya harus diganti, dapat direstorasi menggunakan restorasi komposit indirek atau restorasi porselen. Restorasi estetik indirek yang besar ini dapat dipreparasi dengan kerusakan struktur gigi sehat yang minim. Restorasi ini dapat dibuat baik dengan menggunakan teknik laboratorium indirek maupun dengan desain yang dibantu oleh komputer (computer-aided design) dan pembuatannya juga dibantu oleh komputer (computer-assisted manufacturing) (CAD/CAM).

Filosofi dari intervensi bedah minimuml juga melibatkan prosedur estetik anterior (misalnya penutupan diastema) dan bukan dengan melakukan preparasi gigi sacara agresif untuk laminasi dengan porselen atau mahkota penuh porselen.

PENILAIAN RISIKO KARIES


Penilaian risiko karies masing-masing individu adalah salah satu alat penting yang membantu peklinik membuat rencana perawatan untuk masing-masing individu. Pada penilaian risiko karies ini, anak-anak/pasien dengan risiko karies gigi tinggi diidentifikasi, yang tentu saja memerlukan perawatan gigi lebih banyak dibandingkan dengan individu dengan risiko karies rendah atau moderat.

Sambil menilai risiko karies masing-masing individu, peklinik seyogyanya mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang berkontribusi pada penyakit dental.

Faktor berikut umumnya ditemukan pada pasien dengan risiko karies tinggi:

  • Status higiene mulut
    • Higiene mulut buruk
    • Pasta gigi nonfluor
    • Tidak sering membersihkan gigi
    • Perawatan ortodonsia
    • Protesa sebagian
  • Riwayat dental
    • Riwayat restorasi yang banyak
    • Frekuensi penggantian restorasi
  • Faktor medis
    • Pengobatan yang menyebabkan xerostomia
    • Gastric reflux
    • Obat yang mengandung gula
    • Sindrom Sjogren
  • Faktor kebiasaan
    • Minumsusu dari botol di malam hari
    • Kelainan pola makan
    • Frekuensi asupan makanan ringan
    • Lebih banyak mengkonsumsi makanan lengket
  • Faktor sosioekonomi
    • Pendidikan rendah
    • Kemiskinan
    • Tidak ada suplemen fluor

MENURUNKAN RISIKO DEMINERALISASI LEBIH LANJUT DAN MENHENTIKAN LESI AKTIF

Dalam perawatan gigi dengan invasi minimum, harus digunakan bahan kimia atau medikamen lain yang dapat mengurangi laju perkembangan demineralisasi gigi. Bahan-bahan ini dapat juga membantu remineralisasi dentin yang terpajan karies ( affected dentin ) dan tidak membuangnya, setelah dentin terinfeksi ( infected dentin ) dibuang. Aplikasi fluor juga ternyata mampu menghentikan lesi karies yang ada.

REMINERALISASI LESI AWAL DAN MENGURANGI BAKTERI KARIOGENIK

Karies gigi berkembang melalui serangkaian siklus demineralisasi dan remineralisasi bergantung pada lingkungan mikronya. Ketika pH lebih rendah dari 5.5, terjadilah demineralisasi. Dalam lingkungan netral hidroksiapatit dari email berada dalam keseimbangan dengan saliva yang jenuh dengan ion kalsium dan fosfat. Pada pH 5.5 atau pH di bawahnya, ion H+ yang diproduksi oleh metabolit bakteri akan bereaksi terutama dengan gugus fosfat dari kristal email, dan akan mengubah ion PO₄²¯ menjadi ion (HPO₄)²¯. Jika ion ini sudah terbentuk tidak dapat lagi membentuk kisi-kisi kristal; dan pada saat yang sama ion H+ didaparkan ( buffered ). Hal ini menyebabkan pelarutan email, disebut dimineralisasi, yang menandai dimulainya karies email dini.

Remineralisasi didefinisikan rebagai redeposisi mineral yang hilang dari email, dan istilah ini telah digunakan sebagai sinonim untuk perbaikan email atau pengerasan kembali email.

Indikasi

  • Terapi pencegahan tambahan untuk mengurangi karies pada pasien risiko karies tinggi
  • Untuk memperbaiki email pada kasus lesi bercak putih
  • Mengurangi erosi dental pada pasien dengan reflux gastric atau kelainan lain.
  • Untuk mengurangi dekalsifikasi pada pasien ortodonsia sebelum dan setelah pemutihan gigi.
  • Desensitisasi gigi sensitif.

Gambar. Faktor yang memengaruhi remineralisasi dan demineraisasi gigi

Setiap terapi remineralisasi harus mengikuti dua prinsip dasar berikut ini:

  1. Biofilm dental, faktor penting yang menentukan terbentuknya lesi karies, harus dikontrol dengan menyikat gigi.
  2. Fluor harus digunakan baik untuk menghentikan lesi yang telah ada maupun untuk menghentikan perkembangan lesi baru

Kebutuhan Material Remineralisasi yang Ideal

  • Harus dapat berdifusi ke dalam daerah sub permukaan atau melepas kalsium dan fosfat ke dalam daerah sub permukaan
  • Harus mampu bekerja dalam situasi pH asam.
  • Harus efektif pada pasien yang menderita xerostomia
  • Tidak mengeluarkan kalsium berlebihan
  • TIdak mendukung pembentukan kalkulus
  • Meningkatkan sifat remineralisasi saliva

Pada lesi yang belum menjadi kavitas, selalu harus dicoba untuk meremineralisasi, yakni dengan cara -

  • Menurunkan frekuensi asupan karbohidrat terolah ( refined carbohudrate )
  • Melakukan cara pengontrolan plak yang benar
  • Memastikan bahwa aliran saliva mencapai level optimum
  • Mengedukasi pasien
  • Mengaplikasikan klorheksidin sebagai suatu antimikroba yang bertindak sebagai faktor yang mengurangi jumlah bakteri kariogenik
  • Mengaplikasikan fluor secara topikal.

Berbagai Macam Agen Remineralisasi

Fluor

Telah diketahui sejak tahun 1980-an bahwa karies yang dikontrol oleh fluor didominasi melalui efek topikalnya, bukan efek sistemiknya. Terdapat empat mekanisme bagaimana fluor meningkatkan resistensi gigi terhadap karies. Keempat mekanisme itu adalah peningkatan resistensi email, peningkatan kecepatan maturasi gigi, remineralisasi karies insipien, melawan mikro organism, dan meperbaiki morfologi gigi

Email akan larut dengan menurunnya pH plak gigi karena terbentuknya asam setiap kali gula dicerna. Namun, jika terdapat fluor dalam cairan biofilm, dan pH tidak lebih rendah dari pH kritis, hidroksiapatit (HA) akan larut dan pada saat bersamaan terbentuk fluorapatit. Efek fluor yang tidak langsung ini akan mengurangi demineralisasi email ketika tingkat pH menurun, dilengkapi oleh efek alamiahnya dalam remineralisasi.

Fluor menghalangi aktivitas bakteri. Dalam lingkungan asam, fluor berkombinasi dengan hidrogen untuk membentuk HF yang akan berdifusi ke dalam sel bakteri. Di dalam sel bakteri, HF terpecah dan melepas ion fluor yang mengganggu aktivitas enzim yang sangat penting dari bakteri. Apalagi, senyawa fluor bisa bertindak sebagai tempat penyimpanan ( reservoir ) fluor setelah gigi diberi aplikasi fluor melalui pasta gigi, varnis, atau material restorasi, yang kemudian akan dilepaskan ke dalam saliva sepanjang waktu.

Hadirnya fluor meningkatkan serapan ion kalsium dan fosfat dan membuat gigi lebih resisten tehadap demineralisasi. Hal ini tampak dalam berbagai penelitian yang mengungkapkan bahwa lesi yang belum menjadi kavitas masih bersifat reversibel (dapat diperbaiki). Namun, begitu kavitasi terjadi, pembuangan jaringan karies dan kemudian melakukan restorasinya merupakan indikasi.

Alasan mencari alternatif fluor

  • Fluor sangat efektif di karies permukaan halus; efek ini tampaknya lebih terbatas pada karies pit dan fisur
  • Strategi memberikan fluor yang banyak tidak bisa dilaksanakan. Hal ini dilakukan guna menghindari kemungkinan timbulnya efek yang membahayakan, misalnya fluorosis, akibat terlalu terpajan pada fluor
  • Meskipun senyawa fluor tidak memberikan masalah bila digunakan dengan tepat, tetapi ada di bagian lain di dunia yang menyarankan pembatasan penggunaan fluor

Semua keterbatasan ini mendorong peneliti untuk mencari alternatif agen remineralisasi yang tidak mengandung fluor.

Kaca Bioaktif – NovaMin

Kaca bioaktif (Bioglass) diciptakan oleh Dr. Larry Hench di tahun 1960an. Bioglass mengandung fosfosilikat natrium kalsium. NovaMin adalah nama dagang untuk kaca bioaktif. Secara teknis, NovaMin digambarkan sebagai suatu material anorganik FSKN (fosfosilikat kalsium natrium –CSPS/ calcium sodium phosphosilicate ) yang amorf.

Ketika berkontak dengan air, NovaMin melepas ion kalsium dan ion fosfat aktif yang menyebabkan remineralisasi. Natrium di dalam NovaMin meningkatkan pH rongga mulut yang selanjutnya akan meningkatkan remineralisasi, karena pengendapan kristal biasanya terjadi pada gigi dengan pH 7.

Recaldent (CPP-ACP)

CPP-ACP adalah akronim untuk suatu casein phosphopeptides dan ammorphous calcium phosphate yang kompleks. CPP adalah kelompok peptid yang berasal dari kasein. Kasein adalah bagian protein yang secara alamiah terkandung dalam susu, dan bertanggungjawab atas ketersediaan Ca²+ tinggi dalam susu. Dalam kondisi normal, kalsium fosfat membentuk struktur kristal pada pH netral dan dengan demikian menjadi tak larut. Namun CPP menahan kalsium dan fosfor dalam bentuk ion (keadaan amorf). Dalam kondisi ini, ion kalsium dan ion fosfat dapat memasuki email dan dengan demikian akan mendorong remineralisasi email gigi.

Mekanisme antikariogenik yang dilakukan oleh CPP-ACP diduga adalah bahwa agen ini melokalisasikan ACP di plak dental, yang mendaparkan aktivitas ion kalsium ion fosfat yang bebas, dan dengan demikian membantu mempertahankan keadaan supersaturasi dengan menekan demineralisasi dan mendorong remineralisasi.

CPP menghambat perlekatan bakteri oral ke lapisan hidroksiapatit yang diselaputi oleh saliva (S-HA). CPP dapat bergabung ke dalam pelikel guna pertukaran albumin sehingga menghambat perlekatan Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus , yang akan menetralkan serta akan meningkatkan remineralisasi.

Teknologi CPP-ACP telah dijadikan merk dagang yang namanya RECALDENTTM. Produk ini tersedia dalam bentuk permen karet. Akhir-akhir ini, krim berbahan dasar air dan bebas gula yang mengandung RecaldentTM telah tersedia dengan nama GC tooth mousse

Tri-Calcium Phosphat (TCP) (Clinpro Tooth Crème)

TCP adalah material hibrid baru yang dibuat dengan milling technique yang mecampurkan trikalsium fosfat beta dan natrium lauril sulfat atau asam fumarat. Campuran ini menghasilkan kalsium “yang berfungsi” dan fosfat yang “bebas”, untuk meningkatkan efisiensi remineralisasi fluor. Bila digunakan dalam formula pasta gigi, terbentuklah suatu barier protektif di sekeliling kalsium, yang memungkinkannya bekerja sama dengan ion fluor. Ketika TCP berkontak dengan saliva, barier pelindung itu pecah sehingga ion kalsium, fosfat, dan fluor bisa mencapai gigi. Fluor dan kalsium kemudian bereaksi dengan email yang telah melemah sehingga menjadi benih bagi pertumbuhan mineralisasi yang meningkat selain dilakukan oleh fluor sendiri.

Teknologi ACP (Enamelon, Enamel Care)

Teknologi ACP membutuhkan sistem dua fase untuk menjaga agar komponen kalsium dan fosfor tidak saling bereaksi sebelum digunakan. Sumber kalsium dan fosfor terkini adalah garam-garam kalsium sulfat dan dikalium fosfat. Ketika kedua garam itu dircampurkan, terbentuklah ACP secara cepat yang dapat mengendap ke permukaan gigi. Endapan ACP dapat dengan mudah larut ke dalam saliva sehingga memudahkan remineralisasi gigi.

Substitusi Gula – Xylitol

Xylitol merupakan suatu gula alkohol yang telah terbukti memiliki efek nonkariogenik serta kariostatik. Sumbernya adalah buah-buahan, buah beri, jamur, daun selada, hardwood, dan corn on the cob . Xylitol menyebabkan:

  • Penurunan pembentukan plak dental
  • Netralisasi asam plak dengan menurunkan produksi asam laktat
  • Penurunan level Streptococcus mutans
  • Penurunan kavitas sampai dengan 80%
  • Remineralisasi email gigi.

Isomalt adalah pemanis nonkariogenik yang banyak digunakan sebagai pengganti gula. Sorbitol adalah pengganti gula lain yang digunakan sebagai pemanis buatan.

Ekstrak Biji Anggur

Ekstrak biji anggur (GSE) memiliki kandungan PA tinggi. Matriks kolagen yang diolah dengan PA bersifat nontoksik dan menghambat aktivitas enzimatik glukosil transferase, F-ATPase, dan amylase. Penghambatan glukosil transferas oleh PA pada akhirnya akan menghambat karies.

Calcium Carbonate Carrier – SensiStat

Teknologi SensiStat dikembangkan oleh Dr. Israel Kleinberg dari New York. SensiStat dibuat dari arginin bikarbonat, suatu kompleks asam amino, dan kalsium karbonat. Kompleks arginin berperan dalam menahan partikel kalsium karbonat di permukaan gigi dan membiarkan kalsium karbonat larut perlahan dan melepas kalsium yang dibutuhkan untuk remineralisasi permukaan gigi.

Ozone

Ozon adalah senyawa kimiawi yang terdiri dari tiga atom oksigen (O₃, oksigen triatomik). Terapi ozon juga diduga dapat menstimulasi remineralisasi karies insipien setelah terapi selama 6-8 minggu.

INTERVENSI MINIMUM LESI YANG TELAH MEMBENTUK KAVITAS


Struktur gigi asli harus sebisa mungkin dipertahankan, baik dalam perawatan lesi karies kecil maupun besar. Desain preparasi gigi dan pemilihan material dental bergantung pada beban oklusal dan faktor penyebab keausan. Kini, klasifikasi desain preparasi gigi lebih mengikuti desain preparasi yang ditawarkan oleh Mount dan Hume dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh GV Black. Dahulu, preparasi gigi dilakukan ketika karies didiagnosis dalam keadaan sudah lanjut dan bukan pada saat lesi awal yang umumnya saat ini terdeteksi. Apalagi, dahulu pilihan material restorasinya adalah amalgam, yang kini telah digantikan oleh material adhesif. Faktor lainnya adalah instrumentasi. Jika dahulu instrumen yang digunakan adalah instrumen putar kecepatan rendah dan instrumen genggam, kini instrumen yang digunakan adalah alat putar kecepatan tinggi, desain bur yang dimodifikasi, dan teknik lain yang pengambilan struktur giginya minimal.

Material Dental untuk Penanganan Invasi Minimum

Dengan diiperkenalkannya material adhesif, material ini memainkan peranan penting dalam perawatan gigi dengan intervensi minimum. Penyebabnya adalah karena material ini tidak memerlukan bentuk retensi mekanik. Material restorasi adhesif tersebut adalah semen ionomer kaca (SIK), komposit berbasin resin, agen adhesif dentin, dan kobinasi komposit dan SIK.

Semen Ionomer Kaca

Semen ionomer kaca (SIK) memiliki berbagai keunggulan seperti adhesi kimiawi ke struktur gigi, estetika nya baik, dan bersifat antikariogenik. Keungulan lainnya adalah bersifat “ rechargeable ” pada saat semen sudah mengeras. Ini berarti material ini dapat menyerap fluor dari lingkungan sekitar, yang berasal dari keterpajanan pada fluor dan dari fluor pasta gigi. Kelemahan semen ionomer kaca adalah sifatnya yang technique sensitive . Akhir-akhir in diperkenalkan semen ionomer kaca modifikasi resin (SIKMR) yang lebih mudah digunakan, dipolimerisasi dengan sinar dan memiliki kualitas estetik yang lebih baik.

Komposit Resin

Material ini menunjukkan daya ikat yang efektif dengan email dan dentin. Dalam hal ini, preparasi gigi didesain untuk mempertahankan struktur gigi semaksimal-maksimalnya karena material ini beradhesi pada gigi melalui retensi mikromekanik yang diperoleh melalui pengetsaan email dan dentin serta pembentukan lapisan hibrid. Komposit berbasis resin flowable yang lebih baru memiliki viskositas rendah dan umumnya digunakan untuk preparasi resin preventif yang lebih kecil, serta untuk preparasi kelas V.

Pilihan Perawatan Invasi Minimum untuk Lesi yang Telah Menjadi Kavitas

Teknik Restorasi Nir-trauma

Teknik restorasi nir-trauma/TRT ( atraumatic restorative treatment /ART) dimulai pada pertengahan 1980-an di Zimbabwe dan Tanzania karena adanya kebutuhan untuk perawatan dasar bagi gigi karies di komunitas dengan sumber daya terbatas. Di sini, ekskavasi karies dilakukan dengan menggunakan instrumen genggam kemudian gigi direstorasi dengan material adhesif semen ionomer kaca.

Teknik Sandwich

Teknik ini diperkenalkan oleh McLean pada tahun 1985. Teknik ini menggunakan keunggulan sifat fisik SIK dan resin komposit. Teknik ini sangat berguna khususnya pada kasus yang sangat mementingkan kekuatan dan estetika. Pertama-tama gigi direstorasi dengan SIK karena sifat adhesi kimiawinya pada dentin dan pelepasan fluornya. Di atasnya, tumpatkan resin komposit sehingga ketahanan oklusal terhadap keausan dan estetikanya menjadi lebih baik.

Resin komposit beradhesi secara mikromekanik dengan ionomer kaca yang telah mengeras dan secara kimiawi dengan hidroksietilmetakrilat dari ionomer kaca modifikasi resin. Jika restorasi diletakkan di atas ionomer kaca konvensional, maka ionomer kaca dan email dietsa dahulu sebelum meletakkan agen adhesif ( bonding agent ) dan komposit resin. Tetapi, jika komposit diletakkan di atas ionomer kaca modifikasi resin, maka tidak diharuskan mengetsa SIKMR, karena adanya ikatan kimiawi HEMA.

Pembuangan Karies secara Khemomekanis

Pembuangan karies secara kemomekanis melibatkan pembuangan karies dentin secara selektif. Reagen yang umumnya tersedia di pasaran adalah Caridex dan Carisolv.

Caridex terdiri atas dua senyawa, yaitu senyawa I yang berisi natrium hipoklorit dan senyawa II berisi glisin, asam aminobutirat, natrium klorida, dan natrium hidroksida.

Kedua larutan itu dicampurkan segera sebelum digunakan. Larutan tersebut diaplikasikan pada lesi karies dengan menggunakan aplikator hingga dentin sehat terlihat. Carisolv tersedia dalam dua semprit, satu berisi natrium hipoklorit dan yang lainnya gel kental berwarna merah muda yang mengandung lisin, leusin, asam amino, asam glutamat, bersama karboksimetilsellulose untuk membuatnya kental dan eritrosin untuk memudahkan dilihat.

Isi kedua semprit dicampurkan segera sebelum digunakan. Gel diaplikasikan pada lesi karies dengan instrumen genggam dan setelah 30 detik, dentin karies bisa diangkat dengan hati-hati.

Material Penupat Pit dan Fisur serta Restorasi Resin Preventif

Untuk permukaan oklusal, preparasi dengan intervensi minmum meliputi penumpatan dengan material penmpat pit dan fisur ( pit and fissure sealant dan restorasi resin preventif. Penumpat fisur adalah material yang dimasukkan ke dalam pit dan fisur guna mencegah atau menghentikan perkembangan karies. Akumulasi plak dan kerentanan terhadap karies paling banyak terjadi selama erupsi gigi dan pit dan fisur yang dalam sangat rentan terhadap serangan karies. Karena itu, penumpat fisur harus diberikan segera setelah erupsi gigi.

Material yang digunakan sebagai penumpat pit dan fisur adalah resin komposit, semen ionomer kaca, kompomer, dan material penumpat yang melepas fluor.

Restorasi resin preventif ditumpatkan di gigi dengan pertimbangan bahwa penempatan resin akan mengisolasi lesi karies dari biofilm permukaan. Tetapi penggunaannya harus terbatas pada fisur yang lesinya hanya mengenai email sedangkan lesi dentin jangan direstorasi dengan teknik invasi minimum.

Preparasi Terowongan, Boks dan Slot

Untuk lesi proksimal, disain preparasi yang dimodifikasi termasuk terowongan, boks, dan preparasi slot .

Preparasi slot dan terowongan adalah preparasi konservatif; preparasi slot diindikasikan untuk lesi yang kurang dari 2.5 mm dari marjin sedangkan bila lesi terletak 2.5 mm lebih jauh dari lingir tepi ( marginal ridge ) diindikasikan untuk preparasi terowongan.

Pada preparasi terowongan, akses ke lesi karies dibuat dari permukaan oklusal, sambil mempertahankan lingir tepi. Titik awal untuk preparasi ini tidak boleh berada di bawah beban oklusal. Untuk preparasinya, gunakan bur tirus kecil dengan shank panjang yang diarahkan ke lesi, dan preparasi diselesaikan menggunakan bur bulat kecil dan instrumen genggam.

Untuk preparasi terowongan, lingir tepi dan email permukaan proksimal tetap dipertahankan, sedangkan pada preparasi boks dan slot, lingir tepi dihilangkan tetapi preparasinya tidak melibatkan pit dan fisur oklusal jika di daerah ini tidak ada karies yang harus dibuang.

Preparasi Gigi menggunakan Abrasi Udara

Pada teknik ini, energi kinetik digunakan untuk membuang lesi karies. Di sini, arus yang kuat dari partikel aluminum oksida yang halus diarahkan ke permukaan gigi yang akan dibersihkan. Partikel abrasif mengenai gigi dengan kecepatan tinggi sehingga sebagian kecil struktur gigi tergerus. Ukuran partikel yang biasa digunakan berdiameter 27 atau 50 mikrometer. Kecepatan partikel abrasi ketika mengenai target bergantung pada tekanan udara, ukuran partikel, aliran bubuk, diameter mulut pipa, sudut pada ujung pipa dan jarak ujung pipa dengan gigi. Biasanya jarak dengan gigi berkisar antara 0.5 s/d 2 mm. Bila jarak bertambah, efisiensi pemotongan berkurang. Keuntungan tambahan menggunakan abrasi udara adalah membulatnya kontur internal jika dibandingkan dengan hasil yang dipreparasi dengan henpis dan bur lurus. Abrasi udara tidak diindikasikan pada pasien dengan alergi debu, asma, penyakit paru obstruktif kronis, luka terbuka, penyakit periodontium lanjut, ekstraksi yang baru dilakukan, dan pemasangan alat ortodonsia.

Preparasi Gigi Menggunakan Laser

Umumnya, laser yang digunakan untuk preparasi gigi adalah laser erbium: yttrium-aluminum-garnet dan erbium , laser chromium : yttrium-scandium-gallium-garnet . Laser-laser ini dapat membuang karies yang lunak serta jaringan keras. Laser terbukti membuang karies secara selektif dan sambil meninggalkan email dan dentin utuh. Laser dapat digunakan tanpa aplikasi anestetik lokal. Keunggulan lainnya adalah tidak adanya getaran, sedikit suara, tidak berbau, dan preparasi giginya hampir sama dengan gigi yang dipreparasi degan teknik abrasi udara.

PERBAIKAN DAN BUKAN PENGGANTIAN RESTORASI


Restorasi lama diganti dan bukannya diperbaiki ketika terlihat adanya karies sekunder, restorasi fraktur, atau kegagalan restorasi sebelumnya. Tetapi ternyata bahwa jika diindikasikan, memperbaiki restorasi cacat adalah pilihan yang lebih konservatif dibandingkan dengan menggantinya dengan restorasi baru. Pilihan untuk lebih baik memperbaiki daripada mengganti restorasi harus didasarkan pada risiko perkembangan karies pasien, penilaian professonal tentang keuntungan vs risiko, serta prinsip-prinsip koservatif dalam preparasi gigi.

Faktor yang Harus Dipertimbangkan saat Merawat Restorasi Lama

Dalam merawat restorasi lama, harus dipertimbangkan pilihan berikut sebelum melakukan penggantian:

  • Membuat kontur ulang dan/atau memoles
  • Menutup marjin
  • Memperbaiki kerusakan lokal
  • Mengganti restorasi

Indikasi

Restorasi diindikasikan untuk diganti jika terjadi hal-hal berikut:

  • Karies sekunder yang tidak dapat dihilangkan selama prosedur reparasi
  • Kebutuhan estetika
  • Adanya patologi pulpa
  • Restorasi fraktur.

KONTROL PENYAKIT


Sebagaimana diketahui, karies dental adalah suatu penyakit infeksi. Berbagai usaha yang harus dilakukan untuk menurunkan insidens karies adalah identifikasi dan pemantauan bakteri. analisis dan modifikasi diet, dan penggunaan fluor topikal serta agen antimikroba. Untuk kontrol karies, vaksin karies dan terapi penggantian bakteri juga dapat dilakukan

Terapi Pulpa Vital

Pada perawatan dengan intervensi minimum untuk lesi karies dalam, diindikasikan terapi pulpa vital, yang melibatkan remineralisasi bertahap (stepwise remineralization ) dengan menggunakan material dental yang biokompatibel. Sebelum memulai perawatan, peklinik harus menentukan luasnya kerusakan dan bisa tidaknya dilakukan terapi pulpa vital. Hanya sedikit email di bagian marjin yang dihilangkan untuk memperoleh akses ke lesi karies dan membuang dentin terinfeksi.

Referensi
  1. Azarpazhooh A, Limeback H. Clinical efficacy of casein derivatives. A systematic review of the literature. J Am Dent Assoc. 2008;139:915-24.
  2. Christensen GJ. The advantage of minimally invasive dentistry. JADA. 2005;136:1563.
  3. Cury JA, Tenuta LM. Email remineralization: Controlling the caries disease or treating the early caries lesion? Braz Oral Res 2009: 23 Suppl. 1:23-30.
  4. Ericson D. What is minimally invasive dentistry? Oral Health Per. Dent. 2004;2:287.
  5. Frencken JE, Pilot T. Songpaisan Y, et al. Atraumatic restorative treatment (ART): rationale, technique, and development. J public Health Dent. 1996;56:135.
  6. Kalinsey RL, Mackey AC, Walker ER, Amaechi BT, Karthikeyan R, Najibfard K, el al. Remineralization potential of 5000 ppm fluor dentifrices evaluated in a pH cycling model. J Dent Oral Hyg. 2010;2:1-6.
  7. Llena C, Fomer L, Baca P. Anticariogenicity of casein phosphopeptides-amorphous calcium phosphat: A review of the literature. J Contemp Dent Pract. 2009;10:1-9.
  8. Mellberg RJ, Ripa WL, Leske SG. Fluor in preventive dentistry-Theory and clinical application. Chicago: Quintessence Publishing Co., Inc. 1983.
  9. Mickenautsch S, Rudolph MJ, Oganbodede EO, et al. The impact of the ART approach on the treatment profile in a mobile dental system (MDS) in South Africa. Int Dent J. 1999;49:132.
  10. Murdoch-Kinch CA, Mclean ME. Minimally Invasive Dentistry. JADA. 2003;134:87.
  11. Ramalingam L, Messer LB, Reynolds EC. Adding caseinphosphopeptide-amorphous calcium phosphate to sports drinks to eliminate in vitro erosion. Pediatr Dent. 2005;27:67-7.
  12. Reynolds EC. Calcium phosphate-based remineralization system: Scientific evidence? Aus Dent. 2008;53:268-73.
  13. Smales RJ, Yip HK. The atraumatic restorative treatment approach for the management of dental caries. Quint Int. 2002;2:97.
  14. Smits MT, Arends J. Influence of xylitol and/or fluor containing toothpastes on the remineralization of surface softened email defects in vivo. Caries Res. 1985;19:528-35.
  15. Strand GV, Nordbu H, Leirskar J. Tunnel restoration placed to routine practice and observed for 24 to 54 months. Quint Int. 2002;2:103.
  16. Ten Cate JM, feathersone JDB, Mechanistic aspects of the interaction between fluor and dental email. Crit Rev Oral Biol. 1991;2:283-96.
  17. Van Louveren C. The antimicrobial action of fluor and its role in caries inhibition, J Dent Res. 1990:69:676-81.
  18. Walsh LJ. The current status of tooth crèmes for email remineralization. Dental Inc. 2009;2(6):38-42.