Perspektif neurobiologis didasari oleh pengaruh fungsi otak pada inteligensi. Berdasarkan letak dan fungsinya otak dapat dipisah menjadi dua yaitu otak kiri dan otak kanan (Gardner dkk, 1996). Otak kiri lebih dominan untuk sinyal bahasa, terutama pada area Broca dan Wernicke, sedangkan otak kanan lebih dominan untuk musik dan suara lain yang bersifat non verbal.
Penelitian Herry Jerison (Gardner dkk, 1996) menunjukkan hasil adanya korelasi positif antara ukuran otak (misalnya berat otak) dengan inteligensi, namun besaran korelasi yang diperoleh kecil. Inteligensi berkaitan dengan bagian-bagian tertentu dari otak. Lobus parientalis posterior dan lobus frontalis merupakan bagian otak yang sangat penting bagi proses intelektual manusia.
Berbicara mengenai fungsi otak tidak dapat lepas dari faktor genetis. Galton (Gardner dkk, 1996) mengemukakan hipotesis bahwa individu yang mewarisi dari orangtuanya untuk menjadi unggul, akan tetap unggul meskipun ia dibesarkan oleh orang lain diluar keluarga intinya. Beberapa penelitian menunjukkan pengaruh gen terhadap inteligensi yang sangat kuat. Penelitian Bouchard (Gardner dkk, 1996) menunjukkan hasil anak kembar identik yang dibesarkan dalam lingkungan terpisah memiliki korelasi skor IQ sebesar 0.72.
Sedangkan anak kembar dan saudara sekandung yang tinggal dalam satu keluarga hanya memiliki korelasi skor IQ sebesar 0.47. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh gen terhadap skor IQ dimana sepasang anak kembar identik yang memiliki gen sama mempunyai korelasi skor IQ yang lebih tinggi dibanding dengan korelasi skor IQ antara anak kembar dengan saudara kandungnya yang dinilai memiliki perbedaan gen.
Beberapa ahli berpendapat pengaruh gen terhadap inteligensi sebesar 50% sampai dengan 70% (Bouchard dalam Gardner dkk, 1996). Faktor keturunan mempunyai pengaruh hingga 50% pada komponen inteligensi tertentu seperti kemampuan spatial (bidang ruang) dan kemampuan verbal, sedangkan pada kapasitas intelektual yang lain seperti memori pengaruhnya lebih rendah.
Beberapa teori inteligensi pada perspektif neurobiologis adalah sebagai berikut :
Teori Halstead
Menurut Halstead (Azwar, 1996) terdapat sejumlah fungsi otak yang berkaitan dengan inteligensi dan relatif bebas dari aspek-aspek kebudayaan. Fungsi otak ini memiliki dasar biologis dan berlaku bagi fungsi otak setiap individu.
Otak manusia terdiri atas tiga bagian :
-
Batang otak yang berfungsi motor sensorik yang penting bagi kelangsungan hidup dengan memutuskan menghadapi atau lari dari bahaya.
-
Sistem limbik yang berperan dalam perasaan atau emosi, memori, bioritmik dan kekebalan.
-
Neokorteks yang penting bagi proses berpikir intelektual, bahasa dan kecerdasan yang lebih tinggi.
Halstead mengemukakan adanya empat faktor inteligensi yang menjadi dasar inteligensi biologis, yaitu (Azwar, 1996) :
- Faktor Central Integrative ©
Faktor ini berupa kemampuan untuk mengorganisasikan pengalaman. Faktor ini berfungsi untuk menyesuaikan dimana latar belakang pengalaman seseorang dan hasil belajarnya akan mengintegrasikan pengalaman-pengalaman barunya.
Faktor ini merupakan kemampuan mengelompokkan sesuatu dengan cara-cara yang berbeda dan kemampuan untuk melihat kesamaan dan perbedaan yang terdapat di antara benda-benda, konsep-konsep, dan peristiwa-peristiwa.
Faktor ini merupakan kekuatan otak dalam arti tenaga otak yang penuh. Faktor ini berkaitan dengan kemampuan mengekang afeksi sehingga kemampuan rasional dan intelektual dapat tumbuh dan berkembang.
Faktor ini merupakan kemampuan yang memberikan arah dan sasaran bagi kemampuan-kemampuan individu. Kemampuan ini menunjukkan dengan spesifik cara mengekspresikan intelek dan perilaku.
Teori Donald Olding Hebb
Hebb membedakan inteligensi atas dua macam, yaitu (Azwar, 1996):
-
Inteligensi A merupakan kemampuan dasar manusia untuk belajar dari lingkungan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Inteligensi A ditentukan oleh kompleksitas dan kelenturan sistem syaraf pusat yang dipengaruhi oleh gen. Ada individu yang dibekali dengan gen dalam jumlah yang banyak sehingga memiliki kesiapan yang lebih baik bagi perkembangan mentalnya dan ada pula individu yang tidak memiliki gen yang cukup sehingga perkembangan mentalnya tidak mencapai batas optimal.
-
Inteligensi B merupakan tingkat kemampuan yang diperlihatkan oleh sesorang dalam bentuk perilaku yang dapat diamati secara langsung. Inteligensi B tidak berasal dari gen yang dibawa sejak lahir akan tetapi tidak pula sekedar diperoleh sebagai hasil belajar dari lingkungan. Inteligensi B merupakan hasil kerja sama antara keadaan alamiah seseorang dengan asuhan yang diterimanya atau antara potensi genetik dengan stimulasi lingkungan.
Hebb mengemukakan bahwa inteligensi A dapat dikatakan sebagai kemampuan potensial sedangkan inteligensi B merupakan kemampuan aktual.
Landasan Konseptual Teoritik Psikologik Perspektif Neurobiologis
Inti pemikiran perspektif neurobiologis yang diwakili oleh teori yang dikemukakan Halstead dan Hebb adalah bahwa inteligensi dipengaruhi oleh gen yang merupakan warisan dari orang tua. Kapasitas otak yang merupakan keturunan merupakan faktor utama yang menentukan inteligensi seseorang. Teori inteligensi berdasar perspektif neurobiologis berdasar pada pendapat Rene Descrates yang menyatakan interaksi antara jiwa dan badan terjadi melalui kelenjar pineal didasar otak.
Berdasarkan inti pemikiran tersebut, dapat disimpulkan bahwa dasar filosofi dari teori inteligensi Halstead dan Donald Holding Hebb yang merupakan perspektif neurobiologis adalah rasionalisme. Rasionalisme merupakan metode yang menggunakan rasio sebagai sarana utama mencapai pengetahuan. Dalam kaitannya dengan teori inteligensi Halstead dan Donald Holding Hebb yang merupakan perspektif neurobiologis, inteligensi semata-mata ditentukan oleh otak yang dipengaruhi oleh gen yang diwariskan oleh orangtua.