Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik (klinis)?

Pemeriksaan fisik atau klinis

Pemeriksaan fisik atau klinis adalah tindakan untuk mengkaji bagian tubuh pasien baik secara lokal atau (head to toe) guna memperoleh informasi/data dari keadaan pasien secara komprehensif untuk menegakkan suatu diagnosa kedokteran.

Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik (klinis) ?

image

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu dengan inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.

Inspeksi

Inspeksi atau melihat bagian-bagian tubuh klien untuk mendeteksi kondisi normal atau adanya tanda fisik tertentu. Untuk itu harus mengetahui karakteristik normal sebelum dapat mengetahui adanya hal-hal yang abnormal. Penting juga untuk mengeetahui karakteristik normal untuk tiap usia. Misalnya kulit kering, keriput dan tidak elastik normal ditemukan pada usia lanjut tetapi tidak pada klien dewasa.

Inspeksi dilakukan saat kontak pertama dengan pasien dan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung dilakukan dengan penglihatan, pendengaran, penciuman; sedangkan tidak langsung dilakukan dengan menggunakan bantuan peralatan seperti spekulum, ophtalmoscope.

Inspeksi dilakukan secara obyektif, jangan dicampur dengan ide atau harapan anda. Inspeksi dapat dilakukan dengan pendekatan sistem tubuh, head to toe atau kombinasi keduanya, agar tidak ada yang terlewat Jika menemukan adanya sesuatu yang berbeda dari karakteriskti normal, lakukan pengkajiaan secara lebih mendalam.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan inspeksi, antara lain :

  1. Pencahayaan baik
  2. Posisi dan bagian tubuh terbuka sehingga seluruh permukaannya dapat terlihat
  3. Inspeksi setiap area: ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan, posisi dan abnormalitas
  4. Bandingkan pada sisi tubuh yang lain
  5. Gunakan cahaya tambahan ketika menginspeksi rongga tubuh
Odor Site or source Potential causes
Alcohol Oral cavity Ingestion of alcohol
Ammonia Urine Urinary tract infection
Body odor Skin, particulary in areass where body parts rub together (e.g. under arms, beneath breasts) Poor hygiene, excess perspiration (hyperhidrosis), fooul-smelling perspiration (bromidrosis)
Feces Wound sites, vomitus, rectaal area Woud abscess Bowel obstruction Fecal incontinence
Foul-smelling stools in infant Stool Malabsorption syndrome
Halitosis Oral cavity Poor dental and oral hygine,-gum disease
sweet, fruity ketones Oral cavity Diabetes ketoasidosis
Stale urine Skin Uremic acidosis
Sweet, heavy, thick odor Draining wound Pseudomonas (bacterial) infection
Musty odor Casted body part Infection inside cast
Fetid, sweet odor Tracheostomy or mucous secretions Infection of bronchial tree (Pseudomonas bacteria)

Tabel Assessment of characteristic odors (Potter & Perry, 1993)

Palpasi

Pengkajian lebih lanjut dilakukan dengan menyentuh tubuh klien dan biasanya digunakan bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dapat dilakukan dengan menggunakan telapak tangan, jari dan ujung jari untuk mengkaji kelembutan (softness), kekakuan (rigidity), massa, suhu, posisi dan ukuran, kecepatan dan kualitas nadi perifer

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan palpasi

  1. Kuku harus pendek
  2. beri penjelasan pada klien sebelumnya
  3. klien relaks dan dalam posisi nyaman
  4. Untuk mencegah terjadinya ketegangan otot pada saat palpasi:
    • hangatkan tangan sebelum palpasi
    • Jelaskan apa yang akan dilakukan, alasan dan apa yang dirasakan
    • Dorong klien untuk relaks dengan nafas dalam
    • hentikanpalpasijika klien mengeluh nyeri

Palpasi dapat dibedakan menjadi palpasi ringan dan dalam. Palpasi ringan dilakukan misalnya pada abdomen untuk mengetahui adanya tenderness. Letakkan tangan pada bagian tubuh yang akan dipalpasidan tekan sedalam 1 cm. Daerah yang mengalami tenderness dikaji lebih lanjut. Tekanan dilakukan dengan ringan dan sebentar-sebantar. Tekanan yang keras dan lama akan menyebabkan sensitivitas tangan perawat berkurang.

Setelah palpassi ringan, palpassi dapat dilanjutkan dengan palpasi dalam utuk mengkaji kondisi organ, misalnya organ yang ada dalam abdomen. Dilakukan dengan menekan daerah yang akan dipalpasi sedalam 2 cm. Palpasi harus dilakukan dengan hati-hati karena tekanan yang terlalu lama akan menyebabkan injury internal. Palpasi dalam dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan. (bimanually). Ketika melakukan dengan dua tangan, satu tangan (disebut sensing hand) relaks dan diletakkan diatas kulit klien. Tangan lain (diseebut akctive hand) memberikan tekanan pada sensing hand.

Bagian paling sensitif dari tangan, ujung jari digunakan untuk mengkaji texturee, bentuk, ukuran, konsistensi dan pulsasi. Temperaatur paling baik dikaji dengaan punggung tangan. Dan teelapak tangan akan lebih sensitif terhaadaap fibrasi. Dilakukan pengkajian posisi, konsistensi dan turgor kulit dengan meng"grasping" dengan ringan bagian tubuh yang akan dikaji. Saat mempalpasi klien juga haarus memperhaatikan bagian tubuh yang dikaji agar tidak menimbulkan masalah lebih lanjut. Misalnya saat mempalpasi arteri besar palpassi dilakukan tidak dengan terlalu kuaat agar tidak meenimbulkan obsturksi.

Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan (biasanya dengan stetoskop) suara yang dihasilkan tubuh untuk membedakan suara normal dan abnormal. Perawat haras mengenali suara normal pada sistem kardiovasskuler, respirassi dan gasstrointestinal sebelum dapat membedakan suara yang abnormal.

Untuk dapat melakukan auskultasi dengan baik perawat harus memiliki pendengaraan yang baik, stetoskop yang baik dan tahu cara menggunakan stetoskop dengan tepat Bell sstetosskop paaling baik jika digunakan untuk mendengarkan suarau yang memiliki Pitch rendah, misalnya suara vaskular dan suara jantung. Adapun diafraagma stetoskop digunakn untuk mendengarkan suara yang memiliki pitch tinggi, seperti suara para dan bising usus.

Juga perhatikan kebisingan lingkungan dan instruksikan klien tidak berbicara selama pemeriksaan.
Melalui auskultasi, perawat mencatat karakteristik suara berikut ini

  1. Frekuensi/jumlah gelombang suara per detik karena fibrasi obyek
  2. Luodness/ amplitude gelombang suara : keras/pelan
  3. Kualitas/ suara tersebut memiliki frekuensi dan kekerasan yang sama
  4. Durasi/panjang waktu suara terdengar: pendek, sedang, panjang

Perkusi

Perkusi dilakukan untuk mengetahui bentuk, lokasi dan densitas struktur yang ada dibawah permukaan kulit. Perkusi dapat memverivikasi daata yang telah didapat melalui foto roontgen, atau pengkajian melalui palpasi dan auskultasi.

Perkusi dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan mengetukkan jari tangan langsung pada permukaan tubuh, atau secara tidak langsung dengan menempatkan jari tengah dari tangan nondominan (diseebut pleximeter)di permukaan tubuh yang akan di perkusi dan dengan jari tengah tangan yang dominan (disebut plexor), ketuk pada distal phalang jari tengah tangan non dominan, dibawah dasar kuku

Perkusi dapat menghasilkan lima jenis suara, yaitu tympany, resonance, hyperresonance, dullness dan flatness. Setiap suara dihasilkan oleh tipe jaringan yang ada dibawahnya


Tabel Sound produced by percussion (Potter & Perry, 1993)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat perkusi:

  1. kuku pendek, hangatkan tangan sebelum mulai
  2. minta klien untuk BAK
  3. ruangan tenang
  4. Lepaskan perhiasan yang dapat mengganggu
  5. Jelaskan pada klien apa yang akan dilakukan dan alasannya

Bagian utama pemeriksaan fisik

  • Observasi umum (observasi penampilan umum klien dan tingkah lakunya)
  • Pengukuran tanda vital
  • Pengukuran tinggi badan dan berat bada
  • Pemeriksaan fisik

Peralatan dasar:

  • Termometer
  • Stetoskope
  • Spygmomanometer
  • Kartu penglihatan
  • Penlight/flashlight
  • Meteran
  • Pensil

PERSIAPAN SEBELUM MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK

Persiapan yang kurang baik sebelum melakukan pemeriksaan fisik akan mengakibatkan kesalahan dan temuan yang tidak lengkap, karena itu persiapan yang baik terhadap lingkungan, peralatan dan klien akan memperlancar jalannya pemeriksaan tanpa adanya gangguan.

LINGKUNGAN
Saat melakukan pemeriksaan fisik, privasi klian haras dijaga. Ruang periksan sebaiknya telah lengkap dengaan peralatan yang diperlukan. Jika pemeriksaan dilakukan di ruangan klien, sebaiknya disediakan tirai atau pembatas.

Selain peralatan yang lengkap, ruangan juga haras memiliki pencahayaan yang cukup baik agar dapat menerangi bagian tubuh klien yang akan diperiksa. Ruangan juga sebaiknya tidak berisik dan cukup hangat agar pemeriksaan dapat berlangsung tanpa gangguan dan klien merasa nyaman.

Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat tidur klien, tetapi kadang hal ini menyulitkan untuk dilakukan pemeeriksaan. Jika klien ditempatkan pada meja periksa, akan memudahkan pemeriksaan dan diposisikan tertentu. Pemeriksaan di meja periksa haras dilakukan dengan hati-hati agar klien tidak terjaatuh,terutama jika kesadaran klien berkurang. Meja periksa ini seringkali keras dan menimbulkan rasa tidak nyaman, untuk itu berikan bantal pada klien, atau tinggikan kepala tempat tidar sekitar 30 derajat.

Sumber :
Heny Suseani Pangastuti, Pemeriksaan fisik