Apa yang dimaksud dengan Pemenuhan atau Compliance?

compliance

Pemenuhan atau compliance adalah sejauh mana seorang individu mengiyakan atau menolak permintaan dari orang lain.

Apa yang dimaksud dengan pemenuhan atau compliance ?

2 Likes

Compliance terjadi ketika individu melakukan permintaan yang diberikan karena individu tersebut berharap untuk menerima reaksi yang baik dari individu atau kelompok lain. Individu melakukan permintaan yang diajukan karena individu berharap untuk mendapatkan suatu penghargaan yang spesifik dan menghindari suatu hukuman spesifik (Cialdini, 2001).

Cialdini (dalam Deaux, 1993) mengatakan bahwa compliance terjadi ketika individu mengubah perilakunya ketika memberikan respon terhadap suatu permintaan yang diberikan individu lain.

Compliance adalah suatu perubahan perilaku yang terjadi akibat adanya suatu permintaan. Cialdini (2010)

Dalam compliance, permintaan yang diberikan dapat berupa permintaan yang berbentuk eksplisit maupun implisit. Individu yang merespon permintaan langsung yang diajukan mungkin saja merasa setuju ataupun tidak setuju dengan perilaku yang mereka lakukan, atau mungkin tidak memiliki pendapat apapun mengenai perilaku yang mereka lakukan tersebut (Franzoi, 2010).

Prinsip-prinsip yang Mempengaruhi Compliance

Cialdini (2010), melakukan sebuah penelitian yang kcmudian menghasilkan enam prinsip yang mempengaruhi compliance. Berikut ini adalah enam prinsip tersebut:

1. Reciprocity

Menurut Gouldner (dalam Cialdini, 2001), setiap masyarakat melatih anggotanya untuk hidup berdasarkan peraturan reciprocity, yang mana mewajibkan individu untuk membalas bentuk perilaku yang telah mereka terima sebelumnya. Individu dikatakan lebih cenderung akan mengatakan iya terhadap suatu permintaan ketika individu merasa wajib untuk membalas individu lain yang sebelumnya telah menyediakan sesuatu untuk individu tersebut. Individu merasa jika tidak turut membalas hal yang telah diberikan sebelumnya, individu akan mendapatkan label yang tidak baik dari individu lain, yang mana label-label tersebut sangat dihindari.

Individu cenderung lebih mau untuk mengikuti suatu permintaan jika permintaan tersebut berasal dari individu lain yang sudah terlebih dahulu menyediakan sesuatu. Individu merasa wajib untuk membalas pemberian individu lainnya. Pengaruh dari reciprocity sangat efektif, yang mana dapat membuat individu melakukan suatu permintaan yang diberikan yang mungkin tidak akan terjadi jika bukan karena adanya perasaan wajib untuk turut membalas kebaikan yang telah diberikan sebelumnya.

2. Social validation

Festinger mengatakan bahwa kemiripan orang lain pada diri individu memainkan peran yang penting dalam menentukan bagaimana individu melihat benar atau tidaknya suatu tindakan. Pengaruh hal ini sudah ditemukan dalam berbagai bidang kegiatan, semakin mirip pengamat dengan individu yang melakukan suatu tindakan, semakin mungkin pengamat akan melakukan juga tindakan tersebut.

Cialdini (2010), mengatakan bahwa individu cenderung lebih mau untuk mengambil suatu tindakan yang diminta jika individu melihat bukti bahwa orang lain, terutama yang memiliki kemiripan dengan individu yang melakukan hal tersebut.

Prinsip dari social validation menyatakan bahwa individu menggunakan apa yang orang Iain pikirkan mengenai hal tersebut untuk menentukan hal yang dilakukan benar atau tidak. Karena itulah, individu memandang suatu perilaku sebagai hal yang benar dalam suatu situasi yang mana individu lihat juga turut dilakukan oleh individu yang lain.

Cialdini (2010) dalam penelitiannya, menemukan bahwa strategi dengan menyediakan bukti bahwa orang lain juga turut melakukan hal tersebut, merupakan strategi yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan lima prinsip dasar yang lainnya.

3. Commitment/Consistency

Psikolog sosial sudah lama mengerti kekuatan dari prinsip consistency dalam mengarahkan perilaku manusia. Baumeister mengatakan bahwa keinginan individu untuk terlihat konsisten memberikan pengaruh atas perilaku yang akan dilakukan oleh individu. Kebanyakan individu memilih untuk konsisten dengan apa yang telah dikatakan atau dilakukan sebelumnya; karena itulah, setelah berkomitmen pada sesuatu, individu cenderung berperilaku sesuai dengan hal tersebut.

Cialdini (2010), mengatakan bahwa dalam prinsip commitment/consistency hal yang memotivasi individu untuk comply terhadap suatu permintaan berasal dari keputusan individu itu sendiri, karena itulah prinsip ini akan memiliki pengaruh yang sangat besar pada individu yang berasal dari budaya kolektivitas. Individu cenderung lebih mau untuk mengikuti suatu arahan jika individu memandang hal tersebut konsisten dengan komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

4. Friendship/Liking

Individu cenderung lebih mau untuk mengatakan iya pada individu lain yang dikenal dan disukai. Individu akan lebih peduli terhadap kebutuhan individu yang disukai dan dikenal. Melalui penelitian yang pernah dilakukan, ditemukan bahwa prinsip ini menyatakan bahwa individu akan lebih mau untuk comply pada permintaan dari seorang teman atau individu lain yang disukai (Cialdini 2010).

Cialdini (2010), mengungkapkan beberapa taktik yang dapat meningkatkan efek dari prinsip ini, yaitu;

  1. Ketertarikan fisik

    Terdapat reaksi positif terhadap penampilan fisik yang baik yang memunculkan persepsi yang baik mengenai individu. Sebagai konsekuensinya, individu yang menarik lebih persuasif dalam mengubah tindakan maupun mendapatkan apa yang mereka inginkan.

  2. Similarity

    Individu menyukai individu Iain yang memiliki kemiripan dengannya. Karena itulah dengan tampil mirip dengan individu lain dalam berbagai hal dapat turut meningkatkan compliance.

  3. Compliments

    Pujian dan bentuk-bentuk dukungan positif yang lain memunculkan liking. Bukti dari kekuatan akan pujian pada liking berasal dari penelitian yang mana laki-Iaki menerima komentar personal dari individu yang membutuhkan bantuan mereka.

  4. Cooperation

    Cooperation adalah salah satu faktor yang meningkatkan perasaan dan perilaku positif. Individu yang bekerjasama menuju suatu pencapaian akan tujuan yang sama akan cenderung lebih mau membantu satu sama lain.

  5. Scarcity

    Terdapat dua sumber untuk prinsip ini. Pertama, individu mengetahui bahwa hal-hal yang sulit untuk dimiliki cenderung lebih baik jika dibandingkan dengan hal-hal yang mudah untuk dimiliki, Kedua, ketika hal-hal yang bisa individu miliki kurang tersedia, individu merasa kehilangan. Lebih lanjut, individu memandang hal-hal dan kesempatan lebih menarik ketika hal-hal tersebut jarang tersedia (Cialdini, 2010).

    Selain itu, saat hal-hal yang bisa kita dapatkan menjadi sulit untuk didapatkan, individu merasa kehilangan kebebasan, dan individu tidak suka kehilangan kebebasan yang sebelumnya sudah dimiliki (Cialdini, 2010).

  6. Authority

    Bagi kebanyakan individu, mematuhi perintah yang diberikan oleh figur otoritas memberikan keuntungan. Cialdini (2010), mengatakan bahwa, individu lebih mau untuk mengikuti rekomendasi dari individu yang dianggap sebagai figur otoritas.

Teori kepatuhan telah diteliti pada ilmu-limu sosial khususnya di bidang psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu (Saleh, 2004). Menurut Lunenburg (2012) teori kepatuhan (compliance theory) adalah sebuah pendekatan terhadap struktur organisasi yang mengintegrasikan ide-ide dari model klasik dan partisipasi manajemen.

Sedangkan menurut H.C Kelman dalam Anggraeni dan Kiswaran (2011) compliance diartikan sebagai suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman yang mungkin dijatuhkan.

Menurut Tyler dalam Saleh (2004), Prabowo (2008), dan Sulistyo (2010) terdapat dua persepektif dasar dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan pada hukum, yang disebut instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan dalam tangible, insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka.

Dalam hal penyampaian laporan keuangan ke publik, perspektif instrumental menggambarkan bahwa insentif yang diperoleh perusahaan bila menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu yaitu respon baik publik terhadap perusaaan itu sendiri, dan sebaliknya. Sedangkan untuk perspektif yang kedua, seorang individu cenderung untuk mematuhi ketentuan dalam hal ini ketepatan waktu pelaporan keuangan karena dianggap sebagai suatu keharusan (normative commitment through morality) dan karena otoritas penyusun ketentuan tersebut untuk mendikte perilaku untuk melaporkan keuangannya tepat pada waktu yang telah ditentukan (normative commitment through legitimacy) dalam hal ini adalah Bapepam (Prabowo, 2008).

Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi peraturan yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu karena selain merupakan suatu kewajiban perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, juga akan sangat bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan (Sulistyo, 2010).