Apa yang dimaksud dengan Pembesaran Prostat Jinak atau Benign Prostate Hiperplasia (BPH)?

prostat

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah kondisi ketika kelenjar prostat mengalami pembengkakan, namun tidak bersifat kanker. Kelenjar prostat merupakan sebuah kelenjar berukuran kecil yang terletak pada rongga pinggul antara kandung kemih dan penis.

Apa yang dimaksud dengan Benign Prostate Hiperplasia (BPH) ?

Anatomi Prostat

Prostat adalah organ genital yang hanya ditemukan pada pria karena merupakan penghasil cairan semen yang hanya dihasilkan oleh pria. Prostat berbentuk piramid, tersusun atas jaringan fibromuskular yang mengandung kelenjar. Prostat pada umumnya memiliki ukuran dengan panjeng 1,25 inci atau kira-kira 3 cm, mengelilingi uretra pria. Dalam hubungannya dengan organ lain, batas atas prostat bersambung dengan leher bladder atau kandung kemih.

Di dalam prostat didapati uretra. Sedangkan batas bawah prostat yakni ujung prostat bermuara ke eksternal spinkter bladder yang terbentang diantara lapisan peritoneal. Pada bagian depannya terdapat simfisis pubis yang dipisahkan oleh lapisan ekstraperitoneal. Lapisan tersebut dinamakan cave of Retzius atau ruangan retropubik. Bagian belakangnya dekat dengan rectum, dipisahkan oleh fascia Denonvilliers (Groat, 2010).

Prostat memiliki lapisan pembungkus yang disebut dengan kapsul. Kapsul ini terdiri dari 2 lapisan yaitu :

  1. True capsule : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat
  2. False capsule : lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung, menyelimuti bladder atau kandung kemih. Sedangkan Fascia Denowilliers berada pada bagian belakang (Groat, 2010).

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan melingkari uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini dapat menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada normal dewasa ±20 gram (Pumomo, 2001).

image
Gambar Kelenjar prostat

Histologi Prostat

Sebelum melanjutkan perbahasan secara lebih dalah mengenai penyakit Benign Prostate Hiperplasia (BPH), harus dilihat terlebih dahulu prostat itu sendiri secara normal. Histologi prostat penting diketahui supaya mudah dalam melihat perbedaan apabila adanya kelainan pada gambaran mikroskopik prostat. Secara umumnya kelenjar prostat terbentuk dari glandular fibromaskuler dan juga stroma, dimana prostat berbentuk piramida berada di dasar musculofascial pelvis dimana dan dikelilingi oleh selaput tipis dari jaringan ikat (Groat, 2009).

Lanjutan dari yang di atas, secara histologinya, prostat dapat dibagi menjadi 3 bagian atau zona yakni perifer, sentral dan transisi.

  • Zona perifer, memenuhi hampir 70% dan bagian kalenjar prostat dimana ia mempunyai duktus yang menyambung dengan uretra prostat bagian distal.

  • Zona sentral atau bagian tengah pula mengambil 25% ruang prostat dan juga seperti zona perifer tadi, ia juga memiliki duktus akan tetapi menyambung dengan uretra prostat di bagian tengah, sesuai dengan bagiannya.

  • Zona transisi, atau bagian yang terakhir dari kalenjar prostat terdiri dari dua lobus, dan juga seperti dua zona sebelumnya, juga memiliki duktus yang mana duktusnya menyambung hampir ke daerah sphincter pada uretra prostat dan menempati 5% ruangan prostat. Seluruh duktus ini, selain duktus ejakulator dilapisi oleh sel sekretori kolumnar dan terpisah dari stroma prostat oleh lapisan sel basal yang berasal dari membrana basal (Schoor, 2009).


Gambar Histologi prostat

Pengertian Benign Prostate Hiperplasia (BPH)

Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat.

Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosterone, yang di dalam sel kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5α-reduktase. Dihidrotestosteron inilah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan dan proliferasi sel kelenjar prostat. Pada usia lanjut beberapa pria mengalami pembesaran sel prostat benigna.

Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan ±80% pria yang berusia 80 tahun. Pembesaran kelenjar prostat mengakibatkan terganggunya aliran urine sehingga menimbulkan gangguan miksi (Purnomo, 2001).

Patofisiologi Benign Prostate Hiperplasia (BPH)

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan, efek perubahan juga terjadi perlahan. Pada tahap awal pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika. Keadaan ini menyebabkan tekanan intravesikal meningkat, sehingga untuk mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat untuk melawan tahanan tersebut.

Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik yaitu hipertrofi otot detrusor. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi dinding otot. Apabila keadaan berlanjut, otot detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi. Apabila kandung kemih menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi.

Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat akan terjadi obstruksi total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus terjadi, pada suatu saat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intravesika terus meningkat. Apabila tekanan kandung kemih menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluks vesikoureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal.

Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi, penderita seringkali mengedan sehingga lama-kelamaan biasa menyebabkan hernia atau hemoroid (Rodrigues, 2008).

Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. Gejala dan tanda obstruksi saluran kemih adalah penderita harus menunggu keluarnya kemih pertama miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah dan rasa belum puas sehabis miksi. Gejala iritasi disebabkan hipersensitivitas otot detrusor yaitu bertambahnya frekuensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karena otot detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus.

Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat merangsang kandung kemih sehingga sering berkontraksi meskipun belum penuh. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks, dapat terjadi pielonefritis (Samira, 2011).

Menurut Brown (1982), Blandy (1983), Burkit (1990), Forrest (1990), dan Weinerth (1992) dalam Furqan (2003) gejala-gejala klinik BPH dapat berupa :

  1. Gejala pertama dan yang paling sering dijumpai adalah penurunan kekuatan pancaran dan kaliber aliran urin, oleh karena lumen uretra mengecil dan tahanan di dalam uretra meningkat, sehingga kandung kemih harus memberikan tekanan yang lebih besar untuk dapat mengeluarkan urin.

  2. Sulit memulai kencing (hesitancy) menunjukan adanya pemanjangan periode laten, sebelum kandung kemih dapat menghasilkan tekanan intravesika yang cukup tinggi.

  3. Diperlukan waktu yang lebih lama untuk mengosongkan kandung kemih, jika kandung kemih tidak dapat mempertahankan tekanan yang tinggi selama berkemih, aliran urin dapat berhenti dan dribbling (urine menetes setelah berkemih) bisa terjadi. Untuk meningkatkan usaha berkemih pasien biasanya melakukan menauver valvasa sewaktu berkemih.

  4. Otot-otot kandung kemih menjadi lemah dan kandung kemih gagal mengosongkan urin secara sempurna, sejumlah urin tertahan dalam kandung kemih sehingga menimbulkan sering berkemih (frequency) dan sering berkemih malam hari (nocturia).

  5. Infeksi yang menyertai residual urin akan memperberat gejala karena akan menambah obstruksi akibat inflamasi sekunder dan edema.

  6. Residual urin juga dapat sebagai predisposisi terbentuknya batu kandung kemih.

  7. Hematuria sering terjadi oleh karena pembesaran prostat menyebabkan pembuluh darahnya menjadi rapuh.

  8. Bladder outlet obstruction juga dapat menyebabkan refluk vesikoureter dan sumbatan saluran kemih bagian atas yang akhirnya menimbulkan hidroureteronefrosis.

  9. Bila obstruksi cukup berat, dapat menimbulkan gagal ginjal (renal failure) dan gejala-gejala uremia berupa mual, muntah, somnolen atau disorientasi, mudah lelah dan penurunan berat badan.

Gejala dan tanda ini dievaluasi menggunakan International Prostate Symptom Score (IPSS) untuk menentukan beratnya keluhan klinis (Furqan, 2003).

International Prostate Symptom Score (IPSS)

International Prostate Symptom Score (IPSS) adalah nilai skala beratnya keluhan dalam tujuh kategori (pengosongan lengkap, frekuensi, intermittensi, urgensi, pancaran lemah, mengejan, nokturia) dengan total skor 35 menunjukkan gejala terberat. Ada juga skala enam poin untuk menilai kualitas hidup.

Dengan demikian, pedoman AUA baru ini diterbitkan merekomendasikan menunggu waspada untuk untuk pasien dengan gejala ringan (skor gejala dari 0 hingga 7). Manajemen medis umumnya rekomendasi pertama untuk pasien dengan skor gejala lebih besar dari 7, jika mereka terganggu oleh gejalanya (Vaughan, 2003).

IPSS mempunyai manfaat untuk :

  1. Menilai tingkat keparahan gejala.
    Tujuh index gejala IPSS masing-masing mempunyai skala 0 sampai 5, sehingga skor total yang diperoleh berkisar antara 0-35. Dinyatakan dengan IPSS ringan : skor 0-7. IPSS sedang : skor 8-19, IPSS berat : skor 20-35, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7. Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot buli-buli untuk mengeluarkan urin. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami kepayahan (fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut. Timbulnya dekompensasi buli- buli biasanya didahului oleh beberapa faktor pencetus, antara lain:

    • Volume buli-buli tiba-tiba terisi penuh, yaitu pada cuaca dingin, menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman yang mengandung diuretikum (alkohol, kopi), minum air dalam jumlah yang berlebihan.

    • Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau mengalami infeksi prostat akut.

    • Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot detrusor atau yang dapat mempersempit leher buli-buli (Purnomo, 2011).

  2. Menentukan cara penanganan.

    image
    Gambar Algoritma pengelolaan BPH (Nugroho, 2A02)

  3. Evaluasi perkembangan penyakit pada penderita yang menjalani pengawasan (watchful waiting).
    Menurut Netto (1999) dalam penelitiannya terhadap 479 pasien, mendapati 50 pasien dengan IPSS berat dimana 16 pasien (32%) diantaranya dengan BOO. Setetah menjalani pengawasan (watchfull waiting) selama periode 9-22 bulan, 16 pasien tersebut dievaluasi. 13 pasien (81%) stabil, dan 3 pasien (l9%) mengalami peningkatan IPSS menjadi sedang dimana dua pasien memilih terapi medikamentosa dan 1 pasien menjalani TURP.

  4. Menilai hasil terapi.
    Index gejala pada IPSS telah terbukti sensitif terhadap suatu perubahan, Barry (1992) melaporkan terdapat penurunan IPSS preoperative rata-rata 17,6 menjadi 7,1 pasca prostatektomi (p<0,001).

  5. Menilai pengaruh gejala yang dialami penderita terhadap kualitas hidup.**

  6. Sebagai alat pengukuran yang konsisten dan telah teruji, memungkinkan untuk membandingkan satu penderita dengan penderita lain (Nugroho, 2002).

Cara pengisian kuesioner IPSS ada 2, yaitu pasien atau responden mengisi sendiri (self administered) atau dengan cara wawancara, dimana keduanya mempunyai keuntungan dan kerugian. Apabila mengisi sendiri keuntungannya adalah : lebih efisien karena memerlukan waktu lebih singkat, mengurangi bias pewawancara memungkinkan pasien menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi (sensitif). Sedangkan kekurangannya adalah kesulitan dalam memahami setiap pertanyaan. Jika dilakukan dengan cara wawancara keuntungan dan kerugiannya adalah sebaliknya yang tersebut di atas (Schoor, 2004)

Benign prostatic hyperplasia (BPH), juga dikenal sebagai hipertrofi prostat jinak, adalah penyakit degeneratif yang sangat umum di kalangan pria lanjut usia.
Tingkat kejadian meningkat seiring bertambahnya usia. Sekitar setengah dari semua pria di atas usia 50 mulai mengembangkan BPH. Hampir 90% pria berusia di atas 80 mendapatkan BPH, dan sekitar setengahnya memiliki gejala obstruksi urin.

BPH dapat menyebabkan penyempitan uretra, yang dapat menyebabkan masalah kencing parah. Meskipun BPH bukanlah penyakit yang mengancam jiwa, namun secara serius dapat mempengaruhi kualitas hidup.

Kelenjar prostat adalah organ pria seukuran kenari. Terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra. Fungsi utamanya adalah menghasilkan cairan dalam air mani yang mengangkut sperma keluar dari tubuh.

Ukuran prostat dewasa umumnya tetap stabil sampai usia paruh baya, saat perubahan hormonal bisa menyebabkan pembesaran prostat. Karena pembesarannya non-kanker, itu disebut benign prostatic hyperplasia.

Saat prostat membesar, ia menekan ke bawah pada uretra. Tekanan ini bisa menyebabkan sulit buang air kecil dan masalah kencing lainnya. Statistik klinis menunjukkan bahwa Benign Prostatic Hyperplasia mempengaruhi sekitar 50% pria berusia antara 51 dan 60, 70% pria pada usia 70, dan sampai 90% pria di atas usia 80 tahun.

hipertrofi prostat jinak

Apa saja faktor risiko Penyakit Benign prostatic hyperplasia ?

BPH terutama dihasilkan oleh perubahan hormonal terkait usia dan pertumbuhan berlebih non-kanker prostat. Infeksi saluran kemih dapat meningkatkan keparahan gejala BPH. Selain itu, obesitas, stres, depresi, penyalahgunaan alkohol, merokok, obat-obatan, kebiasaan makan dan kebersihan yang buruk dapat meningkatkan risiko BPH.

Bagaimana mencegah Benign prostatic hyperplasia ?

Risiko demensia meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia. Masih belum pasti apa yang bisa mencegah kondisinya. Namun, berikut ini dapat membantu mengurangi risiko pengembangan BPH:

  • Pemeriksaan rutin:

    Menurut American Cancer Society, pria berusia di atas 50 tahun harus menjalani pemeriksaan prostat tahunan untuk deteksi dini dan pengobatan BPH.

  • Pemeriksaan rektal digital (DRE)

    Pria berusia di atas 50 tahun harus memiliki DRE setidaknya setahun sekali. Tes ini menguji ukuran dan bentuk prostat, dan memeriksa nodul abnormal atau pembengkakan.

  • Menjaga pola makan sehat dan menerapkan gaya hidup sehat

Apa yang menyebabkan Benign Prostatic Hyperplasia ?

Penyebab pasti dari kanker usus besar masih belum diketahui saat ini. Namun, studi klinis menunjukkan bahwa prostat kebanyakan pria pada usia 50 tahun akan meningkat secara bertahap karena perubahan hormonal yang menyebabkan pertumbuhan berlebih dari jaringan prostat. Jaringan otot di prostat juga akan berkontraksi dan menyempitkan uretra. Ini bisa menghalangi aliran urine normal dan menyebabkan kesulitan buang air kecil.

Apa gejala Benign prostatic hyperplasia ?

BPH biasanya dimulai dengan aliran urin lambat. Karena tidak ada rasa sakit atau gangguan yang jelas, kebanyakan pria cenderung mengabaikannya. Bila kondisinya menjadi lebih serius, ada kesulitan dalam memulai buang air kecil. Hal ini karena pembesaran prostat menekan ke bawah pada uretra dan menyebabkan uretra menyempit, kandung kemih kemudian dipaksa menekan lebih keras untuk mengusir keluarnya urin. Dinding kandung kemih menjadi lebih tebal dan tebal sementara kandung kemih menahan sedikit air kencing.

Hal ini dapat menyebabkan gejala berikut:

  • Sering buang air kecil. Memiliki keinginan untuk buang air kecil berkali-kali di siang hari dan bangun lebih sering pada malam hari untuk buang air kecil.

  • Kesulitan mulai buang air kecil atau tertunda mulai saat mencoba buang air kecil

  • Ragu-ragu, sebentar-sebentar, aliran urin lemah atau lambat. Menghentikan dan mulai atau bahkan menggiring bola saat buang air kecil.

  • Dribbling di akhir buang air kecil

  • Merasa bahwa kandung kemih tidak sepenuhnya dikosongkan setelah buang air kecil. Sulit untuk buang air kecil

  • Memiliki dorongan kuat atau tiba-tiba untuk buang air kecil cukup sering, terutama di malam hari

  • Mendorong inkontinensia, yaitu ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kecil

  • Inkontinensia urin

  • Retensi urin akut: Ketidakmampuan yang tiba-tiba dan menyakitkan untuk buang air kecil yang menyebabkan retensi urin akut di kandung kemih

  • Ketidaknyamanan perut bagian bawah

  • Darah dalam urin (hematuria)

Meski BPH bukan merupakan kondisi afektif musiman, kejadian BPH lebih sering terjadi di musim dingin. Alasannya adalah bahwa cuaca dingin merangsang saraf simpatis dan memperkuat kontraksi otot prostat, yang selanjutnya menyempitkan uretra dan menimbulkan beberapa gejala. Selain itu, saat orang terkena flu lebih sering di musim dingin, beberapa obat sinus juga memperkuat kontraksi otot prostat dan meningkatkan gejala seperti buang air kecil yang sulit.

Gejala dan tingkat keparahan BPH bervariasi dari orang ke orang, dan tidak harus sesuai dengan ukuran prostat.

hipertrofi prostat jinak

Bagaimana cara untuk mendeteksi dan mendiagnosis Benign prostatic hyperplasia ?

Untuk mendiagnosis BPH, dokter umumnya menggunakan kuesioner Skor Gejala Prostat Internasional (IPSS) untuk mengevaluasi tingkat keparahan gejala. Dirancang oleh American urological Association (AUA), IPSS adalah alat penting untuk menentukan masalah prostat pada tahap awal, untuk mengikuti perkembangan BPH dan untuk melacak efek pengobatan.

IPSS terdiri dari 7 pertanyaan, dicetak dalam skala dari 0-5:

Benign prostatic hyperplasia kuisioner

Gejalanya dinilai sebagai :

  • Ringan : skor 1 sampai 7
  • Sedang : skor 8 sampai 19
  • Parah: : skor 20 sampai 35

Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa tes berikut untuk mendiagnosa kondisi tersebut:

  • Pemeriksaan rektal digital (DRE)

    Dokter memasukkan jari yang bersarung melalui anus pasien ke dalam rektum untuk menilai ukuran, bentuk, simetri dan konsistensi prostat, merasakan nodul dan kekerasan, dan memeriksa rektum dan anus pada saat yang bersamaan. Namun, tes ini saja tidak cukup untuk mendiagnosa tingkat penyumbatan atau tingkat keparahan kondisi.

  • Tes urin (urinalisis)

    Tes urine memeriksa apakah ada darah dalam urin, infeksi atau proteinuria.

  • Tes darah antigen spesifik prostat (PSA)

    PSA adalah protein yang diproduksi oleh prostat. Peningkatan kadar PSA dapat mengindikasikan masalah prostat. Tes darah PSA bisa membantu menyaring kanker prostat.

  • Uroflowmetry

    Uroflowmetry mengukur laju alir urin, tingkat penyumbatan dan membantu memantau efek pengobatan.

  • USG transrectal (TRUS)

    Tes ultrasound memberikan pengukuran prostat dan menunjukkan jumlah residu urin di kandung kemih.

  • Uji fungsi kandung kemih

    Mengencangkan untuk mengeluarkan urin karena sulit buang air kecil dapat menyebabkan kandung kemih lemah dari waktu ke waktu. Tes fungsi kandung kemih diperlukan untuk memeriksa seberapa baik kandung kemih bekerja.

  • Tes Urodynamics

    Tes Urodynamics mengukur volume urin dan tekanan di kandung kemih, laju alir urin dan urine sisa di kandung kemih.

  • Sistoskopi

    Teleskop fleksibel yang terang (cystoscope) dimasukkan ke dalam uretra untuk memeriksa kandung kemih untuk tanda-tanda penyumbatan atau kelainan.

Dalam beberapa kasus, tes lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis. Tes ini meliputi tes urine sisa postvoid, ultrasonografi, urogram intravena, MRI (magnetic resonance imaging / MRI), sinar-X atau pielogram intravena (IVP).

Apa tindakan pengobatan terhadap Benign prostatic hyperplasia ?

BPH paling sering diobati dengan obat atau operasi minimal invasif. Bergantung pada tingkat keparahan kondisi, dokter akan merekomendasikan perawatan yang tepat untuk menghilangkan gejala, mengurangi risiko komplikasi atau menghentikan perkembangan BPH.

Obat

Dokter umumnya menggunakan obat untuk mengobati gejala BPH sedang. Ada dua jenis utama operasi bedah: 5-alpha-reductase inhibitor dan penghambat alpha-reseptor. Biasanya, obat-obatan ini harus dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Pada kebanyakan kasus, obat dapat memperbaiki gejala sulit buang air kecil yang disebabkan oleh BPH.

  • 5-alfa-reduktase inhibisi

    Obat-obat ini mengecilkan prostat dengan menghalangi produksi hormon yang disebut dihydrotestosterone (DHT) yang menyebabkan prostat membesar. Mereka melakukan ini dengan cara memblokir enzim yang disebut 5-alpha-reductase. Obat-obatan ini membantu mengurangi keparahan BPH dan kebutuhan pembedahan. Mungkin diperlukan 3 sampai 6 bulan agar efektif. The finasteride anti-androgen adalah inhibitor 5 alfa-reduktase yang biasa digunakan untuk mengobati BPH.

  • Penghambat alfa-reseptor / penghambat alfa

    Obat ini bisa menurunkan tekanan darah dan memperlebar pembuluh darah. Mereka membantu rileks leher kandung kemih dan otot uretra dan membuatnya lebih mudah buang air kecil. Namun, mereka tidak bisa mengurangi ukuran prostat. Makanya, prostat akan terus membesar. Obat ini harus digunakan dalam jangka panjang. Gejala sulit buang air kecil akan kembali dan mungkin menjadi lebih parah jika obat dihentikan. Obat-obatan ini bekerja cepat untuk mengurangi gejala. 70-80% pasien mengalami perbaikan dalam beberapa hari. Namun, pasien yang mengalami efek samping yang serius sebaiknya tidak menggunakannya. Blocker reseptor alfa yang paling umum adalah terazosin, doxazosin dan tamsulosin.

Operasi Bedah

Dokter dapat merekomendasikan operasi jika pasien memiliki gejala parah atau tidak mau minum obat jangka panjang, atau jika pengobatan tidak efektif atau komplikasi telah terjadi. Tujuannya adalah untuk membuang sebagian kelebihan jaringan prostat. Berikut adalah beberapa jenis operasi pembedahan untuk BPH:

  • Insisi transurethral prostat (TUIP)

    Ini adalah prosedur endoskopi. Hal ini dilakukan dengan memasukkan endoskopi melalui uretra ke prostat. Kemudian sayatan kecil dibuat di jaringan prostat untuk memperbesar lubang uretra dan kandung kemih. TUIP adalah prosedur yang cukup aman dan tidak ada luka eksterior setelah operasi. Prosedur memakan waktu sekitar 40-50 menit.

  • Reseksi transurethral prostat (TURP)

    Ini juga prosedur endoskopi. Hal ini dilakukan dengan memasukkan endoskopi melalui penis dan mengeluarkan bagian prostat yang menghalangi secara berurutan dengan arus listrik. Panas arus listrik bisa menghentikan pendarahan dengan cepat juga. Prosedur ini memakan waktu sekitar 60-90 menit dan dapat dilakukan dengan anestesi umum atau regional.

  • Buka prostatektomi

    Ini adalah operasi yang lebih tradisional. Insisi dibuat di perut bagian bawah untuk menghilangkan jaringan prostat. Hal ini umumnya dilakukan saat prostat sangat besar.

Perawatan minimal invasif

Perawatan invasif minimal relatif lebih baru dan kurang traumatis. Mereka umumnya bisa dilakukan dengan anestesi regional dan tidak memerlukan rawat inap. .

Beberapa perawatan minimal invasif adalah:

  • Termoterapi microwave transurethral (TUMT): TUMT menggunakan panas gelombang mikro untuk menghancurkan jaringan prostat yang membesar.

  • Ablasi jarum transurethral (TUNA): TUNA menggunakan energi radiofrequency
    tingkat rendah untuk memanaskan dan menghancurkan jaringan prostat yang ditumbuhi.

  • Ablasi laser visual dari prostat (VLAP): VLAP menggunakan laser berenergi
    tinggi untuk menghancurkan jaringan prostat berlebih.

  • Pelapisan balon: Perawatan ini menggunakan balon yang bisa diupgrade untuk memperlebar uretra.

Apa komplikasi dari Benign prostatic hyperplasia ?

Beberapa pria dengan BPH mungkin tidak memperhatikan gejala apapun. Mereka mungkin tidak tahu bahwa mereka memiliki masalah prostat sampai mereka tiba-tiba mengalami ketidakmampuan menyakitkan untuk buang air kecil. Kondisi ini dikenal sebagai retensi urin akut. Ini menuntut penanganan segera. Jika tidak, komplikasi lain mungkin terjadi.

Komplikasi umum BPH meliputi:

  • Retensi urin akut

    Ini adalah ketidakmampuan mendadak untuk buang air kecil. Kandung kemih menjadi bengkak dan nyeri. Ini adalah keadaan darurat yang memerlukan perhatian medis segera.

  • Infeksi saluran kemih

    Urin sisa yang disebabkan oleh BPH dapat menyebabkan infeksi saluran kemih rekuren.

  • Batu kandung kemih

    BPH dapat meningkatkan risiko pembentukan batu kandung kemih. Pasir/batu dalam urin BPH dapat menyebabkan perdarahan.

  • Gangguan fungsi kandung kemih

    BPH dapat menyebabkan obstruksi saluran kandung kemih. Bila kandung kemih harus bekerja lebih keras untuk mendorong urin keluar dalam jangka waktu yang lama, dinding otot kandung kemih membentang dan melemahkan dan tidak lagi berkontraksi dengan benar.

  • Gangguan fungsi ginjal

    BPH berat dapat menyebabkan air seni kembali ke dalam dan merusak ginjal. Hidronefrosis, uremia dan bahkan gagal ginjal bisa terjadi.

  • Prostatitis, radang kelenjar prostat.

    Dipercaya bahwa BPH tidak menyebabkan kanker, namun kedua kondisinya bisa ada bersamaan.