Apa yang dimaksud dengan Odontektomi?

Odontektomi adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan pengangkatan mukoperiosteal flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga tulang disekitar akar bukal dengan chisel, bur, atau rongeurs.

Apa yang dimaksud dengan Odontektomi ?

Odontektomi adalah pengeluaran atau pencabutan gigi yang dalam keadaan tidak dapat bertumbuh atau gigi bertumbuh sebagian dimana gigi tersebut tidak dapat dikeluarkan dengan cara pencabutan dengan tang biasa melainkan diawali dengan pembuatan flap mukoperiostal, diikuti dengan pengambilan tulang undercut yang menghalangi pengeluaran gigi tersebut, sehingga diperlukan persiapan yang baik dan rencana operasi yang tepat dan benar dalam melakukan tindakan bedah pengangkatan molar yang terpendam, untuk menghindari terjadinya komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan.

Odontektomi sebaiknya dilakukan pada saat pasien masih muda yaitu pada usia 25-26 tahun sebagai tindakan profilaktik atau pencegahan terhadap terjadinya patologi. Odontektomi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dikeluarkan secara utuh dan secara separasi.

image
Gambar Anatomi dan pertumbuhan gigi bungsu.

Keterangan : Pada usia 12 tahun, sebagian mahkota benih gigi bungsu mulai terbentuk: (1a); pada usia 14 tahun, mahkota gigi sudah terbentuk lengkap (1b). Pada usia 17 tahun, mahkota gigi dan akar gigi mulai terbentuk sebagian (1c) akhirnya pada usia 25 tahun, mahkota dan akar gigi terbentuk sempurna (1d). Tampak benih gigi bungsu atas dan bawah dalam keadaan impaksi (sumber: dimodifikasi dari American Association of Oral and Maxillofacial Surgeon /AAOMS)13

Indikasi dan kontraindikasi odontektomi


Dalam pencabutan gigi impaksi, ada pertimbangan - pertimbangan yang harus diperhatikan untuk dapat melakukan tindakan, sebaliknya dalam kondisi- kondisi tertentu juga tindakan odontektomi sebaiknya tidak dilakukan.

Adapun indikasi dan kontraindikasi tindakan odontektomi yang harus diperhatikan yakni:

1) Indikasi

Semua gigi impaksi tentunya ada pertimbangan untuk dapat dilakukan odontektomi. Untuk itu terdapat beberapa indikasi yang perlu diperhatikan dalam tindakan, antara lain:

  • Perikoronitis
    Merupakan peradangan pada jaringan lunak disekeliling gigi yang akan erupsi, sering terjadi pada gigi M3 bawah. Perikoronitis umum terjadi pada gigi impaksi gigi molar dan cenderung berulang bila molar belum erupsi sempurna. Hal ini dapat menyebabkan dekstruksi antara gigi molar dan gigi geraham di depannya. Gejala perikoronitis dapat berupa rasa sakit di regio, pembengkakan, bau mulut, dan pembengkakan limfonodi submandibular. Odontektomi dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya perikoronitis akibat gigi erupsi sebagian.

  • Mencegah berkembangnya folikel menjadi kista odontegenik
    Gigi impaksi mampu merangsang pembentukan kista atau bentuk patologi lainnya terutama pada masa pembentukan gigi. Benih gigi mengalami gangguan sehingga pembentukannya terganggu menjadi tidak sempurna dan dapat menimbulkan primordial kista dan folikel kista.

  • Pencegahan karies
    Gigi impaksi berpotensi menimbulkan infeksi atau karies pada gigi didekatnya. Banyak kasus gigi M2 mengalami karies karena gigi M3 mengalami impaksi. Gigi M3 merupakan penyebab tersering gigi M2 mengalami karies karena retensi makanan. Posisi gigi M3 juga dapat menyebabkan karies distal M2 karena desakannya kepada gigi M2.

  • Untuk keperluan terapi ortodontik
    Pencabutan gigi impaksi juga dapat dijadikan indikasi untuk keperluan ortodontik bila ruangan yang dibutuhkan kurang untuk ekspansi lengkung gigi atau dikhawatirkan akan terjadi relaps setelah dilakukan perawatan ortodontik.

  • Terdapat keluhan rasa sakit atau pernah merasa sakit
    Rasa sakit dapat timbul karena gigi impaksi dapat menekan nervus alveolaris inferior pada kanalis mandibularis. Selain itu, rasa sakit juga dapat timbul bila gigi impaksi menekan gigi tetangga, dan tekanan tersebut juga dapat dilanjutkan ke gigi tetangga lain dalam deretan gigi.

2) Kontraindikasi

Dalam kondisi – kondisi tertentu, tindakan odontektomi sebaiknya tidak dilakukan. Misalnya pada pasien - pasien compromised medis dan pasien dengan kerusakan gigi dan jaringan di sekitarnya. Pada pasien compromised medis, bila pasien memiliki riwayat medis gangguan fungsi kardiovaskular, gangguan pernapasan, gangguan pertahanan tubuh, atau memiliki kongenital koagulopati, maka operator sebaiknya mempertimbangkan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi impaksi. Akan tetapi jika gigi impaksi tersebut bermasalah maka operator harus melakukannya dengan sangat hati-hati dan harus konsultasi medis terlebih dahulu. Bila pada pasien terdapat kerusakan dari gigi atau jaringan terdekatnya, dikhawatirkan kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan odontektomi tidak sebanding dengan manfaat yang didapatkan, maka sebaiknya odontektomi tidak dilakukan.

Prosedur Tindakan Odontektomi


Terdapat prosedur-prosedur yang harus dilakukan sebelum dan saat tindakan odontektomi agar tidak terjadi keselahan dalam tindakan. Prosedur yang harus dilakukan dalam tindakan odontektomi ialah :

1) Anamnesa
Pemeriksaan keadaan umum pasien .

2) Pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen
Foto rontgent juga diperlukan untuk mengevaluasi dan mengetahui kepadatan dari tulang yang mengelilingi gigi. Pemeriksaan ini sebaiknya didasarkan dengan pertimbangan usia, hubungan antara gigi impaksi dan kanalis mandibularis , morfologi gigi impaksi, serta keadaan jaringan yang menutupi gigi impaksi, apakah terletak pada jaringan lunak saja atau juga terpendam didalam tulang.

3) Anestesi
Anestesi yang dapat digunakan berupa anestesi lokal dan umum.15 Anestesi lokal dapat dilakukan pada pasien yang memiliki keadaan umum yang normal dan baik, dengan bahan yang bersifat vasokonstriktor untuk mendapat efek anestesi yang cukup lama dan memberikan daerah operasi yang relatif bebas darah.17 Dan pada pasien yang gelisah dapat dilakukan anestesi umum.

4) Teknik Operasi

Adapun teknik – teknik operasi yang digunakan dalam tindakan odontektomi, yaitu sebagai berikut:

  1. Insisi untuk pembuatan flap
    Insisi dilakukan pada jaringan yang sehat dan mempunyai basis yang cukup lebar, sehingga pengaliran darah cukup baik.

  2. Pengambilan tulang yang menghalangi gigi
    Dengan menggunakan alat bur dan dibantu dengan irigasi larutan saline agar gigi dapat terlihat untuk dilakukan pemotongan atau pengambilan.

  3. Pengambilan gigi
    Pengambilan gigi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu intoto atau utuh dan in separasi atau terpisah. Bila dengan cara intoto, tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya, sehingga didapatkan cukup ruangan untuk dapat melakukan elevator dibawah korona. Kemudian dengan elevator tersebut dilakukan gerakan mengungkit gigi. Sedangkan metode in separasi, pengambilam gigi impaksi dilakukan dengan membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi diambil dengan cara dibelah terlebih dahulu lalu diambil sebagian-sebagian.

  4. Pembersihan luka dan penutupan flap
    Setelah pengeluaran gigi, soket dibersihkan dari sisa-sisa tulang bekas pengeboran. Folikel dan sisa enamel organ harus dibersihkan atau diirigasi dengan air garam fisiologis 0.9% karena dapat menyebabkan kista residual bila tertinggal. Kemudian flap dikembalikan pada tempat yang dijahit.

Stressor Tindakan Odontektomi

Dalam Tindakan Odontektomi terdapat beberapa stressor yang dapat mempengaruhi kecemasan pasien. Adapun beberapa stressor yang dimaksud sebagai berikut:

  1. Stressor audio
    Suara-suara yang dihasilkan oleh peralatan dokter gigi misalnya bor dapat menjadi stressor dalam tindakan, hal ini dikarenakan dokter menggunakan bor high-speed dalam tindakan. Dalam suatu penelitian, suara bor gigi juga memicu kecemasan pasien saat kunjungannya ke dokter gigi.

  2. Stressor visual

Stressor visual yang dimaksudkan di praktik kedokteran gigi adalah alat-alat yang digunakan. Misalnya, jarum suntik yang biasa digunakan anestesi dapat memicu kecemasan pasien meningkat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sardar penggunaan jarum suntik untuk anestesi merupakan stressor penyebab kecemasan tertinggi dibanding stressor lainnya. Hal ini dikarenakan injeksi dengan jarum suntik dapat menimbulkan rasa sakit sehingga pasien merasa cemas dan takut. Selain itu, injeksi terpeleset dari area target, dan injeksi jarum suntik tidak memberikan anestesi yang cukup juga menjadi faktor mengapa pasien takut jarum suntik.

  1. Stressor penghidu
    Bau yang tidak menyenangkan di tempat praktik dokter gigi dapat meningkatkan kecemasan sebelum tindakan operasi, misalnya bau yang berasal dari eugenol, pulperyl, cresophane dan lainnya. Bau yang menyengat dapat memicu emosional karena sel-sel olfaktori dalam hidung mengirim impuls langsung ke olfactory bulb, yang merupakan bagian dari sistem limbik yang bertanggung jawab untuk mengatur emosi dasar seperti ketakutan.

  2. Stressor suasana
    Suasana ruang praktik dokter gigi juga dapat menjadi pemicu kecemasan pasien. Perasaan stress dan tegang yang ditimbulkan dari pasien lain yang berkunjung dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seorang pasien. Selain ketegangangan yang ditimbulkan dari pasien lain, juga komunikasi dokter-pasien selama prosedur. Komunikasi dokter-pasien yang baik dapat berpengaruh dalam penurunan kecemasan. Bila komunikasi dokter-pasien buruk, pasien dapat merasa tidak nyaman dengan tindakan yang akan dilakukan dokter.

Komplikasi


Komplikasi-komplikasi di bawah ini dapat terjadi pada tindakan pembedahan odontektomi:

  1. Perdarahan
    Perdarahan dari alveolar merupakan perdarahan normal bila terjadi 12-24 jam pertama pasca pembedahan. Perdarahan dapat pula disebabkan oleh adanya gangguan dalam masa perdarahan dan masa pembekuan darah.

  2. Perikoronitis
    Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak yang mengelilingi mahkota gigi impaksi sebagian. Kondisi yang biasa terjadi adalah inflamasi pada jaringan lunak yang sangat dekat dengan mahkota gigi, paling sering terjadi pada molar ke tiga mandibular.

    image
    Gambar Perikoronitis akibat gigi impaksi.

  3. Perforasi Sinus Maksilaris
    Perforasi sinus maksilaris sering terjadi pada pencabutan gigi impaksi molar ketiga bagian atas karena dekatnya gigi dengan cekungan alveolar dari sinus.

  4. Masuknya gigi impaksi ke dalam Sinus Maksilaris
    Pembedahan secara kasar atau penggunaan elevator dengan ceroboh dapat menyebabkan gigi molar ketiga atau akar yang mengalami fraktur bergeser atau masuk ke dalam sinus. Hal ini dapat terjadi karena akar molar tiga bagian atas dan sinus maksilaris hanya terpisah oleh lapisan tulang yang sangat tipis, dan secara anatomi akar molar tiga bagian atas berbentuk konus.

  5. Parastesi
    Parestesi akan terjadi pada seluruh daerah yang di inervasi oleh nervus yang terpotong. Pada molar ketiga yang dikhawatirkan yaitu terkenanya atau terpotongnya nervus fasialis yang berakibat mulut pasien bisa menjadi merot.

  6. Trauma molar dua
    Apabila molar kedua trauma dapat menyebabkan gigi goyah, mahkota pecah dan peradangan pada gigi. Komplikasi ini terjadi akibat dari kuatnya tekanan pada penggunaan instrumen yang digunakan.

  7. Dry socket
    Merupakan alveolus yang setelah pencabutan gigi tidak terisi dengan koagulum darah dan terasa sangat sakit, biasanya rasa sakit terjadi pada hari ke 3-5 setelah pembedahan. Pada pencabutan gigi molar ketiga bagian atas komplikasi dry socket jarang terjadi.

    image
    Gambar Gambaran dry socket.

Odontektomi merupakan metode pengambilan gigi dari soketnya setelah pembuatan flap dan mengurangi sebagian tulang yang mengelilingi gigi tersebut.

Fragiskos mengemukakan bahwa tahapan odontektomi baik pada akar tunggal maupun akar multipel adalah sama. Tahapan Odontektomi adalah sebagai berikut :

  • Pembuatan Flap
  • Pemaparan tulang dan pengurangan tulang
  • Ekstraksi gigi atau akar gigi dengan elevator atau tang.
  • Suturing dan perawatan post operasi.

Indikasi dan Kontraindikasi Odontektomi


Indikasi Odontektomi

  1. Menurut Pedersen (1996) indikasi odontektomi antara lain :

    • Kegagalan pencabutan dengan tang.

      • Adaptasi tang yang tidak tepat/gagal (mahkota/akar rusak atau malposisi).
      • Mahkota fraktur.
      • Tidak berhasil mengekspansi alveolus.
    • Kemungkinan terjadinya fraktur akar.

      • Akar yang panjang dan kecil.
      • Akar yang mengalami dilaserasi.
      • Gigi yang dirawat endodontic (getas).
      • Tulang pendukung yang padat.
      • Celah ligament periodontal yang sempit.
    • Kedekatan dengan struktur disekitarnya.

      • Gigi yang lain (arah pengeluaran terhalang gigi lain).
      • Sinus maxilaris.
      • kanalis mandibularis.
    • Untuk mempertahankan tulang alveolus yang mendukungnya.

      • Gigi kaninus atas.
      • Gigi ankilosis.
  2. Menurut Fragiskos (2007) indikasi odontektomi antara lain :

    • Gigi RA atau RB dengan morfologi akar gigi yang tidak biasa.
    • Hipersementosis akar, akar tipis dan akan yang membulat.
    • Akar yang mengalami delaserasi.
    • Gigi ankilosis atau gigi-geligi yang mengalami abnormalitas (contoh : dens in dente).
    • Impaksi dan semi-impaksi.
    • Gigi yang fusi dengan gigi disebelahnya, gigi yang fusi pada daerah apical dengan gigi tetangganya.
    • Akar gigi yang ditemukan dibawah garis gusi.
    • Akar dengan lesi periapkal.
    • Gigi molar desidui yang akarnya memeluk mahkota gigi premolar permanen.

Kontra Indikasi Odontektomi

  1. Umur yang ekstrim
    Kontraindikasi yang paling umum untuk odontektomi adalah bagi pasien lanjut usia. pasien lanjut usia memiliki tulang yang sangat kaku, sehingga kurang fleksibel. Oleh karena itu pada pasien yang lebih tua (biasanya di atas usia 35) dengan gigi impaksi yang tidak menunjukkan keluhan, gigi tidak harus diekstraksi.

    Jika gigi impaksi menunjukkan tanda-tanda pembentukan kista atau penyakit periodontal yang melibatkan gigi yang berdekatan ataupun gigi impaksi, atau menjadi gejala sebagai fokal infeksi, maka gigi harus diekstraksi.

  2. Pasien dengan status compromised
    Jika fungsi jantung pasien atau pernafasan atau pertahanan tubuh terhadap infeksi terganggu, ahli bedah harus mempertimbangkan dilakukannya odontektomi. Namun, jika gigi menjadi fokal infeksi, dokter bedah harus bekerja hati-hati untuk mengekstraksi gigi tersebut.

  3. Kemungkinan kerusakan yang luas pada struktur gigi sebelahnya
    Pasien yang lebih muda mengalami gejala gigi impaksi, dokter gigi akan secara bijaksana mencegah kerusakan struktur gigi ataupun tulang yang berdekatan. Namun, untuk pasien yang lebih tua tanpa tanda-tanda komplikasi yang akan muncul dan kemungkinan terjadinya komplikasi rendah, gigi impaksi tidak boleh diekstraksi.

    Sebuah contoh misalnya pasien yang lebih tua dengan potensi kerusakan periodontal pada aspek distal molar kedua tetapi dalam pengangkatan molar ketiga bisa mengakibatkan hilangnya molar kedua. Dalam situasi ini gigi impaksi tidak boleh diekstraksi.

Prosedur Odontektomi


1. Anestesi

Anestesi yang digunakan dapat berupa anestesi lokal yaitu pada pasien yang memiliki keadaan umum normal dan keadaan mental baik atau anestesi umum untuk pasien yang gelisah.

2. Teknik Operasi

  • Membuat insisi untuk pembuatan flap

    • Harus membuka daerah operasi dengan jelas
    • Insisi terletak pada jaringan yang sehat
    • Mempunyai basis yang cukup lebar, sehingga pengaliran darah ke flap cukup baik.
  • Pengambilan tulang yang menghalangi gigi

  • Pengambilan gigi

    • Intoto (utuh)
    • In separasi (terpisah)
  • Pembersihan luka

  • Flap dikembalikan ketempatnya kemudian dijahit

  • Edukasi pasien

Komplikasi Odontektomi


1. Saat Pembedahan

  • Perdarahan

  • Fraktura: tulang rahang bagian lingual, mandibula terutama daerah angulus

  • Rusaknya mahkota pada gigi molar kedua disamping molar ketiga yang dilakukan odontektomi

  • Trauma pada gigi terdekat: goyang, rusak sampai tercabut

  • Alergi pada obat yang diberikan: antibiotik, analgetik maupun anestesi local

  • Syok anafilaktik

2. Pasca Pembedahan

  • Nyeri dan Pembengkakan
    Tndakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi pembengkakkan adalah dengan kompres es dan pemberian preparat steroid yang mempunyai efek anti inflamasi kuat seperti betametason dan eksametason pra bedah.

  • Operasi dilakukan dengan cara asepsis
    Penyebab yang paling sering yaitu penggunaan alat operasi yang tidak sterill.

  • Perdarahan pasca operasi
    Pada tindakan pencabutan gigi molar tiga pada pasien tanpa kelainan darah, umumnya disebabkan oleh perdarahan kapiler. Terapinya adalah aplikasi tampon adrenalin, pemberian anti perdarahan kapiler seperti asam trasexamik, hemostatik lokal seperti spongostan, surgicel dan penjahitan.

  • Mewaspadai adanya luka berbentuk ulkus

  • Gangguan penyembuhan luka
    Faktor umum: kelainan darah (agranulositosis, leukimia), diabetes melitus, osteopetrosis, Paget’s disease, Osteoporosis. Faktor lokal: infeksi luka, Inflammatory hyperplastic granuloma, dry socket, neoplasma, luka jaringan karena instrumen.

Odontektomi, menurut Archer (1975) merupakan pengeluaran satu atau beberapa gigi secara bedah dengan cara membuka flap mukoperiosteal, kemudian dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi dengan tatah atau bur.

Sedangkan definisi Odontektomi menurut Pederson (1996) merupakan indakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi yang tidak dapat dilakukan dengan cara ekstraksi biasa atau dapat dilakukan pada gigi yang impaksi atau tertanam di bawah tulang atau mukosa.

Dalam prosesnya, odontektomi atau pencabutan molar ketiga rahang bawah secara pembedahan sering menyebabkan rasa sakit, trismus dan pembengkakan. Dalam hal ini lamanya pembedahan, insisi, bentuk mukoperiosteal flap, dan perlakuan pre operasi mempengaruhi intensitas dan frekuensi keluhan post operasi.