Apa yang dimaksud dengan Musculoskeletal Disorder?

image

Menurut Humantech (1995), Musculoskeletal Disorder (MSDs) diterjemahkan sebagai kerusakan trauma kumulatif.

Apa yang dimaksud dengan Musculoskeletal Disorder?

Menurut NIOSH (1997) yang dimaksud Musculoskeletal Disorder adalah sekelompok kondisi patologis yang mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal yang mencakup sistem saraf, tendon, otot dan struktur penunjang seperti discus intervetebral.

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: Pertama, keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan. Kedua, keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Menurut Humantech (1995), Musculoskeletal Disorder (MSDs) diterjemahkan sebagai kerusakan trauma kumulatif. Penyakit ini terjadi karena proses penumpukan cedera/kerusakan kecil-kecil pada sistem musculoskeletal akibat trauma berulang yang setiap kalinya tidak sempat sembuh sempurna, sehingga membentuk kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit.

Gangguan atau pencederaan pada sistem musculoskeletal hampir tidak pernah langsung, tetapi lebih merupakan suatu akumulasi dari benturan-benturan kecil maupun besar yang terjadi secara terus-menerus dan dalam waktu yang relatif lama, bisa dalam hitungan hari, bulan atau tahun, tergantung dari berat ringannya trauma setiap kali dan setiap hari, sehingga akan terbentuk cedera yang cukup besar yang diekspresikan sebagai rasa sakit, nyeri atau kesemutan, pembengkakan dan gerakan yang terhambat atau gerakan minim pada jaringan tubuh yang terkena trauma.

Pulat (1992), menjelaskan bahwa ada 2 jenis gaya dari gerakan otot yang dipengaruhi beban kerja fisik terhadap tubuh, yaitu :

  1. Gaya dinamis
    Tipe ini memiliki karakteristik dimana melibatkan otot yang berkontraksi secara ritmis dan berelaksasi. Tekanan dan relaksasi menyebabkan darah bersirkulasi dengan baik, dimana oksigen yang dibutuhkan dan yang akan dikeluarkan oleh tubuh juga masih efektif didapatkan.

  2. Gaya statis
    Tipe ini memiliki karakteristik terjadi kontraksi yang lama, terjadi gangguan pada aliran darah. Dimana supply oksigen dan hasil buangannya tidak berjalan dengan baik. Tidak adanya oksigen dan glukosa yang akan diterima menyebabkan gaya ini tidak akan bertahan lama. Akan terjadi sakit pada sistem otot yang juga meningkatkan produk buangan termasuk asam laktat, yang akan berakumulasi di jaringan otot.

Jenis-jenis Musculoskeletal Disorder (MSDs)

Musculoskeletal Disorder (MSDs) dapat disebabkan oleh berbagai faktor resiko, baik berupa faktor tunggal maupun kombinasi dari berbagai faktor resiko. Berikut ini adalah beberapa jenis MSDs yang sering terjadi, gejalanya, faktor resiko ergonomi dan jenis pekerjaan yang beresiko menimbulkan MSDs tersebut.

  1. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
    Gangguan tekanan/pemampatan pada syaraf tengah, salah satu dari tiga syaraf yang menyuplai tangan dengan kemampuan sensorik dan motorik. CTS pada pergelangan tangan merupakan terowongan yang terbentuk oleh carpal tulang pada tiga sisi dan ligamen yang melintanginya.
  • Gejala : Gatal dan mati rasa pada jari khususnya di malam hari, mati rasa yang menyakitkan, sensasi bengkak yang tidak terlihat, melemahnya sensasi genggaman karena hilangnya fungsi saraf sensorik.

  • Faktor Resiko Ergonomi di Tempat Kerja : Manual handling, postur, getaran, repetisi, force/gaya yang membutuhkan peregangan, frekuensi, durasi dan suhu.

  • Pekerjaan Berpotensi : Mengetik dan proses pemasukan data, kegiatan manufaktur, perakitan, penjahit dan pengepakan/pembun gkusan.

  1. Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS)
    Gangguan pada pembuluh darah dan saraf pada jari yang disebabkan oleh getaran alat atau bagian/permukaan benda yang bergetar dan menyebar langsung ke tangan. Dikenal juga sebagai getaran yang menyebabkan white finger, traumatic vasospatic diseases atau fenomena Raynaud’s kedua.
  • Gejala : Mati rasa, gatal-gatal dan putih pucat pada jari, lebih lanjut dapat menyebabkan berkurangnya sensitivitas terhadap panas dan dingin. Gejala biasanya muncul dalam keadaan dingin.

  • Faktor Resiko Ergonomi di Tempat Kerja : Getaran, durasi, frekuensi, intensitas getaran, suhu dingin.

  • Pekerjaan Berpotensi : Pekerjaan konstruksi, petani atau pekerja lapangan, perusahaan automobil dan supir truk, penjahit, pengebor, pekerjaan memalu, gerinda, penyangga atau penggosok lantai.

  1. Low Back Pain Syndrome (LBP)
    Bentuk umum dari sebagian besar kondisi patologis yang mempengaruhi tulang, tendon, syaraf, ligamen, invertebral disc dari lumbar spine (tulang belakang).
  • Gejala : Sakit di bagian tertentu yang dapat mengurangi tingkat pergerakan tulang belakang yang ditandai oleh kejang otot. Sakit dari tingkat menengah sampai yang parah dan menjalar sampai kaki. Sulit berjalan normal dan pergerakan tulang belakang menjadi berkurang. Saat ketika mengendarai mobil batuk atau mengganti posisi.

  • Faktor Resiko Ergonomi di Tempat Kerja : Pekerjaan manual yang berat, postur janggal, force/gaya, beban objek, getaran, repetisi, dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.

  • Pekerjaan Berpotensi : Pekerja lapangan atau bukan lapangan, operator, teknisi dan manajernya, profesional, sales, pekerjaan yang berhubungan dengan tulis menulis dan pengetikan, supir truk, pekerjaan manual handling, penjahit dan perawat.

  1. Peripheral Nerve Entrapment Syndromes
    Pemampatan atau penjepitan saraf pada tangan atau kaki (saraf sensorik, motorik dan autonomik).
  • Gejala : Gejala secara umum pucat, terjadinya perubahan warna dan terasa dingin pada tangan/kaki, pembengkakan, berkurangnya sensitivitas dalam genggaman, sakit dan lemahnya refleksi tendon. Gejala khusus tergantung jenis saraf yang kena. Saraf sensorik: gatal, mati rasa dan sakit pada area suplai, terasa sakit dan panas, sakit seperti tumpul atau sensasi pembengkakan yang tidak kelihatan. Saraf motorik: lemah, kekakuan pada otot, kesulitan memegang sebuah objek.

  • Faktor Resiko Ergonomi di Tempat Kerja : Postur, repetisi, force/gaya, getaran dan suhu.

  • Pekerjaan Berpotensi : Operator register, kasir, pekerjaan perakitan dan pekerja kantoran.

  1. Peripheral Neuropathy
    Gejala permulaan yang tersembunyi dan membahayakan dari dysesthesias dan ketidakmampuan dalam menerima sensasi.
  • Gejala : Gatal-gatal yang sering timbul, mati rasa, terasa sakit bila disentuh, lemahnya otot dan munculnya atrophy yang merusak jaringan saraf motorik, melambatnya aliran konduksi saraf, berkurangnya potensi atau amplitudo saraf sensorik dan motorik.

  • Faktor Resiko Ergonomi di Tempat Kerja : Manual handling, force, repetisi, getaran dan suhu.

  • Pekerjaan Berpotensi : Sektor manufaktur, pekerja di sektor publik dan industri jasa.

  1. Tendinitis dan tenosynovitis
    Tendinitis merupakan peradangan pada tendon, adanya struktur ikatan yang melekat pada masing-masing bagian ujung dari otot ke tulang. Tenosynovitis merupakan peradangan tendon yang juga melibatkan synovium (perlindungan tendon dan pelumasnya).
  • Gejala : Pegal, sakit pada bagian tertentu khususnya ketika bergerak aktif seperti pada siku dan lutut yang disertai dengan pembengkakan. Kemerah-merahan, terasa terbakar, sakit dan membengkak ketika bagian tubuh tersebut beristirahat.

  • Faktor Resiko Ergonomi di Tempat Kerja : Force/gaya peregangan, postur, pekerjaan manual, repetisi, berat beban dan getaran.

  • Pekerjaan Berpotensi : Industri perakitan automobile, pengemasan makanan, juru tulis, sales, manufaktur.