Apa yang dimaksud dengan mulut kering atau Xerostomia?

Xerostomia

Xerostomia adalah gejala berupa mulut kering akibat produksi kelenjar ludah yang berkurang. Gangguan produksi kelenjar ludah tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan / penyakit pada pusat ludah, syaraf pembawa rangsang ludah ataupun oleh perubahan komposisi faali elektrolit ludah.

Gangguan tersebut di atas dapat terjadi oleh karena rasa takut / cemas, depresi, tumor otak, obat-obatan tertentu, penyakit kencing manis, penyakit ginjal dan penyakit radang selaput otak.

Apa yang dimaksud dengan mulut kering atau Xerostomia ?

Xerostomia

Xerostomia berasal dari dua kata, xeros yang berarti kering dan stoma yang berarti mulut, yang secara harfiah disebut mulut kering.6 Xerostomia didefinisikan sebagai sensasi subjektif pada mulut yang kemungkinan berhubungan atau tidak berhubungan dengan penurunan produksi saliva.

Xerostomia umumnya berhubungan dengan penurunan laju aliran saliva dari kelenjar saliva, namun adakalanya jumlah atau aliran saliva normal tetapi seseorang tetap mengeluh bahwa mulutnya kering. Keadaan ini dapat terjadi akut atau kronis, sementara atau permanen dan kurang atau agak sempurna.

Epidemiologi Xerostomia

Prevalensi xerostomia meningkat sering bertambahnya usia dan diperkirakan terjadi pada hampir 30% populasi usia 65 tahun atau lebih. Penyebab paling umum mulut kering adalah obat-obatan karena sebagian besar dewasa tua mengkonsumsi minimal satu jenis obat yang menyebabkan hipofungsi saliva.

Hampir semua pasien dengan Sjögren Syndrome (SS) mengeluhkan mulut kering dan menunjukkan gangguan fungsi salivasi pada pemeriksaan. Prevalensi SS sekitar 1% hingga 4% pada lansia terlebih lagi pada wanita. Radioterapi kepala dan leher menyebabkan kerusakan permanen pada kelenjar saliva jika kelenjar saliva masuk lapangan radiasi.

Faktor yang mempengaruhi xerostomia pada lansia

  1. Obat-obatan
    Beberapa jenis obat merupakan faktor utama terjadinya xerostomia. 80% obat yang umum diresepkan menyebabkan xerostomia, dengan lebih dari 400 obat memiliki efek samping gangguan salivasi. Xerostomia yang diinduksi obat sering terjadi karena lansia lebih sering mengkonsumsi obat-obatan dan lebih rentan terhadap efek samping obat.

    Obat dengan efek antikolinergik paling sering menimbulkan keluhan xerostomia dan menurunkan sekresi saliva. Terlebih lagi, obat yang menghambat neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor membran atau jalur pengangkutan ion pada sel asinus, dapat mengganggu kuantitas dan kualitas saliva. Obat yang memiliki efek tersebut antara lain antidepresan trisiklik, sedatif dan tranzquilizer, antihistamin, antihipertensi (α dan β blocker, calcium channel blocker, angiotensin-converting enzyme inhibitor, diuretik), agen sitotoksik, obat anti parkinson dan anti kejang.

  2. Penyakit sistemik
    Kondisi medis tertentu yang yang menyebabkan xerostomia antara lain SS, diabetes, penyakit Alzheimer, dan dehidrasi. Sjögren Syndrome merupakan salah satu kondisi sistemik yang berkaitan dengan xerostomia dan gangguan salivasi. Sjögren Syndrome adalah gangguan autoimun kronik multisistem yang ditandai dengan peradangan kelenjar eksokrin, hal tersebut mengakibatkan mata dan mulut kering.

  3. Terapi radiasi
    Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah terbukti dapat mengakibatkan hipofungsi kelenjar saliva yang berat dan permanen serta keluhan xerostomia persisten. Rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai derajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi tergantung dari jumlah dosis radiasi yang diberikan selama terapi radiasi.

    Tingkat perubahan kelenjar saliva setelah radiasi yaitu terjadi radang kelenjar saliva pada beberapa hari pertama, lalu setelah satu minggu akan terjadi penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan kelenjar saliva dan penyumbatan. Selain berkurangnya volume saliva, terjadi perubahan lainnya pada saliva, dimana viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menjadi turun dan sekresi Ig A berkurang. Waktu untuk mengembalikan kecepatan sekresi saliva menjadi normal kembali tergantung pada individu dan dosis radiasi yang telah diterima.7

  4. Tingkat stres
    Dalam keadaan gangguan emosional seperti stres, putus asa dan rasa takut dapat merangsang terjadinya pengaruh simpatik dari sistem saraf otonom dan menghalangi sistem saraf parasimpatik sehingga sekresi saliva menjadi menurun dan menyebabkan mulut menjadi kering.

xerostomia

Gejala dan Tanda


Gejala

Keluhan xerostomia lebih sering terjadi saat malam hari karena produksi saliva pada titik terendah irama sirkadian selama tidur, terlebih keluhan tersebut diperparah dengan bau mulut (halitosis). Keluhan lain pada penderita xerostomia adalah gangguan pengecapan (dysgeusia), kesulitan berbicara (disfonia), kesulitan menelan (disfagia), dan pemakaian gigi tiruan.

Xerostomia menyebabkan mengeringnya selaput lendir. Mukosa mulut menjadi kering dan pecah-pecah, mudah mengalami iritasi serta infeksi. Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih saliva berkurang, sehingga terjadi radang dari selaput lendir yang disertai keluhan mulut terasa nyeri (glossodynia) atau seperti terbakar (glossopyrosis).

Tanda

Xerostomia dapat mengakibatkan peningkatan resiko karies gigi dan infeksi jamur berulang seperti kandidiasis. Pada penderita xerostomia dapat ditemukan mukosa mulut kering dan pucat, pembengkakan kelenjar saliva major, angular cheilitis, mukositis, sialadenitis, inflamasi atau ulser pada lidah dan mukosa bukal, ulserasi pada rongga mulut, bahkan terjadi penurunan proses pembersihan mulut yang mengakibatkan retensi makanan dan bakteri.

Diagnosis


Diagnosis xerostomia dilakukan dengan menanyakan riwayat kesehatan keseluruhan yang mencakup penggunaan obat diikuti dengan pemeriksaan klinis. Diagnosis dapat dibantu dengan menanyakan beberapa pertanyaan.

Jawaban “ya” terhadap paling sedikit satu pertanyaan berikut dapat dikaitkan dengan gangguan kelenjar saliva.

  1. Apakah mulut Anda terasa kering saat makan?
  2. Apakah Anda merasa kesulitan untuk menelan makanan?
  3. Apakah Anda perlu sedikit cairan untuk membantu menelan makanan kering?

Diagnosis xerostomia dapat juga dilakukan secara objektif dengan mengukur perubahan saliva secara kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan pengumpulan saliva dari kelenjar saliva mayor individual atau melalui campuran cairan dalam rongga mulut yang disebut saliva murni. Metode utama untuk mengukur saliva murni yaitu metode draining, spitting, suction, dan swab.

  • Metode draining bersifat pasif, metode ini memungkinkan saliva pasien mengalir dari mulut ke dalam tabung dalam suatu masa waktu.

  • Metode suction menggunakan sebuah aspirator atau penghisap saliva untuk mengeluarkan saliva dari mulut ke dalam tabung pada periode waktu yang telah ditentukan.

  • Metode swab menggunakan gauze sponge yang diletakkan di dalam mulut pasien dalam waktu tertentu.

  • Metode spitting (metode yang digunakan Nederfords sesuai dengan metode standar Navazesh) dilakukan dengan membiarkan saliva untuk tergenang di dalam mulut dan meludahkan ke dalam suatu tabung setiap 60 detik selama 2-5 menit.

Pengukuran laju aliran saliva dilakukan setelah proses pengumpulan saliva. Laju aliran saliva yang diukur adalah laju aliran saliva tanpa stimulasi (USFR/unstimulated salivary flow rate) dan laju aliran saliva terstimulasi (SSFR/stimulated salivary flow rate).

Tabel Klasifikasi laju aliran saliva.
image