Apa yang dimaksud dengan Morbili (Rubeola atau Campak)?

Campak (Morbili) adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi.

Apa yang dimaksud dengan Morbili (Rubeola atau Campak) ?

Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Measles. Nama lain dari penyakit ini adalah rubeola atau campak. Morbili merupakan penyakit yang sangat infeksius dan menular lewat udara melalui aktivitas bernafas, batuk, atau bersin. Pada bayi dan balita, morbili dapat menimbulkan komplikasi yang fatal, seperti pneumonia dan ensefalitis.

Salah satu strategi menekan mortalitas dan morbiditas penyakit morbili adalah dengan vaksinasi. Namun, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, ternyata cakupan imunisasi campak pada anak-anak usia di bawah 6 tahun di Indonesia masih relatif lebih rendah (72,8%) dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara yang sudah mencapai 84%. Pada tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan tingkat insiden tertinggi ketiga di Asia Tenggara.

World Health Organization melaporkan sebanyak 6300 kasus terkonfirmasi Morbili di Indonesia sepanjang tahun 2013. Dengan demikian, hingga kini, morbili masih menjadi masalah kesehatan yang krusial di Indonesia. Peran dokter di pelayanan kesehatan primer sangat penting dalam mencegah, mendiagnosis, menatalaksana, dan menekan mortalitas morbili.

Hasil Anamnesis (Subjective)

  1. Gejala prodromal berupa demam, malaise, gejala respirasi atas (pilek, batuk), dan konjungtivitis.

  2. Pada demam hari keempat, biasanya muncul lesi makula dan papula eritem, yang dimulai pada kepala daerah perbatasan dahi rambut, di belakang telinga, dan menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga muka, badan, ekstremitas, dan mencapai kaki pada hari ketiga.

  3. Masa inkubasi 10-15 hari.

  4. Belum mendapat imunisasi campak

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

  1. Demam, konjungtivitis, limfadenopati general.
  2. Pada orofaring ditemukan koplik spot sebelum munculnya eksantem.
  3. Gejala eksantem berupa lesi makula dan papula eritem, dimulai pada kepala pada daerah perbatasan dahi rambut, di belakang telinga, dan menyebar secara sentrifugal dan ke bawah hingga muka, badan, ekstremitas, dan mencapai kaki
  4. Pada hari ketiga, lesi ini perlahan-lahan menghilang dengan urutan sesuai urutan muncul, dengan warna sisa coklat kekuningan atau deskuamasi ringan. Eksantem hilang dalam 4-6 hari.

morbili campak
Gambar Morbili

Pemeriksaan Penunjang

Pada umumnya tidak diperlukan. Pada pemeriksaan sitologi dapat ditemukan sel datia berinti banyak pada sekret. Pada kasus tertentu, mungkin diperlukan pemeriksaan serologi IgM anti-Rubella untuk mengkonfirmasi diagnosis.

Penegakan Diagnosis (Assessment)

  1. Diagnosis umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
  2. Diagnosis banding:
    • Erupsi obat
    • Eksantem virus yang lain (rubella, eksantem subitum),
    • Scarlet fever
    • Mononukleosis infeksiosa
    • Infeksi Mycoplasma pneumoniae

Komplikasi

Komplikasi lebih umum terjadi pada anak dengan gizi buruk, anak yang belum mendapat imunisasi, dan anak dengan imunodefisiensi dan leukemia. Komplikasi berupa otitis media, pneumonia, ensefalitis, trombositopenia. Pada anak HIV yang tidak diimunisasi, pneumonia yang fatal dapat terjadi tanpa munculnya lesi kulit.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

  1. Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis.

  2. Obat diberikan untuk gejala simptomatis, demam dengan antipiretik. Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik.

  3. Suplementasi vitamin A diberikan pada:

    • Bayi usia kurang dari 6 bulan 50.000 IU/hari PO diberi 2 dosis.
    • Usia 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2 dosis.
    • Usia di atas 1 tahun 200.000 IU/hari PO 2 dosis.
    • Anak dengan tanda defisiensi vitamin A, 2 dosis pertama sesuai usia, dilanjutkan dosis ketiga sesuai usia yang diberikan 2-4 minggu kemudian.

Konseling dan Edukasi

Edukasi keluarga dan pasien bahwa morbili merupakan penyakit yang menular. Namun demikian, pada sebagian besar pasien infeksi dapat sembuh sendiri, sehingga pengobatan bersifat suportif. Edukasi pentingnya memperhatikan cairan yang hilang dari diare/emesis.

Untuk anggota keluarga/kontak yang rentan, dapat diberikan vaksin campak atau human immunoglobulin untuk pencegahan. Vaksin efektif bila diberikan dalam 3 hari terpapar dengan penderita. Imunoglobulin dapat diberikan pada individu dengan gangguan imun, bayi usia 6 bulan - 1 tahun, bayi usia kurang dari 6 bulan yang lahir dari ibu tanpa imunitas campak, dan wanita hamil.

Kriteria Rujukan

Perawatan di rumah sakit untuk campak dengan komplikasi (superinfeksi bakteri, pneumonia, dehidrasi, croup, ensefalitis)

Peralatan

Tidak diperlukan peralatan khusus untuk menegakkan diagnosis morbili.

Prognosis

Prognosis pada umumnya baik karena penyakit ini merupakan penyakit self- limiting disease.

Referensi

  1. Djuanda, A. Hamzah, M. Aisah, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 5th Ed. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. (Djuanda, et al., 2007)
  2. James, W.D. Berger, T.G. Elston, D.M. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Saunders Elsevier. Canada. 2000. (James, et al., 2000)
  3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Pedoman Pelayanan Medik. 2011. (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, 2011)

Morbili atau campak adalah suatu penyakit infeksi virus akut yang sangat menular, ditandai dengan 3 stadium: stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia 5-9 tahun. Di Negara berkembang menyerang anak usia lebih muda daripada Negara maju.

Etiologi


Virus yang tergolong Famili Paramyxovirus, yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, sinar ultraviolet dan ether.

Patofisiologi


Infeksi melalui saluran pernapasan --> kelenjar getah bening local --> sel-sel jaringan limforetikuler --> sel epitel kulit dan mukosa (saluran napas, saluran cerna, saluran kemih).

Gambaran klinis

  • Stadium inkubasi: 10-12 hari

  • Stadium prodromal
    Menunjukkan gejala pilek, batuk, dan diare akibat peradangan selaput mukosa hidung, mulut, tenggorok, saluran cerna dengan ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak Koplik) serta peradangan konjungtiva (konjungtivitis)

  • Stadium erupsi
    Keluarnya ruam eritromakulopapular yang timbul mulai dari belakang telingaàmenyebar ke wajah, badan, lengan, dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan meningkat.

  • Masa penyembuhan
    Setelah gejala klinis berkurang, terjadi hiperpigmentasi dan deskuamasi.

Diagnosis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang sangat berkaitan, yaitu koriza. conjungtivitis, fotofobia disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa hari dan diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali dari belakang telinga yang kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas.

Beberapa pemeriksaan penunjang antara lain ditemukannya sel raksasa pada lapisan mukosa hidung atau pipi dan pemeriksaan serologik dapat ditemukan IgM spesifik.

Tatalaksana

Tatalaksana dibagi menjadi:

  • Morbili tanpa penyulit: Rawat jalan Antipiretika Nutrisi: cukup cairan dan kalori

  • Campak dengan penyulit Rawat inap Nutrisi: cukup cairan dan kalori Vitamin A 200.000 U untuk anak usia diatas 1 tahun dan 100.000 U untuk anak dibawah 1 tahunMengatasi penyulit

Komplikasi


Otitis Media Akuta, Laringitis Akuta, Pneumonia, Gastroenteritis, Ensefalitis, Gangguan Gizi.

Prognosis


Umumnya prognosis morbili adalah baik.

Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Ilmu kesehatan anak : Buku panduan belajar koas, Udayana University Press

Referensi :

  • Chery JD. Measles. Dalam:Feigin RD, Cherry JD, Demmler GJ, Kaplan SL, penyunting. Textbook of pediatric infectious. Edisi ke-15. Philadelphia: WB Saunders; 2004.
  • Boulant JA. Thermoregulation. Dalam: Mackowiak PA, penyunting. Fever: basic mechanism and management. Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincot-Raven; 1997. h.35-58
  • Woodward TE. Fever pattern as diagnostic aid. Dalam: Mackowiak PA, penyunting. Fever: Basic mechanism and management, Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincot-Raven; 1997. h.215-35
  • Gillespie. Measles. Dalam: Cook GC, Zumla Ai, penyunting. Manson’s tropical disease. Edisi ke-21. Philadelphia: WB Saunders; 2003.
  • Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and practices of pediatrics infectious disease. Edisi ke-2. Philadelphia: Churchill Livingstone; 2003
  • Red book 2006: report of the commitee on infectious disease.
  • Elk Grove Village; American Academy of Pediatrics; 2006