Apa yang dimaksud dengan Mati Suri menurut kedokteran ?

Mati Suri

Apa yang dimaksud dengan Mati Suri menurut kedokteran ?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mati suri dikatakan sebagai mati samar, tampaknya sudah mati, tetapi nyatanya belum. Dalam ilmu kedokteran, mati suri didiagnosa dengan terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan (jantung, paru-paru dan otak) yang ditentukan oleh alat kedokteran sederhana. Mati suri adalah suatu keadaan yang mirip dengan kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem tersebut bersifat sementara. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.

Adapun dalam ilmu thanatologi, pengertian yang sebenarnya dari mati suri adalah suatu keadaan di mana proses vital turun ke tingkat yang paling minimal untuk mempertahankan kehidupan, sehingga tanda-tanda kliniknya tampak seperti sudah mati. Dengan peralatan yang sederhana, maka tanda-tanda kehidupan tidak dapat dideteksi, walaupun sebetulnya yang bersangkutan masih dalam keadaan hidup. Dengan pertolongan yang cepat dan tepat atau terkadang secara spontan kondisinya dapat pulih kembali seperti sebelumnya.

Padahal, mati suri merupakan suatu peristiwa yang mendekati kematian. Penelitian ilmiah tentang pengalaman mendekati kematian “near-death experience” (NDE) atau “near death survival” (NDS) telah banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap orang-orang yang pernah koma atau mati suri, namun pulih kembali. Adapun orang yang pertama kali melakukan penelitian di bidang ini adalah Raymond A. Moody, ia menjelaskan “pengalaman menjelang kematian” dalam bukunya lifer after life (kehidupan setelah kehidupan). Dokter sekaligus psikolog Amerika ini mewawancarai ±100 orang yang pernah mengalami mati suri. Walaupun informasi mereka dalam rinciannya berbeda-beda, namun pada prinsipnya sama, yaitu mereka semua merasa ketika mengalami “kematian” itu bahwa mereka bagaikan keluar dari badan mereka. Menurut Raymond A. Moody, yang dikutip oleh Aliah B. Purwakania Hasan tercatat bahwasannya ada Sembilan elemen yang umumnya terjadi pada orang yang mendapatkan pengalaman mati suri, yang meliputi:

  • Suara aneh: terdapat suara yang mendengung atau berdering yang disertai perasaan telah meninggal.

  • Kedamaian dan kehilangan rasa sakit: ketika mereka dalam proses meninggal, mereka dapat merasakan sakit yang intensif, namun ketika mereka telah meninggalkan tubuh rasa sakit hilang dan mereka merasakan kedamaian.

  • Pengalaman keluar dari tubuh: mereka yang mati suri sering merasakan sensasi naik ke atas dan melayang di atas tubuhnya dan menyaksikan ke bawah tubuhnya (misalnya dikelilingi tim medis) dengan persaan yang nyaman. Mereka mengalami perasaan berada dalam tubuh spiritual dan yang muncul sebagai suatu bentuk lapangan energi yang hidup.

  • Pengalaman dalam terowongan: pengalaman selanjutnya adalah mereka merasa ditarik ke dalam kegelapan melalui sebuah terowongan, dengan kecepatan yang sangat tinggi, sampai mencapai wilayah dengan cahaya putih berpendar keemasan.

  • Terangkat cepat ke atas: selain terowongan, beberapa orang merasa naik tiba-tiba menuju surga dan melihat bumi pada lapisan angkasa.

  • Manusia cahaya: sesampainya mereka pada sisi lain terowongan atau setelah terangkat ke atas, orang yang mati suri menemukan orang-orang lain yang berpendar sebagai suatu pusat cahaya. Sering kali mereka bertemu dengan teman-teman dan kerabatnya yang telah lebih dulu meninggal dan memberi mereka salam.

  • Wujud cahaya: setelah menemui manusia cahaya, mereka yang mati suri sering bertemu dengan wujud spiritual yang sangat kuat, yang seringkali diidentifikasi sebagai gambaran religious lainnya yang memiliki kepribadian tertentu.137

  • Ulasan kehidupan: wujud cahaya menyajikan orang yang mati suri dengan pemandangan segala hal yang telah mereka lakukan di atas dunia. Mereka seperti mengalami kembali segala perbuatan yang telah dilakukan kepada orang lain semasa hidupnya.

  • Desakan untuk kembali: wujud cahaya terkadang menyatakan orang mati suri harus kembali ke kehidupan mereka semula. Pada saat lain, mereka memberikan pilihan untuk tinggal atau kembali.

Kebanyakan orang yang mengalami mati suri akhirnya percaya sepenuhnya tentang wujud Tuhan dan eksistensi jiwa serta kehidupan di alam selain alam materi. Memang, keterikatan terlalu kuat dengan materi menjaidkan manusia kehilangan koneksi dengan Tuhan; menjadikan ia lupa dengan alam spiritual, tetapi begitu ia lepas dari belenggu dunia, di saat itu pula ia menyadari wujud jiwa dan jati dirinya.

Ada pula yang menyebut mati suri dengan istilah OBE (out of body experience), yaitu ruh keluar dari badan kemudian masuk lagi ke tubuh semula. Seperti yang dijelaskan oleh Komaruddin Hidayat, bahwasannya dari sekian cerita dari teman baiknya yang mengalami mati suri maupun out of body terdapat beberapa hikmah yang yang terkesan.

  • Pertama, ketika ruh keluar dari jasad dan dinyatakan meninggal, yang paling menggembirakan adalah ketika keluarganya ikhlas dan melepas dengan do’a, karena sesungguhnya mati tak ubahnya pulang mudik ke kampung Ilahi.

  • Kedua, kekayaan duniawi terlihat jelas hanya sebatas sarana untuk tujuan yang lebih mulia. Ibarat tubuh, dunia ini tidak memiliki kehidupan pada dirinya tanpa adanya ruh.

Dalam sejumlah catatan, diketahui mereka yang pernah mengalami mati suri akan mengalami peningkatan fungsi lobus temporal sebelah kiri di dalam otaknya. Karena, secara umum ada indikasi fungsi otaknya menjadi lebih holistic dibandingkan sebelumnya yang terpetak-petak. Selain itu, mereka yang memiliki pemahaman makna kehidupan dan kepedulian kepada orang lain lebih tinggi, intuisi dan kadar spiritualnya meningkat, termasuk kepekaan terhadap alam.

Berbagai kasus mati suri telah dialami oleh sebagian masyarakat, sebagian telah dibukukan disertai berbagai analisis medis dan psikologis. Tak jarang memasuki wilayah-wilayah spiritual yang lebih dalam. Namun, sampai sejauh ini belum ada kata sepakat tentang mekanisme terjadinya, melainkan hanya sedikit. Terutama dalam pendekatan Sains dan medis, bahkan sebagian ilmuwan menyebut penelitian tentang sakaratul maut disebut sebagai keajaiban psikosomatis, yakni pengalaman psikologi yang berdampak pada fisik. Pengalaman mati suri ini masih tetap menyimpan kontroversi antara yang mempercayainya sebagai sebuah realitas dan hanya menganggap sebagai halusinasi.