Emosi secara harviah berasal dari bahasa Perancis yaitu emotion, dari emovoir yang berarti kegembiraan. Dalam bahasa Latin emovere yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Goleman (2009) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian marah adalah perasaan tidak senang karena diperlakukan tidak sepantasnya. Chaplin (terjemahan Kartono, 2011) merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organism mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan perilaku.
Emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus) dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku approach (mengarah) atau avoidance (pengelakan) terhadap sesuatu dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi (Walgito, 2010).
Suharman (1995) mengartikan bahwa marah adalah suatu emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas simpatetik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat disebabkan adanya kesalahan yang mungkin nyata atau tidak nyata. Sedangkan Safaria berpendapat bahwa marah merupakan sesuatu yang bersifat sosial dan biasanya terjadi jika mendapat perlakuan tidak adil atau tidak menyenangkan di dalam interaksi sosial (2009).
Albin mengungkapkan bahwa rasa marah merupakan emosi yang sangat sukar bagi setiap orang, baik dalam hal menerima ataupun untuk mengungkapkannya. Rasa marah menunjukkan bahwa suasana perasaan tersinggung oleh seseorang atau sesuatu sudah tidak baik (Safaria, 2009).
Chaplin (terjemahan Kartono, 2011) mendefinisikan marah merupakan suatu reaksi emosional akut yang ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang termasuk ancaman lahiriah, pengekangan diri dari lisan dan kekecewaan.
Emosi marah merupakan salah satu jenis emosi yang dianggap sebagai emosi dasar dan bersifat universal. Semua orang dari semua budaya memiliki emosi marah dan biasanya, marah dianggap sebagai bagian yang tidak terpisah dari agresi, kekejaman, dan kekerasan. Oleh karenanya pembahasan marah biasanya selalu dikatkan dengan agresi dan kekerasan karena emosi marah dinilai negatif oleh masyarakat karena sifatnya destruktif.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa marah merupakan reaksi emosional yang terjadi akibat adanya perasaan yang tidak menyenangkan terhadap lingkungan dan perasaan tidak suka dalam interaksi sosial.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Emosi Marah
Menurut Zaquest secara garis besar emosi marah bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal (Kurniawan, 2012), berikut penjelasannya :
1. Faktor Internal
Menyangkut kontrol diri seseorang, pola pandang yang dianutnya serta kebiasaan yang ditumbuhkannya dalam merespons suatu permasalahan.
2. Faktor Eksternal
Situasi-situasi di luar diri seseorang yang memancing respon emosional, latar belakang, serta budaya dan lingkungan sekitar.
Menurut Purwanto dan Mulyono (2006) secara garis besar sebab yang menimbulkan marah itu terdiri dari faktor fisik dan faktor psikis, yakni 
Sebab- sebab yang mempengaruhi faktor fisik antara lain:
- Kelelahan yang berlebihan. Misalnya orang yang terlalu lelah karena kerja keras akan lebih mudah marah dan mudah sekali tersinggung serta dapat menjadi penyebab utama menurunnya kondisi fisik pada seseorang.
- Zat-zat tertentu yang bisa menyebabkan marah. Misalnya jika otak kurang mendapat zat asam, orang itu lebih mudah marah.
- Hormon kelamin pun dapat mempengaruhi kemarahan seseorang.
Faktor psikis yang menimbulkan marah adalah erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. Terutama sekali yang menyangkut apa yang disebut “konsep diri yang salah” yaitu bahwa anggapan seseorang terhadap dirinya sendiri yang salah. Konsep diri yang salah menghasilkan pribadi yang tidak seimbang dan tidak matang. Karena seseorang akan menilai dirinya sendiri sangat berlainan sekali dengan kenyataan yang ada.
Beberapa konsep diri yang salah dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
- MC = Minderwaardigheid Complex (Rasa rendah diri), yaitu menilai dirinya sendiri lebih rendah dari yang sebenarnya.
-
Superiority Complex (Sombong), yaitu menilai dirinya sendiri sangat penting melebihi kenyataan yang ada.
- Egosentris atau terlalu mementingkan dirinya sendiri, yang menilai dirinya sangat penting melebihi kenyataan.
Bentuk-bentuk emosi marah
Nay (dalam adiati, 2012), seorang ahli anger management (pengelolaan marah) menyebutkan berbagai bentuk kemarahan.
Untuk istilah bentuk kemarahan disebut sebagai wajah kemarahan adalah sebagai berikut :
-
Pasif-agresi
Karakteristik yang dapat dilihat adalah menahan pujian, perhatian atau kepedulian; mungkin “melupakan” atau tidak menaati komitmen; menjaga jarak ketika marah; melakukan sesuatu yang diketahui dapat membuat kesal orang lain; dan bisa berlangsung lama.
-
Sarkasme
Karakteristik yang dimunculkan adalah melontarkan sindiran yang menyakitkan; membuka aib seseorang di hadapan orang lain atau mempermalukan di depan umum; mengeraskan suara dan sikap yang dapat membuat orang tidak suka.
-
Kemarahan dingin
Biasanya ditandai dengan menjauhkan diri dari orang lain selama beberapa waktu; menjaga jarak; menolak menunjukan apa yang menjadi masalah; dan cenderung menghindari pembicaraan emosional ketika marah.
-
Permusuhan
Menunjukkan suatu gejolak perasaan, meninggikan volume suara lebih tertekan; berlaku seolah-olah diburu waktu; menunjukkan tanda- tanda frustasi dan kekesalan terhadap orang lain yang lamban atau tidak memenuhi ekspektasi kompetensi dan kinerja yang tinggi.
-
Agresif
Suara yang meninggi, melontarkan kata-kata keras dan atau menghina; kutukan, sumpah serapah dan tuduhan; memiliki pikiran atau gambaran mental untuk menyakiti orang lain; dan menumpahkan kemarahan dengan menyentuh, mendorong, menghadang atau memukul.