Apa yang dimaksud dengan Maqamat dalam ajaran tasawuf ?

Tasawuf

Apa yang dimaksud dengan Maqamat dalam ajaran tasawuf ?

Para sufi mendefinisikan maqamat sebagai suatu tahap adab kepada Allah dengan bermacam usaha yang diwujudkan untuk satu tujuan pencarian dan ukuran tugas masing-masing yang berada dalam tahapnya sendiri ketika dalam kondisi tersebut, serta tingkah laku riyadah menuju kepada-Nya.

Maqamat adalah tahap atau titik pemberhentian untuk mencapai tujuan tasawuf yang harus dilalui satu demi satu oleh salik .

Dalam jumlah dan urutan maqamat para sufi berbeda pendapat. Namun yang popular adalah maqam Taubah, Zuhd, Sabr, Tawakkal, dan Rida. Untuk penjelasannya sebagai berikut:

Taubah

Untuk maqam taubah , para sufi sepakat menempatkannya pada tahap pertama. Hal ini karena, menurut kesepakatan para sufi, bahwa untuk dapat mendekat kepada Allah Swt yang Maha Suci, tidak akan mungkin jika sang salik masih berlumuran dengan dosa. Ia harus bersih terlebih dahulu sebelum mendekat kepada-Nya. Pembersihan diri dari dosa inilah pengertian dari maqam taubah.

Zuhd

Secara definitif zuhd adalah mengabaikan kehidupan duniawi. Hal ini karena, menurut kaum sufi, kehidupan duniawi adalah sumber kemaksiatan dan penyebab terjadinya kejahatan dan dosa. Oleh karena itu, ia harus ditinggalkan. Maqam zuhd ini sangat erat dengan maqam taubah , sebab taubat tidak akan mungkin berhasil selama hati salik masih kecenderungan dan kesenangan duniawi. Namun, dengan pendapat ini, Ibn Taimiyyah tidak sependapat. Menurutnya, zuhd tidak harus meninggalkan semua materi duniawi, tetapi memilah dan memilih. Jika ia merugikan bagi kehidupan akhirat, maka ia harus ditinggalkan. Jika tidak, maka juga tidak boleh ditinggalkan.

Sabr

Sabr bukanlah sesuatu yang harus menerima seadanya, namun malah sebaliknya, yaitu berusaha secara sungguh-sungguh dalam menahan diri dalam memikul suatu penderitaan baik dalam suatu perkara yang tidak diingini maupun dalam kehilangan sesuatu yang disenangi. Sabr juga merupakan sikap jiwa yang ditampilkan dalam penerimaan sesuatu baik berkenaan dengan penerimaan tugas dalam bentuk perintah maupun larangan. Jadi, sabr adalah menahan diri dari kecenderungan hawa nafsu terhadap perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah Swt.

Tawakkal

Secara definitif umum, Tawakkal adalah kepercayaan dan penyerahan kepada takdir Allah Swt. sepenuh jiwa dan raga. Kemudian, menurut para sufi, Tawakkal dimaknai sebagai suatu keadaan jiwa yang tetap berada selamanya dalam ketenangan dan ketentraman baik dalam keadaan suka maupun duka. Dalam keadaan suka ia harus bersukur dan ketika dalam keadaan duka ia harus bersabar. Dengan kata lain, dalam keadaan apapun, sang salik tidak diperbolehkan resah dan gelisah, apalagi mencela takdir Allah Swt.

Rida

Rida adalah puncak kecintaan yang diperoleh sang salik selepas menjalani proses ubudiyyahi kepada Allah Swt. yang panjang. Menurut al-Ghazali, kelebihan rida Allah Swt merupakan manifestasi dari keridaan hamba. Rida terikat dengan nilai penyerahan diri kepada Allah yang bergantung kepada usaha manusia dalam berhubungan dengan-Nya agar senantiasa dekat dengan-Nya.

Referensi :

  • Imam al-Qusyairy al-Naisaburi, Risalah Qusyairiyyah , terj. Lukman Hakim, (Surabaya: Risalah Gusti, 1999).
  • Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam , (Jakarta: Pustaka Bulan Bintang, 1993)