Apa yang dimaksud dengan Law of Diminishing Marginal Utility?

Utility

Law of Diminishing Marginal Utility adalah aturan umum bahwa setiap unit yang dikonsumsi menambah kepuasan yang lebih sedikit kepada konsumen daripada yang sebelumnya, yaitu utilitas marjinal dari setiap barang atau jasa berkurang karena setiap unit baru dikonsumsi.

Referensi

Black, A.C. (2006). Dictionary of Economics Over 3,000 Terms Clearly Defined. London:A & C Black Publishers Ltd

Hukum Utilitas Marjinal yang Semakin Menurun atau The law of diminishing marginal utility merupakan tambahan kepuasan yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan satu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya pada barang tersebut. (Kennedy, 2016).

Pada teori perilaku konsumen dalam pendekatan ekonomi mikro dijelaskan bahwa setiap konsumen akan berusaha untuk memperoleh kepuasan maksimal (maximation utility) dari mengonsumsi barang atau jasa. Tujuan konsumen adalah memaksimalkan utilitas dengan batasan berupa pendapatan dan harga yang bersangkutan.

Keputusan ekonomi yang dilakukan konsumen sangat beragam, namun harus dapat dianalisa secara general dalam membentuk suatu teori. Karena itu dalam menganalisa teori ekonomi perlu dilakukan penyederhanaan-penyederhanaan dalam suatu ketentuan umum yang mengikat teori berupa asumsi-asumsi.

Tokoh ekonomi terkenal yaitu Gossen dalam Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terus-menerus maka kepuasanya akan semakin menurun. Hukum Gossen I tersebut sejalan dengan The law of diminishing marginal utility yang menjelaskan bahwa ketika jumlah suatu barang yang dikonsumsi meningkat, utilitas marjinal dari barang tersebut cenderung semakin berkurang. Berikut adalah kurva yang menggambarkan kondisi dari The law of diminishing marginal utility.

The law of diminishing marginal utility

Pada Grafik.4.1 menggambarkan ketika seseorang membeli coklat sebanyak 1 sampai 5 bar, sang pembeli akan mendapatkan tingkat kepuasan yang cenderung menurun. Pada bar ke 5 itu disebut kepuasan maksimum (maximum utility), karena pada bar ke 6 sang pembeli mulai merasakan bahwa coklat yang dibeli tersebut sudah tidak enak atau sang pembeli mengalami penurunan tingkat kepuasan. Untuk penurunan tingkat utilitas tersebut lebih jelas terlihat pada Grafik 4.2

Contoh : Seseorang dapat membeli sepotong pizza seharga Rp10.000, dia cukup lapar dan memutuskan untuk membeli lima potong pizza. Setelah membelinya, individu tersebut mengkonsumsi potongan pizza pertama dan memperoleh manfaat positif tertentu dari memakan pizza tersebut karena dia lapar dan ini adalah makanan pertama yang dikonsumsinya. Potongan pizza pertama memiliki manfaat yang tinggi.

Setelah mengonsumsi pizza potongan kedua, selera makan individu menjadi terpuaskan. Dia tidak lapar seperti sebelumnya, jadi potongan pizza kedua memiliki manfaat dan kenikmatan yang lebih kecil seperti yang pertama. Potongan ketiga sama seperti sebelumnya yaitu memiliki kegunaan yang lebih sedikit karena individu tersebut sekarang tidak lapar lagi.

Nyatanya, potongan keempat pizza juga mengalami penurunan utilitas marjinal. Pizza tersebut jadi sulit dikonsumsi karena dia mengalami ketidaknyamanan saat kenyang dengan makanan. Akhirnya, potongan pizza kelima bahkan tidak bisa dikonsumsi. Orang tersebut begitu kenyang dari empat potong pertama sehingga memakan potongan terakhir pizza menghasilkan utilitas negatif. Lima potong pizza menunjukkan penurunan utilitas yang dialami saat konsumsi barang apa pun.

Sumber

Kennedy, P. S. Johnson. (2016). TEORI PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN KARDINAL. Modul Ekonomi Mikro. Jakarta: UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA