Apa yang dimaksud dengan Kloramfenikol?

Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas, namun dapat menyebabkan efek samping hematologik yang berat jika diberikan secara sistemik. Oleh karena itu, obat ini sebaiknya dicadangkan untuk penanganan infeksi yang mengancam jiwa, terutama akibat Hemophilus influenzae dan demam tifoid. Kloramfenikol juga digunakan pada fibrosis sistik untuk mengatasi infeksi pernafasan karena Burkholderia cepacia yang resisten terhadap antibiotik lain. Sindrom Grey baby dapat terjadi setelah pemberian dosis tinggi pada neonatus dengan metabolisme hati yang belum matang. Untuk menghindarkan hal ini dianjurkan untuk melakukan monitoring kadar plasma. Kloramfenikol juga tersedia dalam bentuk tetes mata dan tetes telinga.

2 Likes

Kloramfenikol


Saat ini telah diketahui macam-macam antibiotik serta pemakaiannya dalam bidang kedokteran, peternakan, pertanian, dan beberapa bidang yang lain. Walaupun demikian, tidak semua antibiotik dikenal masyarakat umum. Hanya antibiotik-antibiotik yang penting dan banyak digunakan yang dikenal oleh masyarakat (Sumardjo, 2009).

Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik berspektrum luas yang berasal dari beberapa jenis streptomyces misalnya S. Venezuelae, S. phaeochromogenes var. chloromycetius dan S. omiyanensis. Setelah para ahli berhasil mengelusidasi strukturnya, maka sejak tahun 1950 kloramfenikol sudah dapat di sintesis secaratotal. S. Venezuelae petama kali diisolasi oleh Burkholder pada tahun 1947 dari contoh tanah yang diambil di Venezuela. Filtrat kultur cair organisme menunjukkan aktivitas terhadap bakteri gram negatif dan rikestia. Bentuk kristal antibiotik ini diisolasi oleh Bartz pada tahun 1948 dan dinamakan kloromisetin karena adanya ion klorida dan didapat dari suatu aktinomisetes (Wattimena dkk, 1991).

Chloramphenicol; D-threo-(-)-2,2-dichloro-N-𝛽𝛽-hydroxy-𝛼𝛼-(hydroxy- methyl)-p-nitrophenethyl acetamide.

Struktur: C11H12C12N2O5
Berat molekul: 323,13 Rumus bangun :

image

Jarak lebur 149 sampai 153℃

Kelarutan: 1 g larut dalam kira-kira 400 ml air; sangat mudah larut alkohol, aseton, butanol, propilen glikol, dan etil asetat; sukar larut dalam eter dan kloroform; tidak larut dalam benzoat dan petroleum eter (Connors, 1986). Senyawa ini termasuk antibiotika yang paling stabil. Larut dalam air pada pH 6 menunjukkan kecenderungan terurai yang paling rendah. Dalam basa akan terjadi penyabunan ikatan amida dengan cepat (Schunack dkk, 1990).

Bentuk-bentuk yang ada yaitu Kloramfenikol; kloramfenikol palmitat (C27H24Cl2N2O6); kloramfenikol natrium suksinat (C15H15C12N2NaO8) (Connors, 1986). Menurut Dirjen POM (1995), kloramfenikol memiliki sifat fisikokimia yaitu:

  • Rumus Molekul: C11H12Cl2N2O5 Nama Umum : Kloramfenikol

  • Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan; larutan praktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.

  • Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.

  • Persyaratan : Pada sediaan kapsul kloramfenikol mengandung kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian. Dia memiliki stabilitas yang sangat baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2 sampai 7, stabilitas maksimumnya dicapaipada pH 6. Pada suhu 25℃ dan pH 6, memiliki waktu paruh hampir 3 tahun. Yang menjadi penyebab utama terjadinya degradasi kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrolitik pada pemecahan amida. Laju reaksinya berlangsung dibawah orde pertama dan tidak tergantung pada kekuatan ionik media (Connors, 1986).

Mekanisme Kerja Kloramfenikol


Berikut ini mekanisme kerja Klorafenikol didalam tubuh. antara lain :

  • Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil tansferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman (Setiabudy, 2007).

  • Kloramfenikol terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase. Ini merintangi pembentukan ikatan peptida antara asam amino-tRNA pada sisi aminoasil. Selain itu juga dirintangi rantai peptida yang sedang memanjang pada sisi peptidil pada ribosom sehingga translasi terhenti (Nogrady, 1992).

  • Kloramfenikol diabsorpsi cepat dan hampir sempurna dari saluran cerna, karena obat ini mengalami penetrasi membran sel secara cepat. Setelah absorpsi, kloramfenikol didistribusikan secara luas ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Metabolit utama kloramfenikol adalah glukuronida –nya yang bekerja antibiotik, yang dibuat di hati dan diekskresikan melalui ginjal (Katzung, 2004).

Penggunaan Kloramfenikol


Berhubung risiko anemia aplastis fatal, kloramfenikol di negara Barat sejak tahun 1970-an jarang digunakan lagi per oral untuk terapi manusia. Dewasa ini hanya dianjurkan pada beberapa jenis infeksi bila tidak ada kemungkinan lain, yaitu pada infeksi tifus ( salmonella typhi ) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae ), juga obat, khususnya abses otak oleh B.fragilis. Untuk infeksi tersebut sebetulnya juga tersedia antibiotika yang lain yang lebih aman dengan efektivitas sama (Tjay, 2007).

Kloramfenikol sangat berguna dalam menangani meningitis pada anak yang alergi pada penisilin, menderita abses otak atau infeksi anaerobik lainnya, dan juga pada infeksi intraokular akibat organisme yang sensitif. Kecuali itu juga bersifat bakteriostatik terhadap banyak baksil gram negatif lainnya (Skach dkk, 1988).

Efek Samping


Efek samping umum berupa gangguan lambung-usus, neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut. Tetapi yang sangat berbahaya adalah depresi sumsum tulang ( myelodepresi ) yang dapat berwujud dalam dua bentuk anemia, yakni sebagai:

  • Penghambatan pembentukan sel-sel darah (eritrosit, trombosit, dan granulosit) dalam waktu 5 hari sesudah dimulainya terapi. Gangguan ini tergantung lamanya terapi dan bersifat reversibel.

  • Anemia aplastis, yang timbul sesudah beberapa minggu sampai beberapa bulan pada penggunaan oral, parenteral dan okuler, maka tetes mata tidak boleh digunakan lebih dari 10 hari (Tjay, 2007).

  • Supresi sumsum tulang merupakan efekyang ada kaitannya dengan dosis dan dapat dipulihkan kembali, terlihat dari tanda-tanda pansitopenia dengan pemulihan kembali 1-2 minggu setelah obat dihentikan. Ada kaitannya dengan kadar diatas 20-25 πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡/ml (Skach dkk, 1988).

Metode Penetapan Kadar Kloramfenikol


Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCo3). Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan industri dan sebagainya. Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang menggunakan fase diam ( stationary phase ) dan fase gerak ( mobile phase ) (Rohman, 2007).

4 Likes

Kloramfenikol


  1. Sifat Fisiko Kimia

    Sinonim kloramfenikol adalah dichloroasetamide, amphicol, anacetin, fenicol, cloramicol, cloromycetin, Kemicetine, (Winholdz, 1983). Merupakan hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit. Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroformP dan dalam eter. Dapat menyerap sinar Ultraviolet didalam air pada panjang gelombang 278 nm. Berkhasiat sebagai antibiotikum (Ditjen POM, 1979). Memiliki rumus molekul C11H12Cl2N2O5 dan rumus bangun, seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

    image

  2. Kegunaan Umum

    Kloramfenikol digunakan sebagai antibiotik bersifat bakteriostatik dan mempunyai spektrum luas. Merupakan obat pilihan untuk pengobatan demam tifoid akut yang disebabkan oleh salmonella sp . Kloramfenikol pada awalnya diisolasi dari Streptomyces venezuelae yang pertama kalinya diisolasi oleh

    Burkholder pada tahun 1947 dari contoh tanah yang diambil dari Venezuela, sekarang telah dapat dibuat melalui sintesis total, yang metodenya relatif lebih sederhana dan biayanya lebih murah. Kloramfenikol efektif terhadap riketsia dan konjungtivitis akut yang disebabkan oleh mikoroorganisme, termasuk Pseudomonas sp kecuali Pseudomonas aeruginosa . Senyawa ini juga efektif untuk pengobatan infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negative (Siswandono dan Soekardjo, 1995).

  3. Farmakokinetika

    Penyerapan obat melalui saluran cerna cukup baik (75-90%), kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2-3 jam. Waktu paruh kloramfenikol pada orang dewasa Β± 3 jam, sedang pada bayi di bawah 1 bulan 12-24 jam (Siswandono dan Soekardjo, 1995).

  4. Toksikologi

    Efek samping yang ditimbulkan kloramfenikol antara lain adalah depresi sumsum tulang belakang, yang menimbulkan kelainan darah yang serius, seperti anemia aplastik, granulositopenia, trombositopenia . Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan gangguan saluran cerna dan reaksi hipersensitivitas. Oleh karena itu kloramfenikol tidak boleh digunakan untuk pengobatan infeksi yang bukan indikasinya,seperti influenza, infeksi kerongkongan atau untuk pencegahan infeksi (Siswandono dan Soekardjo, 1995 ; Watimena, dkk, 1999).

4 Likes