Apa yang dimaksud dengan Kista Nasopalatina atau Kista Duktus Nasopalatine?

Gigi

Kista gigi umumnya terbentuk di ujung akar gigi. Namun penyakit kista gigi juga dapat timbul pada gusi di sekitar bagian atas gigi (mahkota gigi).

Kista nasopalatina pertama kali dijelaskan oleh Meyer pada tahun 1914. Kista nasopalatina dikenal juga dengan nama incisive canal cyst, anterior middle cyst, dan anterior middle palatine cyst yang diduga berasal dari sisa embrionik duktus nasopalatina yang menghubungkan antara cavum nasi dan maksila anterior pada perkembangan fetus. Pada umumnya kista berkembang pada garis tengah maksila anterior dekat foramen incisive . Kista ini merupakan kista yang tersering dari kista non odontogenik rongga mulut, dengan angka kejadian sekitar 1% dari populasi.

Kista duktus nasopalatina dapat terjadi pada semua usia tetapi tersering antara usia 40-60 tahun, dengan jenis kelamin pria 3 x lebih banyak dibanding wanita. Ras yang tersering adalah ras kaukasia, negro atau asia dan jarang terjadi pada anak. Penderita Kista Nasopalatina umumnya tanpa keluhan.dan lesi kista ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan rutin radiologi.

Hasil radiologi menunjukan lesi radiolusen berbentuk bulat, oval atau hati dengan batas jelas yang berlokasi pada garis tengah anterior maksila. Keluhan awal umumnya timbul pada daerah kaudal lesi apabila kista mengalami inflamasi atau infeksi pada 46 % kasus, keluhan lain berupa sensasi rasa terbakar yang dapat timbul pada daerah anterior maksila, nasal bridge dan mata. dapat juga berupa rasa gatal, pembengkakan pada bibir atau palatum, rasa asin akibat drainase cairan kista yang bocor dan rasa nyeri akibat tekanan pada struktur sekitarnya, tidak jarang juga meninmbulkan deformitas wajah akibat pertumbuhan dan ekspansi kista intraoral.

Teori terjadinya Kista Nasopalatina masih belum jelas, tetapi banyak ahli meyakini teori proliferasi spontan. Teori sebelumnya yang menganggap bahwa Kista Nasopalatina sebagai fissural cyst yang berasal dari epitel yang terperangkap pada saat proses embriologi sudah tidak dianut lagi. Banyak ahli percaya bahwa Kista Nasopalatina berkembang dari sisa epitelial ductus oronasal dengan canalis incisive.

Banyak faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya Kista Nasopalatina diantaranya faktor trauma lokal saat proses mengunyah atau kesalahan pemasangan gigi palsu, infeksi bakteri, proliferasi spontan dan faktor ras atau genetik. Pada pemeriksaan histologi menunjukan hasil tipe epitel yang bervariasi tergantung lokasi yang terlibat yaitu palatum, nasal atau keduanya. Epitel sel squamous, epitel skuamus bersilia sering didapatkan, yang menunjukan lokasi lesi cenderung pada area yang tinggi atau pada daerah hidung. Diagnosis banding Kista Nasopalatina yang sering yaitu duktus nasopalatina yang besar, kista radikuler, kista dentigerous, granuloma yang besar, tumor keratokistik odontogenik, kista naso alveolar.

Kista nasopalatina mempunyai nama lain nasopalatine canal cyst atau incisive canal cyst merupakan kista non odontogenik rongga mulut dengan angka kejadian sekitar 1% dari populasi. Kista nasopalatina pertama kali dijelaskan oleh Meyer pada th 1914, meskipun dapat terjadi pada semua usia dari rentang usia 7 tahun sampai usia 72 tahun namun angka kejadian tertinggi dijumpai pada usia dekade ke empat dan enam, jarang pada usia muda. Insidens pria 3x lipat lebih sering dibandingkan wanita, walaupun ada literatur lain yang menyebutkan tidak ada hubungan prevelensi dengan jenis kelamin. Kista nasopalatina sering dijumpai pada ras kaukasia dan ras kulit hitam.

Patogenesis Kista Nasopalatina


Patogenesis terjadinya Kista Nasopalatina saat ini masih belum jelas tetapi mekanisme terjadinya Kista Nasopalatina yang diyakini saat ini adalah teori proliferasi spontan degenerasi kistik sisa duktus nasopalatina. Kista nasopalatina berhubungan dengan beberapa faktor pencetus diantaranya adanya riwayat trauma sebelumnya, infeksi lokal, kesalahan pemasangan gigi palsu, retensi mukus kelenjar ludah minor, ras dan faktor genetik.

Gejala Kista Nasopalatina


Kista nasopalatina umumnya tanpa keluhan dan gejala sehingga baru terdiagnosis pada saat penderita melakukan pemeriksaan rutin radiologi. Kista yang besar mungkin menunjukan gejala nyeri akibat penekanan nervus nasopalatina atau karena infeksi sekunder. Gejala lain pembengkakan pada palatum anterior atau bibir atas, keluarnya cairan pada lesi, gatal, ulkus bila terjadi lokal infeksi dan atau fistel. Kista nasopalatina umumnya terdapat pada garis tengah, unilateral tanpa predileksi sisi sebelah mana yang terkena. Kista yang besar dapat terjadi karena proses berkelanjutan kista secara fluktuasi dan ekspansi pada mukosa labial alveolar dan anterior palatum durum.

Gambaran Klinis Kista Nasopalatina


Pada pemeriksaan radiologi akan tampak lesi radiolusen dengan batas jelas berbentuk bulat, oval atau kadang berbentuk hati pada lokasi garis tengah anterior maksila. Kista nasopalatina berbentuk hati ini dapat disebabkan karena saat kista ekspansi bagian tengah tertahan oleh septum nasi atau dapat pula disebabkan tulang rawan septum saling tumpang tindih dengan area radiolusen.

Pada Kista Nasopalatina akar gigi dapat berubah posisi tetapi lamina dura dari gigi seri masih intak. Diameter foramen incisive lebih dari 6 mm menyokong gambaran Kista Nasopalatina. Kista Nasopalatina itu sendiri diameternya umumnya berkisar 1,5 - 1,7 cm dengan selisih perbedaan diameter ± 4 mm berdasarkan jenis kelamin.

Diagnosis Kista Nasopalatina


Foto panoramik, periapikal, CT-scan dan MRI mungkin membantu menegakan diagnosis Kista Nasopalatina.

Pada pemeriksaan histologi didapatkan hasil yang bervariasi dan kombinasi satu atau beberapa tipe epitel, tergantung lokasi yang terlibat. Dapat berupa sel epitel squamus, kuboid, siliar, silinder, stratified, pseudo stratified, sel goblet atau kombonasi diantaranya dan infiltrasi sel inflamatori yang luas di dalam lumen kista. Tipe epitel yang paling sering dijumpai yaitu epitel squamous sel sekitar 40% dan epitel silinder bersilia sekitar .31% sedangkan tipe epitel respiratori hanya dijumpai 9,8% saja.

Diagnosis Kista Nasopalatina dibuat berdasarkan klinis dan pemeriksaan radiologi tetapi selanjutnya harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi.

Diagnosis banding

Diagnosis banding dari Kista Nasopalatina yang sering adalah duktus nasopalatina yang besar, kista radikuler, kista dentigerous, granuloma yang besar, tumor keratokistik odontogenik dan kista nasoalveolar. Para klinisi sering keliru mendiagnosis Kista Nasopalatina dengan lesi periapikal mengingat secara gejala dan klinis hampir sama sehingga diperkirakan angka kejadian dimana Kista Nasopalatina itu sendiri bisa jadi lebih tinggi dari yang disebutkan di literatur.

Tes vitalitas pulpa pada gigi dan pemeriksaan lapisan lamina dura sangat membantu menegakan diagnosis Kista Nasopalatina terutama untuk menyingkirkan diagnosis banding lesi periapikal odontogenik.

Pada Kista Nasopalatina menunjukan lapisan dura rongga kista yang masih intak dan tes vitalitas pulpa masih baik sedangkan pada kista radikuler berhubungan dengan pulpa gigi dan melibatkan akar gigi dan lamina dura umumnya sudah tidak intak lagi, namun demikian ukuran kista yang besar dapat meluas dan menghilangkan pulpa gigi.

Kista nasopalatina berukuran kecil tanpa keluhan tidak diperlukan terapi pembedahan namun ada kepustakaan lain menyebutkan pendapat yang berbeda. Pendapat tersebut menyatakan bahwa saat diagnosis Kista Nasopalatina dapat ditegakan maka harus segera dilakukan pembedahan meskipun penderita tidak ada keluhan. Pembedahan lebih disarankan terutama bila Kista Nasopalatina sudah ada tanda infeksi atau kista membesar secara progresiif. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan risiko komplikasi yaitu resorbsi akar gigi, displacement gigi, perforasi tulang, hilangnya tulang penyanggah yang berbatasan dengan gigi seri, peerubahan menjadi keganasan, mencegah trauma kronis oleh gigi maupun defisit neurosensori pada mukosa anterior palatum durum setelah dilakukan eksisi kista.

Pilihan utama terapi Kista Nasopalatina adalah eksisi pembedahan melalui pendekatan flap palatal. Pada Kista Nasopalatina berukuran besar para ahli menyarankan untuk dilakukan marsupialisasi.

Komplikasi Kista Nasopalatina


Paratesis pada anterior palatum durum merupakan komplikasi yang jarang ditemukan tetapi dapat terjadi pada 10% kasus. Angka rekurensi Kista Nasopalatina rendah yaitu sekitar 0-2%. Kista nasopalatina walaupun jarang namun dapat bertransformasi menjadi keganasan sehingga para ahli merekomendasikan radikal reseksi en bloc melalui anterior maksila dengan prognosis baik.

Referensi :

  1. Dedhia P, Dedhia S, Dhokar A, Desai A. Nasopalatina duct cyst: a case report. Case reports in dentistry 2013; 4(4): 01-4.
  2. Cecheti F, Otria L, Bartuli L, Bramanti NE, Archur C. Prevalence, distribution and differential diagnosis of nasopalatine duct cyst. Reasearch article 2012; 20: 47-53.
  3. Neto NC, Bastos AS, Dantas JF, Calvaroho WR, Andrado CR. Nasopalatine duct cyst: a case report within 3 years follow up. International journal dentis 2010; 9(31): 155- 9.
  4. Lee KJ. Cyst and tumors of the jaws. In: Lee KJ, ed. Essential otolaryngology head and neck surgery. 10th ed. Philadelpia: Lippincot William & Wilkins, 2009.p.610-24.
  5. Agarwal S, Mohan J, Vandana T, Mishara A. Palatal cyst: An unusual case report. International Journal of otolaryngology and head and neck surgery 2013; 2(10): 39-41
  6. Sharma G, Raina A, Arya KS. Nasopalatine duct cyst report of two cases with review of literature. International journal of clinical cases and investigation 2012; 4(2): 75-81
  7. Fating C, Gupta R, Lanjewar M, Nayak B, Bakshi A, Diwan R. Nasopalatine duct cyst: a rare case report. Journal of health sciences 2013; 1(1): 103-6.
  8. Shafi M, Ahmad R, Gupta P, Umair M. Surgical management of nasopalatyne cyst: an unusual case report. International journal of health sciences and research 2013; 3(4): 189- 92.
  9. Laiwani AK. Nasopalatine cyst. In: Laiwani AK,ed. Current diagnosis and treatment in otolaryngology head and neck surgery. 4th. New York: Mc Grawhill Medical ltd; 2004.p.384-5.
  10. Pavankamaz K, Amar A, Sholapukar, Joshi V. Surgical management of nasopalatine duct cyst: case reports. Review clinical odontology 2010; 6(1):81-6
  11. Gopal D, Telang A, Lahari AL, Oganathan KR, Reddy BT. Nasopalatine duct cyst associated with a mesiodens: missdiagnosis or missed diagnosis. Journal of clinical and diagnosis research 2015. 9(5):21-22.