Menurut , keracunan makanan berarti penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan mengandung racun yang dapat berasal dari jamur, kerang, pestisida, susu, bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan, dan bakteri. Pada dasaarnya, racun ini mampu merusak semua organ tubuh manusia tetapi yang paling sering terganggu adalah saluran pencernaan dan sistem saraf. Gangguan saluran cerna bermanifestasi sebagai sakit perut, rasa mual, muntah, dab terkadang disertai diare. Sementara itu, gangguan sistem saraf timbul sebagai rasa lemah, gatal, kesemutan, dan kelumpuhan otot pernapasan.
Keracunana makanan adalah terjadinya peristiwa kesakitan/kematian dimana dua orang atau lebih mengalami gejala-gejala yang sama atau hampir san dan biasanya mempunyai hubungan satu sama lain dalam faktor waktu, tempat, dan orang diantara penderita-penderita tersebut.
Penyakit keracunan makanan ini ditularkan setelah memakanan bahan makanan yang tercemar oleh jenis-jenis mikro organisme pathogen. Menurut Buckle dalam Purnomo H et al. (1985) bahan pangan dapat bertindak dalam dua kapasitas dalam interaksi antara lain :
- Bahan pangan sebagi vector dari pathogen
Bahan pangan atau air dapt bertindak hanya sebagai vector dari jenis-jenis patogenik mikro organisme, mikro organisme tersebut umumnya mempunyai dosis menjangkiti yang reda, yaitu hanya sejumlah kecil sel pathogen yang diperlukan untuk dimakan yang akan membawa pengaruh pada konsumen.
- Bahan pangan sebagai substrat pertumbuhan pathogen
Bahan pangan bertindak sebagai substrat untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan spesies mikro organisme patogenik, dimana jika berkembang dalam jumlah cukup banyak dapat menyebabkan penyakit bagi manusia yang memakannya.
Penyebab Keracunan Makanan
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, penyebab keracunan makanan dibagi menjadi dua, yaitu :
- Diketahui (laboratorium confirmed) artinya agent etiologic diketahui berdasarkan pemeriksaan dan kriteria spesifik laboratorium.
- Tidak diketahui, dimanan kejadian luar biasa secara epidemiologic menunjukkan adanya sumber pada makanan tetapi dengan pemerikasaan laboratorium tidak dapat dibuktikan.
Gejala yang timbul dapat ringan tetapi tidak jarang hingga parah. Keracunan ringan biasanya lenyap dengan sendirinya dalam beberapa jam, sekalipun tidak diobati. Sementara itu, keracunan berat baru akan mereda setelah beberapa hari, minggu, atau bulan. Keadaan terakhir ini bahkan sering kali meninggalkan gejala sisa, seperti kanker, kebutaan kongenital, artritis reaktif, dan meningitis.
Istilah keracunan makanan (food poisoning/food intoxication) sebaiknya jangan dicampuradukkan dengan foodborne disease/illness. Meskipun keduanya ditularkan lewat makanan, istilah terakhir ini mengacu pada semua mikro organisme tanpa mempedulikan mampu tidaknya mikroba tersebut menghasilkan racun. Selain itu, keracunan makanan hanya berkaitan dengan makanan yang secara alami telah mengandung racun atau telah tercemar oleh jasad renik penghasil racun.
Keracunan makanan terjadi akibat mengonsumsi makanan yang telah mengandung racun. Racun ini terlepas selama pertumbuhan bakteri (enterotoksin). Penyakit yang dilatarbelakangi oleh toksin ini biasanya cepat bermanifestasi
Referensi
- Dany, A F dan Komara, E. 2014. Keracunan Makanan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC.
- Rakhman, F A. 2011. Hubungan Antara Perilaku Kesehatan dengan Kejadian Luar Biasa Keracunan Makanan Jamur Merang (Studi Kasusu di Desa Duku Wringin, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal). Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitar Negeri Semarang.