Apa yang dimaksud dengan Keracunan Makanan?

Keracunan makanan adalah kondisi yang muncul akibat mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh organisme menular, seperti bakteri, virus, dan parasit. Kontaminasi dapat terjadi saat makanan sedang diproses atau dimasak dengan tidak benar.

Apa yang dimaksud dengan Keracunan Makanan ?

2 Likes

Keracunan makanan merupakan suatu kondisi gangguan pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan zat patogen dan atau bahan kimia, misalnya Norovirus, Salmonella, Clostridium perfringens, Campylobacter, dan Staphylococcus aureus.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

  1. Diare akut.
    Pada keracunan makanan biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu. Darah atau lendir pada tinja; menunjukkan invasi mukosa usus atau kolon.
  2. Nyeri perut.
  3. Nyeri kram otot perut; menunjukkan hilangnya elektrolit yang mendasari, seperti pada kolera yang berat.
  4. Kembung.

Faktor Risiko

  1. Riwayat makan/minum di tempat yang tidak higienis
  2. Konsumsi daging/unggas yang kurang matang dapat dicurigai untuk Salmonella spp, Campylobacter spp, toksin Shiga E coli, dan Clostridium perfringens.
  3. Konsumsi makanan laut mentah dapat dicurigai untuk Norwalk-like virus, Vibrio spp, atau hepatitis A.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective )

Pemeriksaan Fisik Patognomonis

Pemeriksaan fisik harus difokuskan untuk menilai keparahan dehidrasi.

  1. Diare, dehidrasi, dengan tanda–tanda tekanan darah turun, nadi cepat, mulut kering, penurunan keringat, dan penurunan output urin.
  2. Nyeri tekan perut, bising usus meningkat atau melemah.

Pemeriksaan Penunjang

  1. Lakukan pemeriksaan mikroskopis dari feses untuk telur cacing dan parasit.
  2. Pewarnaan Gram, Koch dan metilen biru Loeffler untuk membantu membedakan penyakit invasif dari penyakit non-invasif.

Penegakan Diagnostik (Assessment)

image

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.

Diagnosis Banding

  1. Intoleransi
  2. Diare spesifik seperti disentri, kolera dan lain-lain.
    Komplikasi Dehidrasi berat

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

  1. Karena sebagian besar kasus gastroenteritis akut adalah self-limiting, pengobatan khusus tidak diperlukan. Dari beberapa studi didapatkan bahwa hanya 10% kasus membutuhkan terapi antibiotik. Tujuan utamanya adalah rehidrasi yang cukup dan suplemen elektrolit. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) atau larutan intravena (misalnya, larutan natrium klorida isotonik, larutan Ringer Laktat). Rehidrasi oral dicapai dengan pemberian cairan yang mengandung natrium dan glukosa. Obat absorben (misalnya, kaopectate, aluminium hidroksida) membantu memadatkan feses diberikan bila diare tidak segera berhenti. Diphenoxylate dengan atropin (Lomotil) tersedia dalam tablet (2,5 mg diphenoxylate) dan cair (2,5 mg diphenoxylate / 5 mL). Dosis awal untuk orang dewasa adalah 2 tablet 4 kali sehari (20 mg / d), digunakan hanya bila diare masif.

  2. Jika gejalanya menetap setelah 3-4 hari, etiologi spesifik harus ditentukan dengan melakukan kultur tinja. Untuk itu harus segera dirujuk.

  3. Modifikasi gaya hidup dan edukasi untuk menjaga kebersihan diri.

Konseling dan Edukasi

Edukasi kepada keluarga untuk turut menjaga higiene keluarga dan pasien.

Kriteria Rujukan

  1. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari ditangani dengan adekuat.
  2. Pasien mengalami perburukan.
    Dirujuk ke pelayanan kesehatan sekunder dengan spesialis penyakit dalam atau spesialis anak.

Peralatan

  1. Cairan rehidrasi (NaCl 0,9%, RL, oralit )
  2. Infus set
  3. Antibiotik bila diperlukan

Prognosis

Prognosis umumnya bila pasien tidak mengalami komplikasi adalah bonam.

Referensi

  1. Panduan Pelayanan Medik. PAPDI.
  2. Panduan Puskesmas untuk keracunan makanan. Depkes: Jakarta. 2007. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2007)

Menurut , keracunan makanan berarti penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan mengandung racun yang dapat berasal dari jamur, kerang, pestisida, susu, bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan, dan bakteri. Pada dasaarnya, racun ini mampu merusak semua organ tubuh manusia tetapi yang paling sering terganggu adalah saluran pencernaan dan sistem saraf. Gangguan saluran cerna bermanifestasi sebagai sakit perut, rasa mual, muntah, dab terkadang disertai diare. Sementara itu, gangguan sistem saraf timbul sebagai rasa lemah, gatal, kesemutan, dan kelumpuhan otot pernapasan.

Keracunana makanan adalah terjadinya peristiwa kesakitan/kematian dimana dua orang atau lebih mengalami gejala-gejala yang sama atau hampir san dan biasanya mempunyai hubungan satu sama lain dalam faktor waktu, tempat, dan orang diantara penderita-penderita tersebut.

Penyakit keracunan makanan ini ditularkan setelah memakanan bahan makanan yang tercemar oleh jenis-jenis mikro organisme pathogen. Menurut Buckle dalam Purnomo H et al. (1985) bahan pangan dapat bertindak dalam dua kapasitas dalam interaksi antara lain :

  1. Bahan pangan sebagi vector dari pathogen
    Bahan pangan atau air dapt bertindak hanya sebagai vector dari jenis-jenis patogenik mikro organisme, mikro organisme tersebut umumnya mempunyai dosis menjangkiti yang reda, yaitu hanya sejumlah kecil sel pathogen yang diperlukan untuk dimakan yang akan membawa pengaruh pada konsumen.
  2. Bahan pangan sebagai substrat pertumbuhan pathogen
    Bahan pangan bertindak sebagai substrat untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan spesies mikro organisme patogenik, dimana jika berkembang dalam jumlah cukup banyak dapat menyebabkan penyakit bagi manusia yang memakannya.

Penyebab Keracunan Makanan

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, penyebab keracunan makanan dibagi menjadi dua, yaitu :

  1. Diketahui (laboratorium confirmed) artinya agent etiologic diketahui berdasarkan pemeriksaan dan kriteria spesifik laboratorium.
  2. Tidak diketahui, dimanan kejadian luar biasa secara epidemiologic menunjukkan adanya sumber pada makanan tetapi dengan pemerikasaan laboratorium tidak dapat dibuktikan.

Gejala yang timbul dapat ringan tetapi tidak jarang hingga parah. Keracunan ringan biasanya lenyap dengan sendirinya dalam beberapa jam, sekalipun tidak diobati. Sementara itu, keracunan berat baru akan mereda setelah beberapa hari, minggu, atau bulan. Keadaan terakhir ini bahkan sering kali meninggalkan gejala sisa, seperti kanker, kebutaan kongenital, artritis reaktif, dan meningitis.

Istilah keracunan makanan (food poisoning/food intoxication) sebaiknya jangan dicampuradukkan dengan foodborne disease/illness. Meskipun keduanya ditularkan lewat makanan, istilah terakhir ini mengacu pada semua mikro organisme tanpa mempedulikan mampu tidaknya mikroba tersebut menghasilkan racun. Selain itu, keracunan makanan hanya berkaitan dengan makanan yang secara alami telah mengandung racun atau telah tercemar oleh jasad renik penghasil racun.

Keracunan makanan terjadi akibat mengonsumsi makanan yang telah mengandung racun. Racun ini terlepas selama pertumbuhan bakteri (enterotoksin). Penyakit yang dilatarbelakangi oleh toksin ini biasanya cepat bermanifestasi

Referensi
  1. Dany, A F dan Komara, E. 2014. Keracunan Makanan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC.
  2. Rakhman, F A. 2011. Hubungan Antara Perilaku Kesehatan dengan Kejadian Luar Biasa Keracunan Makanan Jamur Merang (Studi Kasusu di Desa Duku Wringin, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal). Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitar Negeri Semarang.