Kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang membimbing atau memotivasi bawahan mereka ke arah yang telah ditetapkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas (Robbins, 2002). Peranan pemimpin dalam pandangan kepemimpinan transaksional menurut Bass (dalam Wulandari, 2004) merupakan suatu penjelasan bahwa pemimpin memberikan peranan pengikut dan memotivasi mereka melalui imbalan bagi kinerja yang baik serta memberikan hukuman bagi sikap yang buruk.
Menurut Bass (1985, 1990) pemimpin transaksional memotivasi pengikutnya dengan cara menukar imbalan untuk pekerjaan atau tugas yang telah dilaksanakan misalnya dengan penghargaan, menaikkan upah terhadap pengikutnya yang melakukan kinerja yang tinggi. Bass dan Avolio mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang berinteraksi dengan bawahannya melalui proses transaksi (Ashar, 2008).
Faktor – faktor kepemimpinan transaksional adalah sebagai berikut (Bass, 1992) :
- Imbalan ( Contingent Reward )
Apabila bawahan melakukan pekerjaan untuk kepentingan perusahaan yang menguntungkan perusahaan, maka kepada mereka dijanjikan imbalan yang setimpal, dapat berupa penghargaan dari pimpinan berupa bonus atau tambahan penghasilan atau fasilitas. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan maupun pujian untuk bawahan terhadap upaya – upayanya. Selain itu, pemimpin bertransaksi dengan bawahannya, dengan memfokuskan pada aspek kesalahan yang dilakukan bawahan, menunda keputusan atau menghindari hal – hal yang kemungkinan terjadinya kesalahan. Faktor imbalan dapat diuraikan sebagai berikut :
-
Pimpinan mengatakan kepada karyawan tentang apa yang harus dilakukan apabila menginginkan penghargaan dari prestasi.
-
Pimpinan memberikan nilai yang baik dari apabila karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
-
Pimpinan dapat menyakinkan karyawan untuk memenuhi kebutuhan karyawan sebagai imbalan.
-
Manajemen dengan Pengecualian ( Management by Exception )
Menekankan fungsi manajemen sebagai kontrol. Pemimpin hanya melihat dan mengevaluasi apakah terjadi kesalahan untuk diadakan koreksi, pemimpin memberikan campur tangan pada bawahan apabila standar kerja tidak terpenuhi bawahan. Praktek manajemen dengan pengecualian, menindaklanjuti dengan memberikan apakah bawahan dapat berupa pujian untuk membesarkan hati bawahan dan juga dengan hadiah apabila laporan yang dibuat bawahan memenuhi standar. Faktor manajemen dengan pengecualian dapat diuraikan sebagai berikut :
- Pemimpin memusatkan perhatian pada kegagalan yang tidak sesuai dengan ketentuan standar.
- Selama segala sesuatunya berjalan dengan baik, pimpinan tidak berusaha merubah apapun.
- Pimpinan memberitahukan tentang apa yang harus dilakukan karyawan ketahui dalam mengerjakan pekerjaan.
- Laissez – Faire
Pimpinan membiarkan bawahannya melakukan tugas pekerjaannya tanpa ada pengawasan dari dirinya. Mutu unjuk kerjanya seluruhnya merupakan tanggung jawab bawahannya. Faktor Laissez – faire diuraikan sebagai berikut :
- Pimpinan membiarkan karyawan mengerjakan pekerjaan dengan cara yang sama seperti biasanya.
- Pimpinan tidak mendorong karyawan untuk mewujudkan inisiatifnya.
- Pimpinan tidak bertanya kepada karyawan melebihi inti permasalahan dalam mengerjakan pekerjaan.
Kepemimpinan transaksional memiliki dua dimensi :
1. Contingent Reward (tingkat kesediaan pemimpin untuk memberikan imbalan terhadap kinerja yang dilakukan bawahan)
Menurut Bass et.al (1999) dalam Nugraheni, Contingen Reward diwujudkan dengan kesediaan pemimpin untuk memberikan bawahan mengenai apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan imbalan serta memberikan hukuman ( punishment ) atas tindakan yang tidak diharapkan dan juga memberikan umpan balik positip serta promosi bagi kinerja yang baik.
2. Management By Exception (MBE)
Yaitu tingkat perhatian pemimpin jika terjadi kesalahan atau kegagalan pada bawahan. MBE dibagi dua yaitu :
- MBE aktif ( pemimpin mengantisipasi kesalahan/masalah yang timbul).
- MBE pasif ( pemimpin melakukan intervensi jika terjadi sesuatu yang darurat/mendesak).