Apa yang dimaksud dengan Kematangan Sosial?

Menurut KBBI, arti istilah kematangan sosial adalah perkembangan seseorang yang terlihat dari adanya perasaan penilaian diri dan adanya kemampuan untuk membawakan diri secara wajar dalam kelompok atau lingkungan sosial yang berbeda.

Menurutmu, apa yang dimaksud dengan kematangan sosial?

Menurut Chaplin (2004) mendefinisikan kematangan sosial merupakan suatu perkembangan keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan individu yang menjadi ciri khas kelompoknya, dengan demikian ciri- ciri kematangan sosial itu ditentukan oleh kelompok sosial di lingkungan tersebut (Johnson dan Medinnus, 1976).

Kematangan sosial adalah kemampuan untuk mengerti orang lain dan bagaimana bereaksi terhadap situasi sosial yang berbeda (Goleman, 2007). Sedangkan Kartono (1995) mengatakan bahwa kematangan sosial ditandai oleh adanya kematangan potensi-psotensi dari organisme, baik yang fisik maupun psikis untuk terus maju menuju perkembangan secara maksimal.

Menurut Doll (1965) Kematangan sosial seseorang tampak dalam perilakunya. Perilaku tersebut menunjukkan kemampuan individu dalam mengurus dirinya sendiri dan partisipasinya dalam aktifitas- aktifitas yang mengarah pada kemandirian sebagaimana layaknya orang dewasa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kematangan sosial adalah keterampilan dan kebiasaan individu dalam mengerti dan bagaimana bereaksi pada situasi sosial yang tercermin dari perilaku kemandiriaan dan penerimaan sosialnya.

Aspek-aspek Kematangan Sosial


Ada beberapa aspek yang berperan terhadap kesiapan seorang anak berkebutuhan khusus dalam memasuki bangku sekolah seperti yang dikemukakan oleh Doll (1965) yaitu kematangan sosial mencakup beberapa aspek :

  1. Menolong diri sendiri secara umum (self-help general), seperti mencuci muka, mencuci tangan tanpa bantuan, pergi tidur sendiri.
    Hurlock, (1978) Untuk mempelajari keterampilan motorik yang memungkinkan mereka mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan makan, berpakaian, merawat diri, dan mandi. Pada waktu anak mencapai usia sekolah, penguasaan kerterampilan tersebut harus dapat membuat anak mampu merawat diri sendiri dengan tingkat keterampilan dan kecepatan seperti orang dewasa. Atika (Habibi, 2010) mengemukakan bila anak memiliki kemampuan mandiri dan kematangan sosial yang baik maka didorongan kebutuhan fisiologisnya seperti makan, buang air besar dan kecil akan berusaha dipenuhinya secara mandiri.

    Kemampuan ketika makan (self-help-eating), seperti mengambil makanan sendiri, menggunakan garpu, memotong makanan lunak. Pada tahun pertama, anak sudah mencoba memegang botol susu atau cangkir, dan mengambil sendok yang digunakan untuk memberikan makanannya. Pada umur 8 bulan dapat memegang botol susu yang dimasukkan ke mulutnya dan sebulan kemudian dapat membetulkan letak botol susu itu dalam mulutnya. Pada umur 11 dan 12 bulan, sewaktu-waktu anak memegang cangkir dan mencoba makan sendiri dengan sendok.

    Pada mulanya anak memegang cangkir dengan kedua tangannya, tapi dengan berlatih secara perlahan anak dapat memegangnya dengan satu tangan. Pada permulaan makan dengan sendok, biasanya sebagian besar makan anak berjatuhan dari sendok, tetapi dengan berlatih makanan yang jatuh dari sendok semakin berkurang. Pada anak tahun kedua, anak dapat menggunakan sendok dan garpu dengan baik. Pada tahun ketiga anak dapat mengoleskan mentega dengan menggunakan pisau, kalau diberi bimbingan dan kesempatan berlatih, setahun kemudian sebagian besar anak dapat menyayat daging lunak dengan pisau. Pada saat mereka telah bersekolah. Maka sebagian besar anak sudah menguasai semua tugas yang digunakan dalam keterampilan makan (Hurlock, 1978).

  2. Kemampuan berpakaian (self-help-dressing), seperti menutup kancing baju, berpakaian sendiri tanpa bantuan.
    Atika (Habibi, 2010) mengemukakan bila anak memiliki kemampuan mandiri dan kematangan sosial yang baik maka didorongan kebutuhan fisiologisnya seperti makan, buang air besar dan kecil akan berusaha dipenuhinya secara mandiri.

  3. Mengarahkan pada diri sendiri (self-direction), seperti mengatur uang atau dapat dipercaya dengan uang dan dapat mengatur waktu. Dari aspek menolong diri sendiri, kemampuan makan, kemampuan berpakaian dan mengarahkan diri sendiri. Aspek tersebut mengarakan anak pada kemandirian.

    Kemandirian adalah sikap individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan, sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang yang lebih mantap (Mu’tadin, 2002).

    Kemandirian anak usia dini adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sendiri atau sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya. (Lie, 2004). Kemandirian dapat diukur melalui bagaimana anak bertingkah laku secara fisik, namun tidak hanya itu kemandirian juga bisa berwujud pada perilaku emosional dan sosialnya.

    Gerak (locomotion), seperti menuruni tangga dengan menginjak satu kali tiap anak tangga, pergi ke tetangga dekat tanpa diawasi, pergi sekolah tanpa diantar. Santrock (2007) keterampilan motorik kasar adalah keterampilan yang meliputi akivitas otot yang besar, seperti menggerakkan lengan dan berjalan. Olahraga yang teratur dapat mengembangkan keterampilan motorik (Santrock, 2007).

    Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat dan ia lebih menyukai pensil daripada krayon untuk melukis. Dari usia 8-10 tahun, tangan dapat digunakan secara bebas, mudah, dan tepat. Koordinasi motorik halus berkembang, dimana anak sudah dapat menulis dengan baik. (Desmita, 2009).

  4. Pekerjaan (occupation), seperti membantu pekerjaan rumah tangga yang ringan, menggunakan pensil dan menggunakan pisau. Keterampilan motorik terus meningkat pada masa kanak-kanak tengah. Namun demikian, pada masa ini ditambah dengan lebih banyak pekerjaan rumah tangga, terutama bagi anak perempuan, membuat mereka hanya memiliki sedikit kebebasan untuk bermain fisik (Papalia, dkk 2009).

  5. Sosialisasi (Socialization), seperti bersama teman-temannya, mengikuti suatu permainan, mengikuti lomba. Beberapa hal penting dalam sosialisasi meliputi permainan, hubungan dengan orang lain, permainan mempunyai manfaat sosial karena dapat meningkatkan perkembangan sosial anak, khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran (Desmita, 2009). Dasar untuk sosialisasi diletakkan dengan meningkatnya hubungan antara dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak tidak hanya lebih banyak bermain dengan ank-anak lain tetapi juga lebih banyak berbicara (Hurlock, 1980).

  6. Komunikasi (communication), seperti berbicara dengan orang yang ada disekitarnya, menulis kata sederhana. Dalam berkomunikasi manusia tidak lepas dari bahasa. Bahasa mencakup sarana komunikasi entah itu lisan, tertulis, atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol (Santrock, 2007).

Proses Terbentuknya Kematangan Sosial


Pada umumnya perkembangan merupakan hasil proses kematangan atau kedewasaan (Hurlock, 1998). Demikian pula, kematangan sosial sebagai hasil proses belajar anak yang diperolehnya melalui sosialisasi. Sosialisasi merupakan proses dari penyerapan sikap- sikap, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan masyarakat sehingga individu terampil dalam menguasai kebiasaan-kebiasaan kelompoknya dan berperilaku sesuai dengan tuntutan sosialnya dan dengan demikian individu akan menjadi orang yang mampu bermasyarakat dan diterima di lingkungan sosialnya, sebagai cermin adanya kematangan sosial sesorang anak maka haruslah melalui tahapan sosialisasi.

Menurut Hurlock (1998), proses sosialisasi meliputi beberapa proses, yaitu:

  1. Belajar berprilaku yang dapat diterima secara sosial
  2. Memainkan peran sosial yang diterima oleh lingkungannya
  3. Terjadinya perkembangan sikap sosial akibat adanya proses sosialisasi
  4. Adanya rasa puas dan bahagia karena dapat ikut ambil bagian dalam aktifitas kelomponya atau dalam hubungannya dengan teman atau orang dewasa yang lain.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Sosial


Menurut Gunarsa (1991) ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya perbedaan antara keterampilan dan kematangan sosial seseorang anak dengan lainnya, yaitu :

  1. Perkembangan dan kematangan khususnya kematangan intelektual, sosial, dan emosi. Dalam hal ini anak dapat mengontrol emosi dan tidak bergantung kebutuhan emosi dari orang tua, pada kemampuan intelektual ditunjukkan bagai mana anak dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi, serta kemampuan sosial bagaimana anak bisa bersosialisasi baik dengan keluarga atau teman sebaya.

  2. Faktor biologis, pengalaman belajar, kondisioning frustasi dan konflik.
    Keterampilan motorik yang paling cenderung memperlihatkan perbaikan yang terbesar adalah keterampilan yang dipelajari disekolah, dalam kelompok bermain yang dibimbing, atau di dalam perkemahan waktu liburan. Alasannya karena guru atau pembimbing harus mengarahkan kesaluran yang benar, sehingga anak dapat memperlihatkan kecakapan yang lebih besar dalam keterampilannya yang diterima melalui bimbingan ketimbang dari teman sebaya atau dalam keterampilan yang dipelajari dirumah karena orang tua memiliki waktu untuk membimbingnya. Seringkali karena tidak berpengalaman (Hurlock, 1978).

  3. Keadaan lingkungan, terutama dalam hal ini adalah lingkungan rumah dan keluarga. Keluarga merupakan bagian penting dari “jaringan sosial” anak, sebab anggota keuarga merupakan lingkungan pertama anak dan orang yang paling penting selama tahun formatif awal. Hubungan dengan anggota keluarga, menjadi sikap terhadap orang, benda, dan kehidupan secara umum. Mereka juga menjadi landasan bagi pola penyesuaian dan belajar berpikir tentang diri mereka sebagaimana dilakukan anggota keluarga mereka.

    Meluasnya lingkup sosial dan adanya kontak dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar rumah, landasan awal ini, yang diletakkan di rumah, mungkin berubah dan dimodifikasi, namun tidak pernah akan hilang sama sekali. Sebaliknya, landasan ini mempengaruhi pola sikap dan perilaku di kemudian hari (Hurlock, 1978).

  4. Faktor kebudayaan, adat istiadat dan agama. Manusia selalu hidup dalam kelompok, baik kecil maupun besar, dan selalu memerlukan satu sama lain untuk bertahan hidup. Budaya di Indonesia cenderung kolektif, yakni mementingkan nilai kelompok dengan mengabaikan tujuan pribadi untuk mempertahankan integritas kelompok, saling ketergantungan antaranggota, dan hubungan yang harmonis (Santrock, 2007).

  5. Keadaan fisik dan faktor keturunan, konstitusi fisik meliputi sistem syaraf, kelenjar otot-otot serta kesehatan dan penyakit. Dalam penelitian ini keadaan cacat jasmani. Cacat jasmani yang diderita anak mempunyai sebab yang cukup banyak (Hurlock, 1978). Antara lain keturunan, lingkungan pralahir yang tidak menguntungkan, atau kerusakan tertentu karena proses kelahirannya, antara lain gigi berlubang, kurang jelas pendengaran dan penglihatan, gangguan saraf, tulang, jantung, bicara, sumbing, lidah pendek, tanda yang dibawa sejak lahir, bentuk tubuh yang abnormal (misalnya jari kurang, juling, bongkok, telinga salah bentuk), bekas luka bakar. Beberapa dari gangguan tersebut di atas dapat diatasi, tetapi juga ada yang semakin parah.

    Akibat cacat tubuh berpengaruh pada perkembangan kemampuan penyesuaian pribadi dan sosial. Sebagian anak menghadapi cacat tubuh dengan berusaha meraih prestasi. Sebaliknya sebagian anak yang cacat tubuh kurang mampu mengadakan penyesuaian yang positif lalu mengembang sikap menyerah, tidak mampu, dan merasa rendah diri, bahkan ada yang merasa sangat sial (Hurlock, 1978).

Referensi

http://etheses.uin-malang.ac.id/1836/6/09410086_Bab_2.pdf

Menurut Goleman (2007) kematangan sosial adalah kemampuan untuk mengerti orang lain dan bagaimana cara individu bereaksi terhadap situasi sosial yang berbeda. Sedangkan menurut Gunarsa (2000) kematangan sosial merupakan suatu perkembangan keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan individu yang menjadi ciri khas kematangan sosial yang ditentukan oleh kelompok sosial di lingkungan tersebut. Menurut Kovrygin & Kazantseva (2013) mendefinisikan kematangan sosial sebagai kemampuan individu untuk menerima informasi dengan cara mendengarkan, membaca ataupun mengobservasi segala sumber informasi untuk mengintegrasikan informasi, menangkap maksud dari sebuah informasi dan merubah informasi ini di menjadi perilaku yang sesuai.

Menurut Rao (2002) Kematangan sosial adalah kemampuan untuk berfungsi secara tanggung jawab yang tepat dan pemahaman tentang aturan-aturan sosial dan normanorma di dalam budaya tertentu dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan secara tepat. Raj, M (dalam Singh & Thukral, 2010) mendefinisikan kematangan sosial sebagai tingkat kemampuan sosial dan kesadaran yang individu sudah capai dan di dalamnya mencakup norma norma tertentu yang sesuai dengan kelompok usianya. Doll (1965) berpendapat bahwa kematangan sosial merupakan kemampuan individu untuk mengurus dirinya dan berpatisipasi atau ikut serta dalam kegiatan yang mengarahkan diri pada kemandirian.

Menurut sharma et al., (2017) kematangan sosial diartikan sebagai pembelajaran untuk membentuk hubungan dengan keluarga, teman, tetangga, saudara dan juga relasi dengan tepat dan benar yang didalamnya mencakup pengertian bagaimana harus menghargai wewenang orang lain. Tripathy (2017) mengartikan kematangan sosial sebagai pencapaian kematangan dalam hubungan sosial yang berfungsi untuk menjaga hubungan yang baik dengan keluarga, tetangga, teman, guru dan anggota lain dari masyarakat dalam rangka membentuk dan menjaga pertemanan. Berdasarkan berbagai pendapat dari beberapa ahli yang sudah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa kematangan sosial adalah kemampuan individu untuk dapat bertindak sesuai keadaan sosial yang terus berubah dalam rangka menjaga hubungan yang baik dengan komponen lingkungan sosial tersebut.

Menurut Rao (2002) kematangan sosial mencakup beberapa dimensi umum yang mewakili jenis tuntutan umum terburuk dari masyarakat kepada individu dalam rentang waktu dan kategori yang bersamaan yang biasanya mencakup kebudayaan individu yang memungkinkan mereka untuk memenuhi tuntutan tuntutan ini.

Dimensi Kematangan Sosial


Rao menyebutkan ada 3 dimensi dari kematangan sosial yaitu;

1. Personal Adequacy (Kecukupan pribadi)

  • Work Orientation (Orientasi dalam bekerja)
    Orientasi kerja memanifestasi persepsi terkait keterampilan yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan dan pengembangan sikap yang tepat saat bekerja dalam konteks pengetahuan kompentesi standard yang berguna ketika melaksanakan tugas dan kemampuan dalam menikmati pekerjaan yang akan mengarah pada kecukupan pribadi.

  • Self Direction (Kemampuan mengarahkan diri)
    Kemampuan mengarahkan diri memanifestasi kapasitas individu untuk bertindak mandiri dan melatih kontrol diri terhadap tindakan orang lain. Kemampuan mengarahkan diri juga mencakup inisiatif individu untuk mengarahkan dirinya dan tindakannya dengan perasaan tenang dan penuh keyakinan pada usaha orang lain.

  • Ability to take stress (Kemampuan untuk mengendalikan stress)
    Sebuah kemampuan untuk menampilkan kestabilan emosi yang tepat dan bereaksi tanpa mempermalukan diri sendiri dan kelompok yang diikutinya. Ini juga melibatkan kemampuan melakukan tugas yang sulit dan menantang dengan penuh keyakinan.

2. Interpersonal Adequacy (Kecukupan antar sesama)

  • Communication (Komunikasi)
    Mencakup kemampuan untuk mengerti, menulis, berkomunikasi dan berbicara dengan tata bahasa dan gestur yang jelas dan mengandung arti. Komunikasi juga mencakup empati, yang membuat individu peka pada wilayah afektif dan efektifitas dalam berkomunikasi.

  • Enlightened Trust (memiliki pertimbangan untuk mempercayai sesuatu)
    Mencakup kepercayaan bahwa menggantung diri pada sesama adalah hal yang bisa dilakukan ketika kebutuhan kebutuhan muncul dalam hidup. Hal ini mencakup wawasan yang baik mengenai siapa, kapan, dan sebarapa besar harus mempercayai orang lain.

  • Cooperation (Kemampuan untuk bekerja sama)
    Kooperasi adalah kecenderungan untuk mementingkan kepentingan orang lain sebelum kepentingan dirinya sendiri dalam rangka mencapai tujuan Bersama. Hal ini membutuhkan kemampuan untuk menghargai peraturan dan pelatihan mengenai proses timbal balik sebagai manusia dibandingan dengan sikap kaku terhadap lingkungan.

3. Social Adequacy (kecukupan sosial)

  • Social Commitment (Komitmen Sosial)
    Komitmen sosial mencakup perasaan kesatuan dengan orang lain, keinginan untuk memodifikasi atau melepaskan tujuan pribadi demi kepentingan tujuan bersama dan juga kesiapan untuk berinvestasi dalam tujuan jangka panjang bersama.

  • Social Tolerance (Toleransi Sosial)
    Mencakup keinginan individu untuk berinteraksi dengan individu-individu atau kelompok-kelompok lain yang berbeda darinya. Hal ini juga mencakup sensitivitas individu terhadap hak orang lain atau kelompok kelompok lain yang berbeda darinya, sehingga individu dapat menerima perbedaan sebagai bentuk loyalitas diluar kelompok.

  • Openness to change (Penerimaan terahadap perubahan)
    Hal ini mencakup keinginan individu untuk menerima perubahan pada seting sosial dan beradaptasi pada tuntutan-tuntutan perubahan tersebut.

Kematangan sosial adalah hal yang sangatlah dinamis. Hal ini akan muncul secara bertahap seiiring berjalannya periode perkembangan dan pengalaman yang dialami individu. faktor faktor yang mempengaruhi kematangan sosial menurut Santrock (2002) yaitu ;

  • Bawaan/ Genetis
    Blueprint genetic menghasilkan sebuah kebersamaan (Communalities) dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Hal ini terjadi karena cara tumbuh dan berkembang yang beraturan dengan mengikuti aturan aturan yang sama. Cetak biru genetik akan selalu memiliki pola yang sama pada semua manusia, namun ada keunikan yang sama antara satu dengan yang lain. Kapasitas mental seseorang sudah ditentukan dari blueprint genetik ini Kapasitas ini juga dapat berbeda pada setiap orang yang akan mempengaruhi kematangan sosial individu.

  • Lingkungan
    Santrock menjelaskan bahwa pada setiap individu membawa keseluruhan dari lingkungan biologis individu, seperti gizi, perawatan kesehatan, kecelakaan fisik dan sebagainya, ke lingkungan sosial seperti keluarga, teman sebaya, sekolah, masyarakat, media, dan kebudayaan. Artinya bahwa seluruh lingkungan ini berinteraksi dengan satu sama lain sehingga memberikan pengalaman yang berbeda beda pada tiap individu dan mempengaruhi proses kematangan sosialnya.

  • Pengasuhan
    Pengasuhan mengacu pada pengalaman lingkungan. Lingkungan ekstrim dapat menekan perkembangan, meskipun pola perkembangan akan cenderung mengikuti pola dasar yang sudah ada. Orang-orang yang memandulkan atau memusuhi secara psikologis dapat menekan perkembangan. Sebaliknya orangorang yang dapat memberi kenyamanan psikologis memungkinkan perkembangan terjadi secara normal. Bentuk pengasuhan yang berbeda-beda menghasilkan perkembangan kematangan sosial yang berbeda pula. Baumrind (dalam Santrock, 2002) mengemukakan ada tiga tipe pengasuhan yaitu otoriter, otoritatif, dan laissez-faire (permisif).

  • Jenis Kelamin
    Menurut perspektif biologis, laki-laki dan perempuan memiliki hormone jenis kelamin yang berbeda. Salah satu yang dapat dilihat adalah dari pasangan kromosom pada laki-laki dan perempuan. Kromosom pria memicu keluarnya hormone androgen sedangkan wanita mengeluarkan hormon estrogen. Perbedaan hormonal ini dapat memicu tumbuh dan kembang manusia termasuk juga dalam hal kematangan sosialnya.

  • Kognisi
    Ada hubungan yang khas antara inteligensi dengan kematangan sosial. Secara singkat hal ini terlihat pada teori belajar sosial dari Bandura, yaitu proses modelling diperolah dengan cara mengamati. Pada anak anak, belajar melalu amatan sangat dipengaruhi oleh daya serap informasi yang dimiliki anak. Apabila dihubungkan, kematangan sosial pada individu juga dapat diamati dari perkembangan kognitif individu.

  • Status Sosial dan Ekonomi
    Individu dengan status sosial yang tinggi mempengaruhi kesempatan yang lebih baik dalam hal pengembangan kompetensi sosial. Masyarakat kelas marjinal, menunjukan inkompetensi sosial dalam hal komunikasi, pengaturan diri dan okupansi.

  • Usia Kronologis dan Periode Perkembangan
    Salah satu prinsip kematangan sosial adalah perilaku sosial yang meluas atau menyempit seiring kemajuan dan kemunduran perkembangan fisik dan mental. Kematangan sosial bergerak dari keadaan tidak berdaya, menuju kondisi ketergantungan, menjadi individu yang berguna dan mampu menolong, serta kembali lagi menjadi individu yang tergantung.