Apa yang dimaksud dengan Kebaikan Tertinggi atau Summum Bonum ?

Kebaikan Tertinggi atau Summum Bonum

Prinsip Kebaikan Tertinggi atau sumum bonum berpangkal pada panggilan manusia kepada kesempurnaan perilaku dan hukum kodratnya. Semual hal, terutama makhluk hidup, akan berevolusi menuju kesempurnaan atau kebaikan yang lebih baik lagi.

Apa yang dimaksud dengan Kebaikan Tertinggi atau Summum Bonum ?

Summum bonum merupakan bahasa latin yang mempunyai arti “kebaikan tertinggi”. Maksud dari kebaikan tertinggi ialah dimana kebaikan yang dinilai puncak, terunggul, dan kebaikan akhir dalam kehidupan manusia yang deminya segala sesuatu dilakukan. Sesuatu tersebut dinilai atau dikehendaki sebagai pengalaman atau obyek yang sangat dinginkan dan yang di cari-cari.

Pemenuhan kewajiban yang berasal dari hati nurani atau dorongan dari Tuhan adalah salah satu bagian dari summum bonum, dimana Tuhan memberikan tekad batin yang kuat untuk bertindak atas dasar kewajiban dan keutamaan, hal demikian lah yang dianggap sebagai moral yang murni.

Menurut Kant, kebaikan tertinggi dalam dunia saat ini tidak pernah terealisasi secara sempurna. Oleh karena itu, wajib bagi manusia untuk merealisasikan tujuan tersebut. karena itu merupakan perbuatan moral. Disamping manusia memiliki sifat istimewa dan lebih baik dibandingkan dengan makhluk lainnya, sehingga ia merupakan makhluk yang bernilai. Lain halnya dengan binatang, mereka juga mempunyai nilai, akan tetapi hanya sejauh mengabdi pada tujuan manusia. Hal tersebut ditegaskan oleh Kant dalam salah satu karyanya yang berbunyi

“Tetapi sejauh berkaitan dengan binatang, kita tidak mempunyai kewajiban-kewajiban langsung. Binatang ada hanya sebagai sarana untuk suatu tujuan. Dan tujuan itu adalah untuk manusia.”

Menurut Kant, tentang kebaikan tertinggi merupakan tujuan beliau yang ingin merefleksikan implikasi dan rumusannya yang secara jelas mengenai ide tentang hukum alam. Paling tidak untuk pengalaman moralnya. Karena jika sesorang tersebut memahami hukum dan kodrat alam yang tidak bisa dirubah maka itu berarti seseorang tersebut telah menjadikan eksistensi Tuhan sebagai jiwa untuk bertindak.

Terdapat tiga postulat yang berhubungan dengan kebahagiaan sempurna, yaitu kebebasan kehendak, immoralitas jiwa, dan Tuhan. Moralitas adalah tuntutan akal budi praktis, membentuk basis dan di atas basis terdapat keyakinan praktis terhadap Tuhan dan moralitas. Karena bagi Kant yang disebut dengan moralitas adalah tindakan yang dilakukan atas dasar kewajiban yang bertujuan untuk kebaikan atau keutamaan moral, dan dengan demikian dapat mewujudkan kebaikan moral yang dilakukan dengan keras untuk kebaikan sempurna. Artinya berarti, bahwa manusia akan membawa kehendaknya ke dalam kesempurnaan sesuai dengan tuntutan-tuntutan hukum moral. Dengan demikian, kebahagiaan sempurna hanya dapat diciptakan oleh Tuhan.

Ide kebebasan menurut Kant dibangun secara praktis diatas hukum moral. Manusia mempunyai kewajiban-kewajiban moral, dan oleh sebab itu manusia mesti bebas untuk memenuhi kewajibannya. Tetapi kita sebagai manusia, juga harus bisa melihat kebebasan dari sudut pandang praktis, keabadian jiwa, dan eksistensi Tuhan. Dengan hal demikian, maka manusia dapat bertindak sesuai dengan kewajiban.

Immoralitas jiwa menyatakan bahwa kebahagiaan tertinggi manusia tidak mungkin dicapai di dunia ini. Dan keberadaan Tuhan yang menjamin bahwa pelaksanaan kewajiban moral akan merasakan ganjarannya di kemudian hari berupa kebahagiaan sejati. Hal demikian tidak perlu dibuktikan. Karena Tuhan itu Maha adil, ia akan memberikan nasib yang baik untuk orang yang baik, dan ganjaran kebahagiaan untuk orang yang baik pula. Artinya, seseorang yang bermoral berhak untuk menjadi bahagia. Namun, kebahagiaan itu tidak dapat dijamin sendiri dan bukan merupakan hasil otomatis hidup bermoral. Karena itu, agar hak yang dirasakan itu tidak percuma, maka perlu adanya Yang Maha Tahu, Maha Kuasa, dan Maha Suci. Dan hanya Dialah yang dapat menjamin kebagiaan. Karena keberadaan Tuhan menjamin harapan moral manusia untuk mencapai summum Bonum.

Selanjutnya, menurut Kant, hukum moral ini hanya berjalan sesuai dengan kata hati, dan pada gilirannya akan menemukan Tuhan. Artinya, ketika seseorang dapat memiliki ide tentang Tuhannya, itu artinya ia memikirkan hubungan Tuhan dengan dunia. Karena pada dasarnya, tujuan moral merupakan untuk kebaikan tertinggi. Dan kebaikan tertinggi hanya bisa dicapai dengan adanya perintah Tuhan dalam hal baik. Artinya, di sini manusia harus sadar akan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi. Dengan demikian manusia wajib bertindak demi kewajiban.

Referensi :

  • James Rachels, Filsafat Moral, terj. A. Sudiarja (Yogyakarta: Kanisius, 2004).
  • Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, (Yogyakarta: Kanisius, 1997).