Apa yang dimaksud dengan Katarak (Cataract)?

Katarak adalah lensa mata yang menjadi keruh, sehingga cahaya tidak dapat menembusnya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total.

Dalam perkembangannya katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan pengerasan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, berwarna kuning menjadi coklat/putih secara bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi membutakan jika katarak terlalu tebal.

Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran.

Bila tidak dioperasi, katarak dapat menyebabkan glaukoma.

Apa yang dimaksud dengan Katarak (Cataract) ?

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan (visus). Katarak paling sering berkaitan dengan proses degenerasi lensa pada pasien usia di atas 40 tahun (katarak senilis). Selain katarak senilis, katarak juga dapat terjadi akibat komplikasi glaukoma, uveitis, trauma mata, serta kelainan sistemik seperti diabetes mellitus, riwayat pemakaian obat steroid, dan lain-lain. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun dapat juga pada satu mata (monokular).

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan
Pasien datang dengan keluhan penglihatan menurun secara perlahan seperti tertutup asap/kabut. Keluhan disertai ukuran kacamata semakin bertambah, silau, dan sulit membaca.

Faktor Risiko

  1. Usia lebih dari 40 tahun
  2. Riwayat penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus
  3. Pemakaian tetes mata steroid secara rutin
  4. Kebiasaan merokok dan pajanan sinar matahari

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

  1. Visus menurun yang tidak membaik dengan pemberian pinhole
  2. Pemeriksaan shadow test positif
  3. Terdapat kekeruhan lensa yang dapat dengan jelas dilihat dengan teknik pemeriksaan jauh (dari jarak 30 cm) menggunakan oftalmoskop sehingga didapatkan media yang keruh pada pupil. Teknik ini akan lebih mudah dilakukan setelah dilakukan dilatasi pupil dengan tetes mata Tropikamid 0.5% atau dengan cara memeriksa pasien pada ruang gelap.

Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan.

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan visus dan pemeriksaan lensa
Komplikasi Glaukoma dan uveitis

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

Pasien dengan katarak yang telah menimbulkan gangguan penglihatan yang signifikan dirujuk ke layanan sekunder yang memiliki dokter spesialis mata untuk mendapatkan penatalaksanaan selanjutnya. Terapi definitif katarak adalah operasi katarak.


Gambar Operasi Katarak

Konseling & Edukasi

  1. Memberitahu keluarga bahwa katarak adalah gangguan penglihatan yang dapat diperbaiki.
  2. Memberitahu keluarga untuk kontrol teratur jika sudah didiagnosis katarak agar tidak terjadi komplikasi.

Kriteria Rujukan

  1. Katarak matur
  2. Jika pasien telah mengalami gangguan penglihatan yang signifikan
  3. Jika timbul komplikasi

Peralatan

  1. Senter
  2. Snellen chart
  3. Tonometri Schiotz
  4. Oftalmoskop

Prognosis

  1. Ad vitam : Bonam
  2. Ad functionam : Dubia ad bonam
  3. Ad sanationam : Dubia ad bonam

Referensi

  1. Gerhard, K.L. Oscar, Gabriele. Doris, Peter. Ophtalmology a short textbook. 2ndEd. New York: Thieme Stuttgart. 2007.
  2. Gondhowiardjo, T.D. Simanjuntak, G. Panduan Manajemen Klinis Perdami, 1th Ed.Jakarta: CV Ondo. 2006.
  3. James, Brus. dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. 2005.
  4. Riordan, P.E, Whitcher, J.P. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.
    Ed17.Jakarta: EGC. 2009.
  5. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Ed III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
  6. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat perubahan metabolisme lensa yang dapat menyebabkan hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat keduanya. Katarak biasanya terjadi dalam waktu yang bersamaan dan berjalan progresif.

Katarak dapat merupakan akibat kelainan lain pada mata seperti uveitis anterior, trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, pajanan radiasi, pajanan sinar ultraviolet (UV) dalam waktu yang lama.


Gambar Penglihatan mata katarak

Klasifikasi Katarak

Katarak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu :

Pembagian katarak berdasarkan waktu terbentuknya katarak :

  1. Katarak Kongenital

    Katarak kongenital merupakan katarak atau kekeruhan pada lensa yang sudah didapat sejak masih didalam kandungan hingga 1 tahun. Katarak kongenital umunya tidak meluas dan sangat jarang mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhan tergantung dari letak dan waktu terjadinya kelainan lensa. Katarak kongenital ini juga dapat terjadi bersamaan dengan proses penyakit pada ibu yang sedang mengandung seperti rubella.

  2. Katarak Juvenil

    Katarak juvenil merupakan jenis katarak yang terdapat pada anak – anak yang didapat setelah lahir (1 tahun) hingga umur dibawah 20 tahun. Katarak juvenil terjadi sangat jarang dan biasanya terjadi akibat adanya kesalahan pada proses perkembangan serat lensa yang baru sehingga didapatkan serat lensa yang lembek dan seperti bubur, sering disebut sebagai soft cataract. Katarak juvenil ini sering dianggap sebagai manifestasi dari penyakit keturunan lainnya. Tindakan akan dilakukan pada penderita katarak juvenil akan dilakukan bila sudah mengganggu penglihatan karena ditakutkan akan mengakibatkan ambliopia. Tindakan yang dilakukan adalah pembedahan.

  3. Katarak Presenilis

    Katarak senilis merupakan katarak yang terjadi akibat proses penuaan seseorang yang terjadi akibat adanya perubahan pembentukan lensa, terjadi pada orang dengan usia diantara 30 - 40 tahun.

    Proses pembentukan katarak pada usia tua terjadi akibat adanya perkembangan serat lensa yang akan terus bertambah. Pertumbuhan serat lensa yang baru ini akan menyebabkan adanya pergeseran dan penekanan serat lensa yang lama ke arah nukleus sehingga meningkatkan densisitas lensa dan akan menyebabkan kekeruhan pada lensa.

  4. Katarak Senilis

    Katarak senilis merupakan katarak yang terjadi akibat proses penuaan seseorang yang terjadi akibat adanya perubahan pembentukan lensa, terjadi pada orang dengan usia diatas 40 tahun. Hal ini ditandai dengan adanya bertambah tebalnya nukleus lensa. Penebalan nukleus disebabkan karena adanya pergeseran dan penekanan serat lensa tua ke nukleus. Secara klinis proses penuaan ini sebenarya sudah terjadi sejak dekade 4 kehidupan manusia dimana terjadinya proses pelemahan akomodasi lensa yang ditandai adanya presbiopia.

Klasifikasi katarak berdasarkan letak kekeruhan lensa :

  1. Katarak Lamelar atau Zonular

    Jenis kelainan katarak ini sudah terlihat sejak lahir dan bersifat herediter dan ditransmisi secara dominan serta bilateral. Katarak tipe zonular ini sudah sejak perkembangan embriologi manusia intrauterin dimana terdapat serat – serat lensa yang keruh berbatas tegas dengan bagian tengah lensa lebih jernih. Gangguan penglihatan pada katarak zonular tergantung dari derajat kekeruhan lensa dan seberapa banyak kekeruhan lensa menutupi pupil.

  2. Katarak Polaris Posterior

    Katarak polaris posterior terjadi akibat menetapnya selubung vaskuler lensa. Terkadang pada bayi terdapat arteri hialoid yang menetap sehingga menyebabkan kekeruhan pada lensa bagian posterior. Katarak polaris posterior berjalan progresif.

  3. Katarak Polaris Anterior

    Katarak tipe ini terjadi ketika lensa belum sepenuhnya terlepas dari kornea saat perkembangan embrional. Hal ini akan menyebabkan terlambatnya pembentukan bilik anterior mata. Katarak polaris anterior akan memberikan gambaran terdapatnya kekeruhan pada bilik mata anterior. Kekeruhan ini berbentuk seperti piramid dengan ujung menuju ke kornea. Jenis katarak ini tidak berjalan progresif.

  4. Katarak Inti (Katarak Nuklear)

    Katarak nuklear terbentuk pada usia gestasi 3 bulan. Katarak tipe ini bersifat herediter dominan dan tidak berjalan progresif, umunya bersifat bilateral. Katarak nuklear tampak seperti bunga karang atau pada beberapa kasus ditemukannya kekeruhan berupa titik – titik. Pada umumnya katarak nuklear ini tidak mengganggu tajam penglihatan.

  5. Katarak Sutural

    Y suture merupakan suatu garis bayangan pada lensa yang membatasi lensa menjadi batas depan dan belakang yang terbentuk dari pertemuan serat – serat lensa primer pada tepi lensa. Katarak tipe sutural akan membentuk kekeruhan sepanjang garis ini. Karena letaknya ditepian maka tidak terlalu mengganggu tajam penglihatan seseorang.


Gambar Tipe Katarak

Klasifikasi katarak berdasarkan bentuk katarak :

  1. Katarak Nuklear

    Inti lensa akan semakin menebal seiring dengan penambahan usia. Inti ini lama kelamaan akan mengalami sklerosis yang awalnya membentuk kekeruhan berwarna putih. Kekeruhan ini lama – kelamaan akan menjadi kekuning – kuningan kemudian berubah menjadi kecoklatan dan kemudian menghitam. Keluhan yang paling sering muncul adalah berkurangnya tajam penglihatan.

  2. Katarak Kortikal

    Katarak kortikal terjadi karena adanya penyerapan cairan kedalam lensa yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa dan bertambahnya kecembungan lensa. Hal ini akan menyebabkan miopisasi yang akan membuat pasien merasa seperti adanya perbaikan penglihatan jarak dekat padahal usia terus bertambah.

  3. Katarak Kupuliform

    Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak nuklear maupun kortikal. Kekeruhan pada katarak ini terletak pada subkapsuler posterior. Kekeruhan yang tampak memberikan gambaran berbentuk seperti piring. Derajat keparahan katarak tergantung dari posisi kekeruhan lensa terhadap lensa. Semakin dekat kekeruhan dengan lensa maka semakin cepat katarak akan berkembang.

Klasifikasi katarak berdasarkan stadium katarak :

Tabel Perbedaan stadium katarak Senilis
Perbedaan stadium katarak Senilis

  1. Katarak Insipiens

    Kekeruhan tampak seperti bercak – bercak halus yang menyebar dengan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan ini biasanya terletak di korteks anterior atau posterior. Keluhan yang paling sering muncul adalah poliopia disebabkan adanya ketidaksamaan indeks refraksi pada seluruh lensa.

  2. Katarak Immatur

    Pada katarak immatur kekeruhan terlihat menebal namun belum rata pada keseluruhan lensa, masih terdapat bagian jernih diantaranya. Selain itu mulai terlihat adanya hidrasi kornea yang menyebabkan bertambah cembungnya lensa. Pertambahan kecembungan lensa ini akan menyebabkan terjadinya miopisasi yang dapat mempengaruhi status refraksi seseorang. Selain itu kecembungan lensa yang bertambah (intumesensi) menyebabkan pendorongan iris ke depan sehingga menyempitkan bilik mata depan dan dapat menyebabkan glaukoma sekunder (fakomorfik).

  3. Katarak Matur

    Pada katarak matur proses degenerasi terus berjalan, sehingga menyebabkan terjadinya pengeluaran air yang akan keluar bersama dengan hasil disintegrasi lensa melalui kapsul. Lensa akan berukuran normal kembali. Pada stadium ini akan terlihat lensa berwarna sangat putih secara menyeluruh karena adanya deposit kalsium.

  4. Katarak Hipermatur

Bila degenerasi masih berlanjut maka korteks lensa dapat mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Hal ini dapat mengakibatkan pengeriputan lensa dan mencairnya korteks dan akan menyebabkaan nukleus turun kebawah (Katarak Morgagni) serta iris bergetar (tremulans). Selain itu massa lensa yang keluar dapat mengakibatkan uveitis fakotoksik dan glaukoma fakolitik.

Klasifikasi katarak berdasarkan etiologi :

  1. Katarak Komplikata

    Katarak komplikata timbul karena adanya penyakit intraokular, penyakit di bagian tubuh lainnya (penyakit ekstraokular), dan faktor lingkungan. Penyakit intraokular yang paling sering menyebabkan kekeruhan lensa adalah iridosiklitis, glaukoma, ablasio retina, miopia tinggi, uveitis. Biasaya kekeruhan lensa hanya terdapat pada satu mata.

    Penyakit umum yang sering menimbulkan katarak adalah diabetes mellitus, galaktosemia, hipoparatiroid, miotonia distrofia, tetani infantil. Bisanya timbul pada usia yang lebih muda dan mengenai kedua mata.

    Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk

    • Pada pasien dengan dehidrasi berat, hiperglikemia dan asidosis akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa yang berkerut. Kekeruhan ini akan hilang setelah terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.

    • Pasien diabetes mellitus juvenil dan tua tidak terkontrol akan terlihat pembentukan katarak secara serentak pada kedua mata dalam 48 jam, berbentuk snow flake atau piring subkapsular.

    • Bila pada katarak pasien diabetes mellitus dewasa dengan gambaran histopatologik dan biokimia yang sama, maka bentuk katarak seperti pasien non diabetes.

  2. Katarak Sekunder

    Sering disebut after cataract. Merupakan kekeruhan lensa yang timbul setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular atau setelah emulsifikasi fako. Terlihat adanya penebalan kapsul posterior akibat prolifeasi sel – sel radang pada sisa – sisa korteks yang tertinggal.

  3. Katarak Trauma

    Kekeruhan lensa terjadi akibat adanya trauma pada bola mata. Paling sering terlihat dengan kekeruhan berbentuk bintang pada subkapsular anterior. Jarak antara kekeruhan dengan kapsul anterior dapat memberikan gambaran kapan trauma tersebut terjadi. Perforasi pada trauma lensa akan memberikan suatu gambaran khas “perforation rossete” kekeruhan berwarna kemerahan dengan bentuk menyerupai bintang pada supkapsular posterior.

  4. Katarak Terinduksi Obat

    Corticosteroid – induced subcapsular cataract merupakan efek samping yang sering ditemukan pada pemakaian kortikosteroid topikal jangka panjang. Katarak timbul karena ada ikatan kovalen antara steroid dan protein lensa yang menyebabkan oksidasi protein struktural.

  5. Katarak karena Radiasi

    Faktor lingkungan juga kan berpengaruh pada pembentukan katarak. Kondisi lingkungan yang memiliki banyak polutan akan meningkatkan resiko terkena katarak. Selain itu kadar radiasi yang ada pada lingkungan juga akan mempengaruhi pembentukan katarak. Banyaknya paparan sinar UV, terutama sinar UVB, juga sangat berpengaruh pada pembentukan katarak dibandingkan dengan faktor lingkunga yang lain. Semakin banyak mata terpapar langsung dengan sinar UVB maka resiko terkena katarak semakin besar.

Faktor Resiko Katarak

  1. Ada riwayat keluarga terkena katarak

    Riwayat keluarga katarak akan meningkatkan risiko terkena katarak. Seseorang dengan riwayat keluarga katarak akan memiliki gen autosomal dominan untuk katarak. Sehingga memiliki risiko lebih tinggi terkena katarak.

  2. Adanya kelainan metabolik yaitu diabetes melitus dan galaktosemia

    Adanya kelainan metabolik tubuh akan menyebabkan gangguan metabolik lensa. Proses metabolisme lensa digunakan untuk menjaga transparansi lensa, sehingga apabila metabolisme lensa terganggu akan menyebabkan turunnya transparansi lensa.

  3. Pemakaian kortikosteroid

    Perjalanan steroid menyebabkan katarak belum terlalu jelas. Namun diduga bahwa steroid akan menyebabkan perubahan transkripsi gen pada epitel lensa sehingga mempengaruhi perubahan – perubahan sel lensa. Perubahan sel lensa ini dapat mempercepat perubahan densitas lensa akibat perubahan perkembangan serat lensa.

  4. Faktor lingkungan

    Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah banyaknya sinar UV yang terpapar pada mata kita. Sinar UVB dapat meningkatkan percepatan pembentukan katarak. Namun belum ada yg dapat menjelaskan dengan pasti bagaimana perjalanan pengaruh UVB terhadap pembentukan katarak.

  5. Umur, semakin tua umur semakin berisiko terkena katarak.

    Seiring dengan pertambahan usia berjalan pula perkembangan serat lensa. Serat lensa yang tua akan bergeser dan ditekankan ke arah nukleus. Semakin tua maka densitas lensa akan meningkat dan menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.

  6. Obesitas

    Belum ada penelitian yang benar – benar menjelaskan hubungan antara obesitas dengan katarak. Namun ada sebuah penelitian menunjukkan bahwa setiap peningkatan angka BMI akan menaikkan risiko 12% terkena katarak, terutama katarak supkapsular posterior.

  7. Hipertensi

    Dalam penelitian oleh Xiaoning Yu, Danni Lyu, Xinran Dong, Jiliang He dan Ke Yao ditemukan bahwa hipertensi meningkatkan risiko terkena katarak supkapsular posterior. Namun pada penelitian lain yang dilakukan di Amerika menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dan katarak. Hingga saat ini belum ada literatur yang menunjukkan hubungan yang jelas mengenai keduanya.

  8. Riwayat trauma mata

    Trauma pada mata seperti trauma langsung pada mata, tersengat listrik, ataupun terkena radiasi yang terionisasi dapat menyebabkan pergeseran dan sublukasi lensa yang dapat memicu terjadinya kekeruhan lensa. Ketika terjadi trauma pada mata maka akan terjadi pemendekan diameter antero posterior lensa disertai dengan pelebaran ekuator lensa. Pelebaran ekuator lensa ini akan menyebabkan kerusakan pada kapsul lensa, zonula lensa maupun keduanya dan menyebabkan kekeruhan lensa. Pada beberapa kasus dimana trauma mata terjadi hingga menembus lensa maka pada saat kejadian dapat terjadi opafikasi kortikal lensa mata.

Etiologi Katarak

  1. Primer

    Karena adanya kelainan embriologi lensa sejak dalam kandungan

  2. Tindakan pembedahan mata

    Ditemukan dalam sebuah studi oleh Marianne O Price bahwa kejadian pembentukan katarak terjadi setelah tindakan keratoplasti menigkat pada usia diatas 50 tahun. Pembentukan katarak ini diduga akibat penggunaan obat – obatan steroid yang diberikan setelah tindakan keratoplasti.

  3. Adanya penyakit mata (glaukoma, ablasio retina, uveitis, retinitis pigmentosa)

    Katarak yang disebabkan oleh penyakit mata disebabkan karena penggunaan steroid sebagai terapi untuk penyakit mata tersebut.

  4. Adanya penyakit sistemik (diabetes mellitus, galaktosemia, distrofi miotonik)

    Penyakit sistemik tubuh akan mengganggu jalannya proses metabolisme lensa. Sehingga dapat mempengaruhi transparansi lensa.

  5. Induksi obat – obatan (kortikosteroid, eserin, ergot, antikolinesterasi topikal)

    Steroid memiliki efek yang cukup besar bila digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Steroid akan menyebabkan adanya agregasi protein lensa dan menyebabkan kekeruhan pada lensa. Selain itu steroid juga akan menyebabkan migrasi abnormal sel epitelial lensa. Jenis glukokortikoid penyebab terbanyak katarak induksi steroid.

  6. Trauma pada mata

    Riwayat trauma pada mata akan menyebabkan pergeseran dan sublukasi lensa yang dapat memicu terjadinya kekeruhan lensa. Pada kondisi dimana trauma terjadi menembus lensa maka akan terjadi opafikasi kortikal lensa mata hampir secara spontan pada saat terjadi trauma karena kerusakan protein lensa.

  7. Katarak terkait usia

    Usia sangat mempengaruhi terjadinya pembentukan lensa karena seiring pertambahan usia, serat lensa juga akan tumbuh. Serat lensa yang lama akan dipadatkan ke tengah sehingga kama kelamaan akan terjadi pemadatan serat lensa dan menyebabkan kekeruhan lensa.


Gambar Penyebab Katarak

Patofisiologi Katarak

  1. Konsep Penuaan

    Proses penuaan seseorang akan menyebabkan mulainya pembentukan katarak terkait usia. Pada usia lebih dari 40 tahun perubahan lensa akan mulai terjadi. Selama hidup, lensa akan terus berkembang dan menghasilkan serabut – serabut lensa yang baru. Serabut lensa tua akan mengalami degenerasi dan dipadatkan menuju nukleus. Selain itu protein – protein yang terdapat pada lensa akan menjadi water insoluble sehingga dapat membentuk suatu pigmen coklat kekuningan pada lensa dan menyebabkan terjadinya kekeruhan.

  2. Konsep Katarak Metabolik

    Penyakit metabolik yang paling sering menyebabkan katarak adalah diabetes mellitus. Pada kondisi normal glukosa lensa akan mengalami proses metabolisme yang akan menjaga lensa agar tetap transparan. Proses ini dilakukan melalui glikolisis anaerobik dan jalur sorbitol. Namun pada kondisi normal jalur sorbitol tidak terlalu digunakan.

    Pada kondisi hiperglikemia, jalur sorbitol akan lebih aktif bekerja dimana glukosa akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan diubah menjadi fruktosa oleh polyol dehydrogenase sehingga lensa tetap transparan. Namun polyol dehydrogenase jumlahnya sedikit sehingga pada kondisi hiperglikemi sorbitol tidak dapat diubah menjadi fruktosa. Sorbitol akan menetap di dalam lensa karena permeabilitas lensa terhadap sorbitol kurang. Penumpukan sorbitol dan peningkatan fruktosa dalam lensa akan menyebabkan air tertarik masuk ke dalam lensa yang dapat merusak struktur sitoskeleton dan mengakibatkan kekeruhan lensa.

    Bentuk kekeruhan yang tampak pada penderita diabetes mellitus adalah kekeruhan seperti kepingan salju yang terjadi secara bilateral pada waktu yang bersamaan.

  3. Konsep Radikal Bebas

    Peningkatan radikal bebas akan menimbulkan kerusakan pada setiap jaringan tubuh. Serat-serat protein halus yang membentuk lensa internal bersifat bening. Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan protein lensa karena terambilnya elektron protein lensa. Ketika protein rusak, keseragaman struktur ini akan menghilang dan serat-serat yang seharusnya berfungsi meneruskan cahaya, membuat cahaya menjadi terpancar bahkan terpantul dan kerusakan protein ini dapat menyebabkan timbulnya kekeruhan pada lensa.

Manifestasi Klinis Katarak

Manifestasi klinis yang tampak pada penderita :

  1. Turunnya tajam penglihatan tanpa disertai tanda radang pada mata. Keparahan penurunan tajam penglihatan tergantung dari letak dan stadium kekeruhan lensa.
  2. Diplopia atau pandangan ganda
    3 Polypia
  3. Pandangan kabur atau berkabut
  4. Sensitif terhadap cahaya, yang dikeluhkan pasien adalah rasa silau ketika melihat cahaya
  5. Melihat halo disekitar lampu
  6. Sering berganti kacamata
  7. Lensa berubah menjadi putih

Diagnosis Katarak

Pemeriksaan Rutin

  1. Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector
    dengan koreksi terbaik serta menggunakan pinhole.

  2. Pemeriksaan dengan Slit lamp untuk melihat segmen anterior.

  3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau Schiotz.

  4. Jika TIO dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien

    • Derajat 1 : Nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Reflek fundus masih mudah diperoleh. Usia penderita biasanya kurang dari 50 tahun.

    • Derajat 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12 – 6/30, tampak nucleus mulai sedikit berwarna kekuningan. Reflek fundus masih mudah diperoleh dan paling sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis posterior.

    • Derajat 3 : Nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30 – 3/60, tampak nukleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang berwarna keabu - abuan.

  • Derajat 4 : Nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 – 1/60, tampak nukleus berwarna kuning kecoklatan. Reflek fundus sulit dinilai.

    • Derajat 5 : Nukleus sangat keras, biasanya visus biasanya hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nukleus berwarna kecoklatan bahkan sampai kehitaman. Katarak ini sangat keras dan disebut juga sebagai Brunescence cataract atau Black cataract.
  1. Pemeriksaan funduskopi bila masih memungkinkan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan USG dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata selain katarak.

Pemeriksaan Tambahan

  1. Biometri untk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi

  2. Retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah operasi.

Penatalaksanaan Katarak

Penatalaksanaan non bedah

Penatalaksanaan non bedah hanya dilakukan untuk perbaikan visus sementara waktu saja dan memperlambat proses pembentukan katarak saja. Penatalaksanaan non bedah dapat dilakukan pada penderita katarak insipien dan katarak immatur.

Penatalaksaan yang dilakukan adalah observasi dan medikamentosa untuk mengurangi keluhan atau penyulit saja. Medikamentosa yang diberikan adalah vitamin A, vitamin C, vitamin E dan antioksidan untuk memperlambat progresifitas katarak.

Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih baik atau sama dengan 6/12, yaitu pemberian kacamata dengan koreksi terbaik. Jika visus masih lebih baik dari 6/12 tetapi sudah mengganggu untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi medis lain untuk operasi, dapat dilakukan operasi katarak.

Penatalaksanaan Bedah Indikasi operasi katarak


Gambar Operasi Katarak

  1. Tes Snellen chart memberikan hasil 6/12 atau lebih buruk dan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata.

  2. Aktivitas sehari – hari terganggu atau pasien berisiko mengalami kecelakaan atau trauma.

  3. Penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus namun kekeruhan tidak dapat diterima maka operasi dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam tanpa pengembalian fungsi penglihatan.

  4. Pada usia lanjut

    • Indikasi klinis : katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glaukoma, maka meskipun visus masih baik untuk bekerja, namun perlu dilakukan operasi setelah kondisinya membaik.

    • Indikasi visus : disesuaikan dengan tipe kataraknya, monokuler atau binokuler

  5. Katarak monokuler dapat dilakukan apabila sudah memasuki stadium matur.

  6. Katarak binokuler

    • Bila sudah memasuki stadium matur

    • Visus telah dikoreksi namun visus belum cukup baik untuk melakukan pekerjaan sehari – hari.

  7. Apabila indikasi operasi tidak memenuhi namun terdapat suspek penyakit pada retina maka disarankan untuk melakukan operasi katarak.

  8. Metode yang dapat digunakan dalam operasi katarak

    • Fakoemulsifiaksi
    • EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular)
    • EKIK (Ekstraksi Katarak Intrakapsular)

Prognosis Katarak

Beberapa jenis katarak akan berhenti tumbuh setelah mencapai titik tertentu namun tidak hilang dengan sendirinya. Jika katarak progresif dibiarkan tidak tertangani akan menyebabkan kebutaan pada pasien. Namun, hampir seluruh katarak dapat dihilangkan dengan menggunakan operasi dan tajam penglihatan pasien dapat membaik.

Pencegahan Katarak

  • Hindari paparan sinar UV berlebihan (gunakan kacamata hitam)

  • Konsumsi sayuran berwarna hijau gelap dan buah dengan warna gelap (hijau, merah, ungu, kuning tua). Karena lutein dan zeaxanthin yang terdapat pada sayuran dan buah berwana gelap terbukti dapat mencegah katarak dan memperlambat proses penuaan lensa.

  • Konsumsi makanan degan antioksidan. Antioksidan dapat menurunkan risiko katarak dengan mengurangi risiko kerusakan jaringan.