Apa yang Dimaksud dengan Kata Sapaan?


Dalam berbahasa terdapat beberapa jenis kata, salah satunya adalah kata sapaan.

Apa yang dimaksud dengan kata sapaan?

Kemampuan komunikatif kita dalam menerapkan khazanah bahasa kita terkait dengan tata krama atau sopan santun berbahasa. Kemampuan komunikatif ini akan terlihat, antara lain, dalam pemakaian kata sapaan. Misalnya, seorang ibu atau seorang ayah menyapa anaknya dengan sapaan kamu, sebaliknya anaknya tidak akan menyapa orang tuanya dengan sapaan yang sama; ia menyapa orang tuanya dengan sapaan ibu atau bapak. Di antara anggota keluarga biasanya istilah kekerabatan dipakai untuk menyapa lawan bicaranya sesuai dengan hubungan darah mereka, seperti bibi, paman, kak, atau dik.

Penelitian mengenai pemakaian bentuk sapaan ini sudah banyak dilakukan, diawali oleh penelitian Brown dan Gilman (dalam Fishman, 1968) yang meneliti pemakaian kata sapaan dari segi unsur kekuasaan (power) dan solidaritas (solidarity). Mereka meneliti pemakaian kata sapaan dalam beberapa bahasa di Eropa, khususnya bahasa Prancis, Italia, Jerman, dan Spanyol. Mereka menelusuri pemakaian kata sapaan itu dari’ sejak zaman kekaisaran Romawi.

Menurut sejarahnya, bahasa Latin tadinya hanya mengenal satu kata sapaan saja, yakni tu (untuk persona kedua tunggal), Di samping bentuk tu itu pada abad keempat kata sapaan dalam bahasa Latin itu bertambah dengan kata sapaan lain, yakni vos khusus untuk kaisar. Sebaliknya, kaisar memakai nos (=kami) sebagai orang yang mewakili rakyatnya dan memakai tu untuk persona kedua.

Pada masa itu ada dua orang kaisar, masing-masing kaisar di Romawi Barat (Roma) dan Romawi Timur (Konstatinopel). Secara administratif Romawi Barat dan Romawi Timur merupakam satu kesatuan kekuasaan. Bagi mereka, kekuasaan dapat meliputi kekuatan fisik, kekayaan, jenis kelamin, peran dan kedudukan yang diperoleh seseorang di kalangan gereja, militer, atau keluarga. Kata sapaan yang dipakai di sini tidak simetris.

Kata sapaan vos dipakai di kalangan orang bangsawan secara timbal-balik untuk menunjukkan kesopanan sating menghormat; orang kebanyakan memakai itu. Kadang-kadang di antara ke-duanya ada benturan semantis (semantic conflict) tetapi biasanya ada jalan keluarnya, misalnya seorang ayah menyapa anaknya dengan T dan anaknya menyapanya dengan V. Sebagai penyelesaiannya keduanya sepakat sating memakai T.

Demikian pula halnya seorang perwira yang menyapa seorang prajurit dengan T mendapat balasan V dari prajuritnya itu. Dalam penelitian lain, Ervin-Tripp (dalam Fishman, 1971) menyebutkan bahwa di dalam pemakaian kata sapaan dalam bahasa lnggris (di Amerika Serikat) ada tiga kaidah yang harus diperhatikan, yakni kaidah alternasi (alternation rule) dan kaidah yang ada secara bersamaan_ yang menyertai kaidah pertama (co-occurrence rule).

Kaidah yang pertama menyangkut soal bagaimana seorang pembicara memilih bentuk/kata secara benar, sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Dalam diagram berikut Ervin-Tripp menggambarkan alur pemakaian kata sapaan di kalangan akademis di Amerika Serikat. la memulai dengan pemakaian kata sapaan pada orang dewasa, kira-kira usia delapan betas tahun atau sudah bekerja. Untuk menyapa lawan atau kawan bicaranya, seseorang harus menentukan pilihan seperti yang ditunjukkan dengan tanda + (tanda “ya” positif) atau -(tanda “tidak” atau negatif).

Pada dasarnya kata sapaan merupakan unsur bahasa yang paling penting dalam melakukan komunikasi, karena kata sapaan sangat berguna untuk memulai percakapan dalam suatu kegiatan komunikasi, baik itu dengan teman, keluarga, dan lain sebagainya. Menurut Chaer (1988), kata sapaan adalah kata-kata yang dapat digunakan untuk menyapa, menegur, menyebut orang kedua, atau orang yang hendak diajak bicara. Crystal (dalam Leni Syafyahya, dkk. 2000) menyatakan bahwa sapaan adalah cara mengacu seseorang di dalam interaksi linguistik yang dilakukan secara langsung.

Bentuk Kata Sapaan

Bentuk sapaan merupakan bentuk kebahasan yang didalamnya dikenal adanya tingkatan penggunaan sapaan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Sugono (dalam Ridha dan Agustin, 2015) yang menyatakan bahwa sapaan adalah kata atau frase untuk saling merujuk dalam pembicaraan dan dapat berbeda-beda menurut sifat hubungan diantara pembicaraannya, misalnya Ibu, Saudara. Sapaan dapat dikaitkan dengan sebutan dan nama. Sebutan yang dimaksud ialah sesuatu yang dapat disebut atau disebutkan, panggilan, gelar, misalnya Pak, Bu, Mbak, Dik, Ummi, Haji. Lain halnya yang dimaksud dengan nama ialah kata untuk menyebut atau memanggil seorang penutur berdasarkan namanya.

Bentuk sapaan ditentukan melalui beberapa faktor. Faktor tersebut meliputi, usia, jenis kelamin, status sosial, serta kedekatan antara penutur dengan mitra tutur sehingga dapat memicu akan adanya variasi sapaan yang digunakan dalam masyarakat. Pemakaian tersebut didasarkan pada konveksi yang belaku dalam masyarakat (Irmayani, 2004).

1. Bentuk Kata Sapaan dari Segi Kelamin

Adanya perbedaan jenis kelamin dapat menentukan bentuk sapaan yang digunakan. Sapaan untuk laki-laki akan sangat berbeda dengan sapaan untuk perempuan (Irmayani, 2004). Berdasarakan kriteria tersebut, akan mendapatkan perbedaan bahasa lisan yang digunakan oleh kaum laki-laki dan kaum perempuan. Oleh karena itu, penggunaan sapaan antara laki-laki dan perempuan juga mengalami perbedaan. Penggunaan bentuk sapaan pada laki- laki, misalnya bapak, mas, cak, kang, dll. Bentuk sapaan untuk perempuan, misalnya ibu, mbak, tante, yu, neng, dll. Dari beberapa perbedaan tersebut, namun ada beberapa sapaan yang dapat digunakan untuk laki-laki maupun perempuan misalnya dek, kak, bos, dll.

2. Bentuk Kata Sapaan dari Segi Usia

Ditinjau dari segi usia penuturnya, bentuk sapaan dapat dilihat dari tuturan yang digunakan dalam sehari-hari baik dari suasana formal maupun informal. Suasana formal dapat digunakan dalam kedinasan, untuk menyapa orang yang dihormati, kepada pimpinan, atau untuk menyapa orang yang baru dikenal dan usianya lebih tua dari penutur. Lain halnya dengan sapaan suasana informal, sapaan informal dapat digunakan untuk menyapa teman akrab, sebaya atau orang yang lebih muda dari usia penutur sehingga penggunaan sapaan dalam hal ini kurang diperhatikan.

3. Bentuk Kata Sapaan dari Segi Status Sosial

Sumarsono dan Partana (2002) mengatakan bahwa kelas sosial mengacu kepada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan sebagainya.

4. Bentuk Kata Sapaan dari Segi Kekerabatan

Rahardi (2004) menjelaskan bahwa penggunaan kata sapaan tidak selalu menunjukkan adanya hubungan kekeluargaan antara penyapa dan tersapa, misalnya sapaan bapak atau ibu tidak selalu digunakan untuk menyapa orang tua dari penyapa. Akan tetapi, kata sapaan tersebut digunakan karena mitra tutur pantas untuk disapa dengan kata sapaan bapak ataupun ibu. Hal ini menunjukkan bahwa makna sebuah kata telah mengalami perluasan makna.

Fungsi Sapaan

Fungsi sapaan pada dasarnya sama dengan fungsi bahasa yang digunakan sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam (Chaer& , Agustin 2010). Hal ini sejalan dengan fungsi sapaan yakni untuk menegur, menyapa, bahkan memulai suatu pembicaraan dengan mitra tutur baik yang dikenal maupun tidak. Sapaan hampir selalu digunakan dalam berkomunikasi meskipun sebagian besar pemakai bahasa tidak menyadari betapa pentingnya penggunaan sapaan, akan tetapi secara naluri setiap pembicara akan melakukan komunikasi secera jelas dan sapaan hampir selalu digunakan karena penggunaan sapaan dapat dijadikan tolak ukur dalam memulai suatu pembicaraan dengan seorang yang dikenal maupun tidak.

Kata sapaan ialah seperangkat kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut atau memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa (Kridalaksana, 2008). Kata sapaan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, untuk menempatkan posisi yang tepat. Dalam berinteraksi kata sapaan digunakan sebagai bagian dari tutur sapa. Kata sapaan menjadi sebutan yang menandakan penghargaan terhadap derajat maupun martabat seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

Jenis-jenis Kata Sapaan
Kata sapaan ialah sistem yang mempertautkan seperangkat kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut atau memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa (Kridalaksana, 2008). Menurut Kridalaksana, kata sapaan terbagi atas empat yaitu:

  1. Kata Kerabat seperti : Kakek, Nenek, Bapak, Ibu, Paman, Bibi, Kakak, Abang, dll.
  2. Kata Ganti seperti : Kamu, Engkau, Saudara.
  3. Kata Sapaan hormat seperti : Yang terhormat (Yth.).
  4. Kata Ganti/kerabat diikuti nama seperti : Saudara Hasan, Bapak Susanto, Ibu Amir.

Contoh : Ibu bertanya Kepada Ayah, “Pukul berapa Ayah akan berangkat ke Jakarta?” Kepada Ayah merupakan (Kata Benda) berapa Ayah merupakan (Kata Sapaan).

Kata “Ayah” adalah kata sapaan, karena untuk menyapa orang kedua (orang yang diajak berbicara). Jika kata kekerabatan tersebut digunakan untuk menyebut orang yang pertama (orang yang berbicara) atau menyebut orang ketiga (orang yang dibicarakan), kata-kata itu disebut kata acuan.