Apa yang dimaksud dengan Intoleransi Makanan?

Intoleransi makanan adalah respon sistem pencernaan akibat respon sistem kekebalan. Hal ini terjadi ketika terjadi iritasi pada sistem pencernaan seseorang atau ketika seseorang tidak mampu mencerna atau kegagalan karena makanan. Intoleransi laktosa, yang ditemukan dalam susu dan produk susu lainnya, adalah makanan yang paling banyak terjadi.

Apa yang dimaksud dengan Intoleransi Makanan ?

Intoleransi makanan adalah gejala-gejala yang terjadi akibat reaksi tubuh terhadap makanan tertentu.

Intoleransi bukan merupakan alergi makanan.

Hal ini terjadi akibat kekurangan enzim yang diperlukan untuk mencerna makanan tertentu. Intoleransi terhadap laktosa gula susu, penyedap Monosodium Glutamat (MSG), atau terhadap antihistamin yang ditemukan di keju lama, anggur, bir, dan daging olahan. Gejala intoleransi makanan kadang-kadang mirip dengan gejala yang ditemukan pada alergi makanan.

Hasil Anamnesis

Gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah tenggorokan terasa gatal, nyeri perut, perut kembung, diare, mual, muntah, atau dapat disertai kram perut.

Faktor predisposisi

Makanan yang sering menyebabkan intoleransi, seperti:

  1. Terigu dan gandum lainnya yang mengandung gluten
  2. Protein susu sapi
  3. Hasil olahan jagung
  4. MSG

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan abdomen, bising usus meningkat dan mungkin terdapat tanda-tanda dehidrasi.

Pemeriksaan Penunjang : -

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Diagnosis Banding
Pankreatitis, Penyakit Chrons pada illeum terminalis, Sprue Celiac, Penyakit whipple, Amiloidosis, Defisiensi laktase, Sindrom Zollinger-Ellison, Gangguan paska gasterektomi, reseksi usus halus atau kolon

Komplikasi

Dehidrasi

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan dapat berupa

  1. Pembatasan nutrisi tertentu
  2. Suplemen vitamin dan mineral
  3. Suplemen enzim pencernaan

Rencana Tindak Lanjut

Setelah gejala menghilang, makanan yang dicurigai diberikan kembali untuk melihat reaksi yang terjadi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh penyebab intoleransi.

Konseling dan Edukasi

Memberi edukasi ke keluarga untuk ikut membantu dalam hal pembatasan nutrisi tertentu pada pasien dan mengamati keadaaan pasien selama pengobatan.

Kriteria Rujukan

Perlu dilakukan konsultasi ke layanan sekunder bila keluhan tidak menghilang walaupun tanpa terpapar.

Peralatan

Laboratorium rutin

Prognosis

Pada umumnya, prognosis tidak mengancam jiwa, namun fungsionam dan sanasionamnya adalah dubia ad bonam karena tergantung pada paparan terhadap makanan penyebab.

Referensi

Syam, Ari Fachrial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi ke 4. Jakarta: FK UI. 2006. Hal 312-3. (Sudoyo, et al., 2006)

Intoleransi makanan adalah reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan melalui reaksi nonimunologik. Intoleransi makanan juga menunjukkan ketidakmampuan tubuh untuk mencerna makanan tertentu.

Etiologi


Reaksi ini dapat disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan seperti kontaminan toksik (misalnya histamin pada keracunan ikan, toksin yang disekresi oleh Salmonella, Shigella, dan Campylobacter), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan (misalnya kafein pada kopi, tiramin pada keju) atau karena kelainan pada penjamu sendiri, misalnya gangguan metabolism pada defisiensi laktase.

Patofisiologi


Intoleransi makanan dapat terjadi pada keadaan kurangnya enzim tertentu dalam tubuh misalnya defisiensi laktase pada kasus intoleransi laktosa. Defisiensi enzim laktase menyebabkan laktosa yang terminum dan masuk usus tidak dapat dicerna sehingga menimbulkan peningkatan tekanan osmotik dalam lumen usus. Terjadi penarikan air dari mukosa ke dalam lumen usus yang menimbulkan diare. Laktosa yang tidak dipecah laktase akan dicerna oleh bakteri di usus besar, sehingga menghasilkan gas dan asam yang mengakibatkan terjadinya perut kembung dan kotoran yang bersifat asam.

Manifestasi klinis


Gejala dapat muncul beberapa jam sampai 48 jam setelah mengkonsumsi makanan tertentu. Gejala berhubungan dengan penyebab intoleransi makanan. Gejala yang umum dialami berupa mual ,sakit perut, kram perut, rasa kembung, muntah, mulas, diare, sakit kepala ,dan rasa cemas. Gejala biasanya berhubungan dengan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Diagnosis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sangat penting untuk mengetahui antara awitan gejala dengan saat konsumsi makanan yang diduga sebagai penyebab. Kebanyakan intoleransi makanan ditemukan melalui trial and error untuk menentukan makanan yang menyebabkan gejala. Cara lain untuk mengidentifikasi masalah makanan adalah untuk mengikuti program diet eliminasi provokasi.

Tata laksana


Tata laksana disesuaikan dengan klinis pasien. Apabila dijumpai tanda dehidrasi, dapat diberikan rehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasi. Tata laksana yang terpenting adalah menghentikan konsumsi makanan yang diduga sebagai penyebab, dan apabila diperlukan, dilakukan substitusi dengan jenis yang lain.

Komplikasi

  • Dehidrasi

  • Malnutrisi

Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Ilmu kesehatan anak : Buku panduan belajar koas, Udayana University Press

Referensi :

  • Djuprie D, Soeparto P, Juffrie M, dkk… Alergi makanan. Dalam: Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi. Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010;179-200.
  • Harsono A, Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N. Alergi makanan. Dalam: Buku Ajar Alergi Imunologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2007. h. 270-85.
  • Markowitz JE, Liacouras CA, Bishop W. Food Allergy and Intolerance. Dalam: penyunting. Pediatric Practice Gastroenterology . Edisi pertama. China: Mc Graw and Hill, 2010. h. 250-64.