Apa yang Dimaksud Dengan Inflasi?

Saya sering mendengar kalimat Inflasi tetapi tidak benar-benar memahami apakah inflasi tersebut, dan apakah inflasi tersebut dapat merugikan atau menguntungkan perekonomian bangsa?

1 Like

Menurut Triyono (2008), Inflasi adalah kenaikan harga-harga barang kebutuhan umum yang terjadi secara terus-menerus dan inflasi diukur dalam satuan persen (%). Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga umum barang-barang yang tidak sesaat. Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Rahardja dan Manurung (2008) dalam Puspitaningrum dkk (2014). Secara garis besar inflasi terjadi pada kenaikan harga dan dalam waktu yang lama.

Menurut Kuncoro (1998), dalam Raharjo (2009). Inflasi adalah kecenderungan dari harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan kenaikan kepada barang lainnya.

Inflasi ada dimana saja dan selalu merupakan fenomena moneter yang mencerminkan adanya pertumbuhan moneter yang berlebihan dan tidak stabil. Tingkat inflasi ini biasanya dinyatakan dalam persen pertahun. Secara umum inflasi adalah kenaikan harga secara terus menerus terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang bersifat sementara tidak bisa disebut sebagai inflasi dan juga kenaikan terhadap suatu komoditi tertentu tidak bisa disebut sebagai inflasi.

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:

  1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.

  2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.

Laju Inflasi adalah tingkat presentase kenaikan dalam beberapa indeks harga dari satu periode ke periode lainnya. Perubahan tingkat harga berkaitan dengan perubahan dalam daya beli uang atau nilai uang. Kedua istilah ini mengacu pada sejumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan sejumlah uang tertentu. Daya beli turun jika tingkat harga naik. Dengan demikian, inflasi yang berarti kenaikan umum pada tingkat harga, akan mengurangi daya beli uang. Sebaliknya daya beli uang akan naik bila tingkat harga menurun.
Inflasi terjadi ketika tingkat harga umum naik. Saat ini kita menghitung inflasi dengan menggunakan indeks harga rata-rata tertimbang dari harga ribuan produk individual. Indeks harga konsumen (CPI) mengukur biaya sekeranjang pasar dari barang dan jasa konsumen yang dikaitkan dengan biaya dari sekeranjang pasar dari barang dan jasa tersebut pada tahun dasar tertentu, sedangkan deflator GDP adalah harga dari GDP.

Jenis-jenis Inflasi


Ada beberapa cara yang dikemukakan untuk menggolongkan jenis-jenis inflasi. Menurut Sukirno (2005), ada beberapa inflasi yaitu :

  • Inflasi merayap ( inflasi yang terjadi sekitar 2-3 persen per tahun ).

  • Inflasi sederhana ( inflasi yang terjadi sekitar 5-8 persen pertahun).

  • Hiperinflasi ( inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua kali lipat atau lebih dalam waktu setahun).

Ada tiga kategori dalam inflasi dari tingkat keparahannya :

  • Inflasi sedang (Moderate Inflation). Inflasi sedang adalah inflasi yang ditandai dengan harga yang meningkat secara perlahan atau lambat dan tidak terlalu menimbulkan ketidaksempurnaan pasar pada pendapatan dan harga relatif.

  • Inflasi ganas (Galloping Inflation). Inflasi ganas adalah inflasi yang mencapai dua atau tiga digit seperti 20, 100, atau 200 persen per periode dapat menimbulkan gangguan parah.

  • Hyperinflation. Yaitu tingkat inflasi yang sangat parah, bisa mencapai ratusan, ribuan pertahun, ini merupakan jenis yang berbahaya, merugikan dan mematikan.

Apabila dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya, inflasi dapat dibedakan ke dalam tiga macam yaitu :

  • Inflasi Tarikan permintaan (Demand Full Inflation).
    Inflasi tarikan permintaan adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat. Barang-barang menjadi berkurang dikaenakan pemanfaatan sumber daya yang telah mencapai tingkat maksimum atau karena produksi tidak dapat ditingkatkan secepatnya dengan mengimbangi permintaan yang semakin meningkat atau bertambah.

  • Inflasi Dorongan Biaya (Cost-push inflation)
    Inflasi dorongan biaya adalah inflasi yang terjadi sebab akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi, yang menyebabkan perusahaan mengurangi supply barang dan jasa mereka ke pasar. Dengan perkataan lain, inflasi sisi penawaran adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya restriksi dan pembatasan terhadap penawaran dari satu atau atau lebih sumberdaya, atau inflasi yang terjadi apabila harga dari satu atau lebih sumberdaya mengalami kenaikan atau dinaikkan.

  • Inflasi Struktural
    Yaitu inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya berbagai kendala atau kekuatan struktural yang menyebabkan penawaran didalam perekonomian menjadi kurang atau tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat.

Kebijakan Penanggulangan Inflasi


Inflasi memberikan dampak yang tidak baik bagi perekonomian, pemerintah harus menghentikan laju inflasi dengan memberikan maupun mengeluarkan kebijakan yang tepat sesuai dengan keadaan prekonomian saat itu. Baik kaum klasik maupun Keynes menyetujui bahwa inflasi ada kaitannya dengan jumlah uang yang beredar, tetapi juga dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Oleh karena itu untuk menanggulangi inflasi kebijakan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

  1. Menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar, atau dapat pula mengurangi jumlah uang yang beredar.
    Cara ini dapat ditempuh dengan cara yang bertahap (gradual approach), tetapi dapat juga dengan cara yang drastis (cold turkey approach). Dengan pendekatan gradual kebijakan yang ditempuh ialah dengan sedikit pengurangan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar. Tindakan ini akan mengurangi laju peningkatan harga, tetapi juga akan menambah tingkat pengangguran. Pendekatan cold turkey approach, strategi ini dimulai dengan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar secara tajam, sehingga dapat menciptakan suatu resesi yang hebat, dan inflasi akan menurun sedikit saja. Dengan pendekatan gradual inflasi akan terobati secara perlahan-lahan, dan perekonomian akan tidak terlalu menjauhi posisi kesempatan kerja penuh atau paling tidak disertai dengan tingkat pengangguran alamiah yang tertentu. Sedangkan dengan pendekatan cold turkey, maka perekonomian dapat cepat mengalami penurunan tingkat inflasi tetapi dibarengi dengan peningkatan jumlah pengangguran yang lebih besar daripada dalam pendekatan gradual.

  2. Kebijakan Penghasilan (income policy) dan kebijakan insentif perpajakan (tax incentive plan)
    Kebijakan penghasilan untuk menanggulangi inflasi ini menghendaki adanya penekanan tingkat upah secara cepat baik dengan perundang- undangan atau dengan himbauan (persusion). Jadi kebijakan penghasilan adalah kebijakan yang mencoba mengurangi kenaikan tingkat upah dan tingkat harga secara cepat. Dalam kebijakan insentif pajak, pemerintah mengenakan pajak tambahan terhadap prusahaan-perusahaan yang menaikkan tingkat upah, dan justru mengurangi pajak terhadap perusahaan yang tidak melakukan kenaikan tingkat upah.

  3. Kebijakan Penghematan (Austerity Program)
    Melalui anggaran belanja pemerintahan. Hanya pengeluaran- pengeluaran yang perlu saja yang boleh dilaksanakan. Dengan cara ini kebutuhan uang tunai untuk transaksi berkurang dan mampu menekan kenaikan harga pada umumnya.

Samuelson (2001) memberikan definisi bahwa inflasi sebagai suatu keadaan dimana terjadi kenaikan tingkat harga umum, baik barang-barang, jasa-jasa maupun faktor-faktor produksi. Dari definisi tersebut mengindikasikan keadaan melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara.

Sementara definisi lain menegaskan bahwa inflasi terjadi pada saat kondisi ketidakseimbangan (disequilibrium) antara permintaan dan penawaran agregat, yaitu lebih besarnya permintaan agregat daripada penawaran agregat.

Dalam hal ini tingkat harga umum mencerminkan keterkaitan antara arus barang atau jasa dan arus uang. Bila arus barang lebih besar dari arus uang maka akan timbul deflasi, sebaliknya bila arus uang lebih besar dari arus barang maka tingkat harga akan naik dan terjadi inflasi.

Secara umum pendapat ahli ekonomi menyimpulkan bahwa inflasi yang menyebabkan turunnya daya beli dari nilai uang terhadap barang-barang dan jasa, besar kecilnya ditentukan oleh elastisitas permintaan dan penawaran akan barang dan jasa.

Faktor lain yang juga turut menentukan fluktuasi tingkat harga umum diantaranya adalah kebijakan pemerintah mengenai tingkat harga, yaitu dengan mengadakan kontrol harga, pemberian subsidi kepada konsumen dan lain sebagainya.

Dari definisi yang ada tentang inflasi dapatlah ditarik tiga pokok yang terkandung di dalamnya (Gunawan, 1991), yaitu :

  1. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan kecenderungan yang meningkat.

  2. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus menerus, bukan terjadi pada suatu waktu saja.

  3. Mencakup tingkat harga umum (general level of prices) yang berarti tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja.

Menurut Rahardja dan Manurung (2004) suatu perekonomian dikatakan telah mengalami inflasi jika tiga karakteristik berikut dipenuhi, yaitu :

  1. terjadi kenaikan harga,
  2. kenaikan harga bersifat umum, dan
  3. berlangsung terusmenerus.

Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu perekonomian sedang dilanda inflasi atau tidak. Indikator tersebut diantaranya :

  1. Indeks Harga Konsumen (IHK)
    IHK adalah indeks harga yang paling umum dipakai sebagai indikator inflasi. IHK mempresentasikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dalam suatu periode tertentu.

  2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
    IHPB mertupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan pada tingkat produsen di suatu daerah pada suatu periode tertentu. Jika pada IHK yang diamati adalah barang-barang akhir yang dikonsumsi masyarakat, pada IHPB yang diamati adalah barang-barang mentah dan barang-barang setengah jadi yang merupakan input bagi produsen.

  3. GDP Deflator
    Prinsip dasar GDP deflator adalah membandingkan antara tingkat pertumbuhan ekonomi nominal dengan pertumbuhan riil.

Sumber-Sumber Penyebab Inflasi


  1. Demand Pull Inflation
    Demand pull inflation adalah kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh adanya gangguan (shock) pada sisi permintaan barang dan jasa. Kenaikan permintaan barang yang tidak seimbang dengan kenaikan penawaran akan mendorong harga naik sehingga terjadi inflasi. Dalam demand pull inflation, kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan harga barang input dan harga faktor produksi (misalnya tingkat upah).

  2. Supply Side Inflation
    Berbeda dengan demand pull inflation, cost push inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya gangguan (shock) dari sisi penawaran barang dan jasa atau yang biasa juga disebut dengan supply shock inflation, biasanya ditandai dengan kenaikan harga yang disertai oleh turunnya produksi atau output. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.

  3. Demand Supply Inflation
    Peningkatan permintaan total (aggregate demand) menyebabkan kenaikan harga yang selanjutnya diikuti oleh penurunan penawaran total (aggregate supply) sehingga menyebabkan kenaikan harga yang lebih tinggi lagi. Interaksi antara bertambahnya permintaan total dan berkurangnya penawaran total yang mendorong kenaikan harga ini merupakan akibat adanya ekspektasi bahwa tingkat harga dan tingkat upah akan meningkat atau dapat juga karena adanya inertia dari inflasi di masa lalu.

Jenis Inflasi menurut asal usulnya


Berdasarkan asal-usulnya, maka inflasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) dan inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), (Nopirin, 1994).

  1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
    Inflasi ini disebabkan oleh adanya shock dari dalam negeri, baik karena tindakan masyarakat maupun tindakan pemerintah dalam melakukan kebijakan-kebijakan perekonomian.

  2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
    Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri, terutama kenaikan harga barang-barang impor yang selanjutnya juga berdampak pada kenaikan harga barangbarang input produksi yang masih belum bisa diproduksi secara domestik.